Kedekatan aku dengan Niken terkadang menjadi gosip di kalangan teman-teman ku yang lain, kami berdua selalu di kira sedang menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman, aku memang merasa nyaman ketika bersama Niken, tapi bukan perasaan suka yang menggebu-gebu yang hadir pada saat aku bersama Niken, hanya sebatas teman saja, aku tak bisa mengontrol pikiran dan anggapan orang lain terhadapku, yang bisa ku kontrol hanyalah apa yang ada di dalam isi hati dan kepala ku yang terkadang bertarung untuk menentukan sesuatu, aku juga menjaga perihal perilaku ku terhadap orang lain tapi sisanya ku biarkan saja.
Aku yang terlalu cuek terkadang sangat tidak peduli dengan apa yang orang katakan tapi di sisi waktu tertentu, aku seringkali merasa baper atas apa yang orang katakan padaku, menjadi overthinking, entah apa yang aku rasakan dengan mudahnya perubahan-perubahan pada emosi dan pikiranku. Mungkin saja di umurku sekarang aku masih mencari jati diri, masih labil dalam hal emosi, tapi aku berharap ini adalah salah satu jalan untuk menuju transisi ke arah yang lebih baik dan lebih dewasa.
Orang sering bilang kalau dewasa itu tidak bisa dinilai dari umur, dan aku setuju akan hal itu. Aku termasuk orang yang menikmati saat aku sendiri, karena bagi ku waktu sendiri itu penting, banyak hal-hal positif ketika aku sendiri, bisa jadi lebih produktif untuk membuat sesuatu, selain itu aku bisa menjaga diri ku dari segala kemungkinan yang buruk, bisa saja aku menyakiti orang lain secara sadar atau tidak sadar saat aku berada dalam keramaian.
Pada satu waktu tertentu Siti dan Boni pun pernah menanyakan soal kedekatanku dengan Niken, tapi hanya kujawab sebatas teman gak lebih, sama halnya seperti aku dan kalian berdua berteman baik, kalau ada yang terasa berbeda mungkin saja karena aku dan Niken satu atap tempat tinggal walau berbeda kamar, seakan-seakan kami punya hubungan lebih karena intensitas kebersamaan kami berdua bisa lebih banyak di banding dengan yang lain nya.
"Tok...tok...tok..." (suara orang mengetuk pintu kamarku)
Aku membukanya dan ternyata Niken, dia langsung masuk tanpa sepatah kata pun, kemudian berbaring di tempat tidurku.
“Bisa di ke enam belasin gak Ac nya?” ucap Niken,
“Bisa dong apa yang gak bisa buat lo Ken, lo
kenapa sih? kusut banget kayaknya!” jawabku,
“Bete!” jawab Niken,
“Bete? Gw ada coklat di lemari es lo mau?” kataku
“Hmmmm” ucap Niken.
“Yaudah gw ambilin ya, jangan bete dong, kan lo lagi depan orang paling menyenangkan hehe” kataku.
“Narsis ih” sambung niken,
“Yaelah dikit doang, tapi bener kan? itu buktinya lo senyum malu-malu gitu hehe” kataku sambil ku kasih coklatnya pada Niken,
“Lo tuh paling bisa deh emang Bar!” ucap Niken,
“Bisa apa? Buat lo terbang? dan senyum-senyum sendiri layak orang dalam gangguan jiwa" jawabku,
“Peri dong gw kalau bisa terbang?” ucap Niken,
“Maunya jadi peri tapi kelakuan lo minus, hahaha” ucapku pada Niken,
“Kita berdua sama-sama minus kali” jawab Niken,
“Katanya kalau minus sama minus bisa jadi plus, tapi kemungkinannya kecil kalau gw sama lo Ken" jawabku,
“Udah deh nanti gw baper” kata Niken,
“Bukan nya udah baper ya?” jawabku,
“Belum lah lo aja kesana-kesini mulu!” kata Niken,
“Kan nyari yang terbaik, hahahaha” kataku tertawa,
“Dasar kadal, lo mau ngadalin buaya?” ucap Niken,
“Oh jadi lo udah naik kelas jadi buaya?” kataku,
“Masih di tengah-tengah sih, gw gak tahu namanya apaan!” ucap Niken,
“Kadal buntung kalau masih di tengah-tengah, hahaha!” kataku sambil tertawa
“Sialan lo sembarangan aja bilang gw kadal buntung, by the way enak juga coklatnya, boleh gak gw tidur dulu disini?” ucap Niken,
“Tidur tinggal tidur, emang ada larangan?” jawabku,
“Yaudah nanti bangunin ya!” kata Niken,
“Iya nanti gw bangunin deh kalau inget!” kataku.
Baru saja berbincang-bincang Niken langsung tertidur, sepertinya dia sedang lelah atau sedang galau sulit dibedakan, emang kalau perempuan itu susah di tebak kadang-kadang, tapi kita laki-laki di tuntut untuk peka dan mengerti, padahal untuk mengerti dan memahami diri sendiri aja sulit.
Aku putuskan untuk mandi disaat Niken tertidur, bagiku mandi itu penting dan jadi laki-laki wangi itu kewajiban yang gak bisa di pisahkan. Kadang suka di sindir ngapain wangi-wangi orang gak kemana-mana, tapi menurutku wangi itu gak harus kemana-mana. Beda orang beda pemikiran, beda orang beda kebiasaan, tidak bisa disamaratakan.
Mandiku tidak lama yang penting terasa sudah bersih dan segar, tapi kalau di bandung sulit rasanya untuk menyentuh air, karena airnya dingin, cuci muka dan gosok gigi saja udah mending. Paling tidak lima belas menit adalah waktuku mandi, setelahnya aku pasangkan selimut kepada Niken karena aku kasian takut dia kedinginan.
Inilah yang dinamakan zona pertemanan, mungkin saja bisa berubah pada waktunya nanti, tapi kurasa cukup dikelilingi teman-teman yang baik dan punya kesempatan untuk berbagi, menghabiskan waktu bersama adalah keindahan yang gak semua orang bisa dapatkan.
Aku bukan tidak mau berkomitmen pada satu cewek tapi kurasa aku belum menemukan orang yang tepat, biarlah aku punya banyak teman cewek biar waktu yang akan menentukan pilihanku pada siapa, namun hatiku cenderung memilih Nayla yang padahal aku tahu dia sudah ada yang punya, tapi biarlah ini menjadi dilema yang menyenangkan, karena pada hatiku masih ada sisa luka yang aku biarkan sembuh tanpa harus mengganti satu yang pergi dengan hati yang lain.
Aku melihat Niken begitu lelap tertidur, mungkin dia merasa nyaman, tapi aku lapar! Jadi Aku pergi keluar membeli pecel ayam langgananku di depan kampus, penjual nya suami istri, aku memanggil mereka Om dan Tante, biar lebih akrab saja, kadang orang lain menyangka aku keponakan mereka.
“Tante aku pesen dua ayam, dua nasi, pake tahu dan tempe, sambelnya yang banyak ya tan, sama kemangi juga deh, oia kolnya biasa ya tan di goreng” ucapku,
“Iya de sebentar ya, ko tumben sendiri tapi pesennya 2, mana temen kamu yang cewek?” tanya tante penjual pecel ayam,
“Iya nih tan, itu satunya buat temenku, dia tidur katanya bete” jawabku,
“Yaudah di tunggu ya!” jawab tante penjual pecel ayam,
“Iya tan” jawabku,
Sambil menunggu pesanan, aku mencoba untuk menghubungi Nayla,
“Hai Nay lagi dimana?” kataku dalam chat BBM,
Aku gak berharap di balas cepat karena Aku tahu setiap orang punya kesibukan dan prioritas masing-masing, kali ini aku masih jadi yang ke berapa, tapi suatu hari nanti kupastikan aku yang akan selalu ada.
Setelah hampir dua puluh menit menunggu pesananku selesai juga,
“Ini de pesenan kamu udah selesai” ucap tante penjual pecel ayam,
“Oia tan, ini uangnya maksih ya tan” kataku,
“Iya sama-sama ya!” ucap tante penjual pecel ayam.
Setelahnya aku berjalan pulang ke rumah kostku, aku tidak mengunci kamar takut Niken bangun panik, karena sebenarnya dia penakut. Setibanya aku mulai membuka makananku dan perlahan kumakan sambil ku putar lagu not with me dari Bondan Prakoso ft. Fade2Black Aku mendengarkannya dar laptop yg sudah ku set dengan sound sistem, aku putar sangat pelan takut ganggu tidurnya Niken, memang sudah jadi kebiasanku kalau makan suka sambil mendengarkan musik, itu kalau aku lagi makan sendiri, kalau makan rame-rame pasti ngobrol.
Aku pesan ayam kampung, karena kalau ayam kota biasa nya suka terselubung di kampus-kampus harganya lebih mahal lagi, bisa-bisa uang makanku seminggu habis kalau aku beli ayam kota. Kemangi itu bikin nafsu makan bertambah gak tau kenapa, itu mungkin karena aku orang sunda atau bisa jadi diriku ini keturunan herbivora, tadinya sih mau jadi vegetarian tapi apa danya kalau hidup sendiri beli makan yang cepet dan yang ada saja. kasian juga penjual daging-dagingan kalau aku jadi vegetarian nanti pelanggan mereka berkurang satu yang manis tapi bukan gula jawa.
Aku jadi berpikir bagaimana orang-orang tidak menganggapku ada hubungan spesial dengan Niken, orang kita berdua sering di kamar berdua, padahal gak pernah terjadi sesuatu yang di harapkan atau gak pernah khilaf bareng-bareng, meskipun aku seperti begini namun aku menghargai sekali kehormatan perempuan, karena aku lahir dari rahim seorang perempuan bernama Ibu. Aku juga punya adik cewek kalau adiku di brengsekin, aku juga pasti kesal.
Alhamdulillah akhirnya makanku selesai juga, walaupun aku pemuda tersesat tapi tak lupa untuk mengucap syukur, sebagi tanda terimaksih pada sang pencipta yang udah kasih kecukupan dan tampang sekeren ini. Katanya Tuhan lagi tersenyum saat dia menciptakan orang-orang Bandung jadi banyak yang manis dan cakep.
Kalau abis selesai makan kenapa mata ini selalu ngantuk, kata orang sunda sih pangedulan (pemalas), ini yang ngerasa gini aku doang apa yang lain juga sih? Itu sebab aku suka kopi hitam tanpa gula, selain aroma dan rasanya yang pahit sepahit kenangan mantan, kopi hitam itu ampuh buat bikin mataku sedikit melek. Ya walau masih tetap aku sering dianggap warga keturunan karena mataku yang sipit, itu gen dari bapak ku yang mirip orang korea. Kulitnya gak pernah bisa item walau di bakar di terik matahari, paling merah-merah doang, tapi belum kucoba dipanggang di pembakaran genteng siapa tahu mateng.
Aku ngantuk sekali, aku putuskan untuk tidur biar besok bisa tepat waktu bangun nya, walau tersesat tapi aku tak pernah lewat dua rakaat, karena yang paling ringan,sebelum itu kutulis dikertas.
“Ini makanan buat lo Ken, jangan lupa dimakan ya kalau lo kebangun laper, gw ngantuk soalnya!”
Lagi enak-enaknya tidur tiba-tiba ada panggilan dari suara yang hampir tiap hari kudengar, agak serak-serak tapi belum becek.
“Bar...Bar...bangun!” suara Niken membangunkanku,
“Hmmmmm apa si, ngantuk gw” jawabku setengah sadar,
“Bangun gw laper, temenin makan!” kata Niken,
“Jam berapa sih ini Ken?” tanyaku,
“Jam dua pagi” jawab Niken,
“Ya ampun, itu tadi malem gw beli makanan buat lo, emang belum lo makan?” kataku,
“Iya ini gw bangunin lo maksudnya minta temenin makan makanan yang lo beliin” kata Niken,
“Ya amplop Niken, gak bisa liat temen nyenyak tidur apa” kataku,
“Abis gw takut kalau sendiri” jawab Niken,
“Dasar cemen, yaudah gw temenin” kataku,
“Makasih Bar, lo baik deh” kata Niken,
“Kalau gw jahat gw bisa masuk penjara Ken” jawabku,
“Jangan dong nanti gw gak ada temen kalau lo masuk penjara" ucap Niken,
“Ya siapa juga yang mau jadi jahat Ken, udah buruan makan deh!” kataku,
“Iya bawel, makanannya dingin” kata Niken,
“Yaudah angetin dulu lah, masa gw yang ngangetin” kataku,
“Iya gw bisa sendiri kok” kata Niken,
“Ya bagus mandiri, hari-hari lo kan ngerepotin hehe” kataku sambil tersenyum,
“Ih ngeselin” kata Niken,
“Tetep juga lo temenin” kataku,
“Kan gw gak punya temen sabaik lo Bar” ucap Niken,
“Alah modus lo Ken” jawabku,
“Nggak Bar, gw bilang yang sebenernya” kata Niken,
“Iya deh, yang penting lo seneng Ken, cepetan apa makan nya, gw ngantuk tahu” kataku,
“Suapin dong Bar” kata Niken,
“Baru dibilang dah ngerepotin kan, yaudah sini gw suapin, anak manja sih” kataku,
“Kan gak tiap hari gw manja sama lo Bar” jawab Niken,
“Iya sini!” kataku,
Aku menyuapi Niken makan dan kupastikan makanannya sampai habis, setelahnya aku tidak merasa ngantuk lagi dan aku membuat kopi agar aku bisa seger sampe pagi.
“Ken gw ngerokok sama ngopi dulu ya depan kamar” kataku,
“Iya Bar, gw lanjut tidur sini aja ya! Boleh kan?” kata Niken,
“Boleh aja, asal jangan ngorok hehe” kataku,
“Siapa juga yang suka ngorok” jawab Niken,
“Yaudah gw ke depan ya, lo lanjut tidur ya, good night” kataku,
Aku keluar dari kamarku dan menghabiskan berbatang-batang rokok untuk menemani kopiku yang pahit dan hangat, hidup ini terasa jauh lebih indah ketika kita tahu cara menikmatinya, bahagia itu gak harus mahal cukup dengan hal-hal sederhana saja sudah bisa membuatku bahagia.
Namun di sisi lain sebenarnya pikiranku sedang melayang-layang memikirkan Nayla, yang aku tak tahu dia sedang melakukan hal yang sama atau tidak, cinta mungkin tak perlu balasan bagi sebagian orang, tapi bagiku cinta iti mesti diperjuangkan, entah sampai mana tapi kuyakin pasti ada titik temunya.
Aku belum cerita soal Nayla pada Niken, aku gak mau Niken jadi jaga jarak atau menghilang, karena bagiku harus ada dia di hidupku, aku terkesan egois tapi inilah aku yang tak pernah mau kehilangan sesuatu lagi. Menunggu waktu pagi untuk melaksanakan dua rakaat adalah bentuk terimakasihku pada Tuhan yang selama ini selalu baik padaku, aku bergantung padanya walau aku sadar seringkali diriku sedikit melupakannya.
Saat matahari menjelang hadir suara burung-burung yang indah, aku selalu suka saat udara pagi bisa kuhirup dengan penuh rasa syukur, aku pun tak lupa untuk membangunkan Niken, karena dia mandinya lama dan aku berusaha untuk tidak terlambat masuk kuliah di jam pertama, kedua, dan seterusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments