Selamat siang, aku masih mengantuk tapi alarmku berbunyi, kusenyapkan tapi dia bunyi lagi, yasudah aku paksa bangun, karena aku haus jadi aku minum dulu, kulihat hp ku ada pesan dari nomor baru yang kuberi nama Nayla,
“pagi Bar, makasih ya semalem udah nganterin gw, sampe ketemu di kampus ya Bar,” ucap Nayla dalam pesan singkatnya,
Aku senang, mau kubalas takut disangka malas karena Aku bangun siang.
Aku harus mandi karena ada kelas sampe sore, mandiku sebentar yang penting nanti pake deodoran sama minyak wangi, kalau gak pake minyak wangi seperti ada yang kurang, kurang pede kalo deketin cewek, hampir lupa kalau aku harus kirim pesan ke Siti, karena kalau di telepon suka gak diangkat, takutnya ada tugas jadi bisa kusalin nanti sama si Boni, kadang-kadang kasian juga sama Siti, susah-susah bikin tugas tapi nanti ku salin tugasnya, paling cuma dibedain dikit-dikit, kalau ketahuan sama dosen, kubilang kami ngerjain nya bareng-bareng, alibi yang kuat karena kalau ditanya dosen Siti pasti belain Aku dan Boni, Siti itu terlanjur polos dan baik atau bego, ya beda-beda tipis sepertinya,
"Ti ada tugas ga?” tanyaku dalam pesan singkat.
Aku yakin pasti dia balasnya lama jadi kuputuskan segera ke kampus buat cari Siti dan yang lain.
Sebelum jalan aku mampir dulu ke kamar Niken, mau numpang sarapan, dia suka stok roti,
"Tok...tok....tokkkk" bunyi ketukan pintu,
“Keeeen, udah bangun belum?” kataku di depan kamar Niken,
“Udah Bar" jawab Niken dari dalam kamarnya,
"Buka dong pintunya, gw mau numpang sarapan" kataku,
“Enak aja lo, bayar!” jawab Niken sambil membuka pintu,
"Jadi cewek bayaran sekarang lo Ken?” kataku,
"Kalau ngomong sembarangan aja lo Bar" jawab Niken,
"Kan tadi lo bilang bayar-bayar gitu" kataku,
“Bayar sarapan nya, bukan gw nya pea" jawab Niken ketus,
"Yaudah nanti gw traktir di kampus Ken, sekarang lo bikinin sarapan buat gw, kan kita fren, tapi bisa jadi friens with benefit gak nih? kataku,
"Iya bentar, entar gw bikinin, enak aja lo mau jadi friend with benefit, lo pikir gw cewek apaan” kata Niken,
“Gitu dong kan nambah cantiknya, ya maaf becanda kali” kataku memuji,
"Najis, gombalan lo ga mempan ya!” kata Niken,
"Gw gak gombal, kan emang lo cantik Ken, nanti gw bilang jelek lo marah lagi, serba salah kan gw” kataku,
“Dah ah bawel lo, ini sarapan nya” kata Niken,
“Makasih" jawabku.
“Kenyang juga, enak lagi!” kataku,
“Iyalah gw yg bikin, gratis lagi kan!” kata Niken,
Setelah lumayan kenyang aku dan Niken pergi ke kampus, hari ini kita gak sekelas jadi pas sampe kampus kita berpisah, aku segera mencari Siti ke atrium, karena kalau orang-orang yang rajin dan pinter nongkrongnya di atrium, selain itu wifi nya juga kenceng jadi cepet kalau mendownload, sedang Niken langsung menuju depan kelasnya,
Aku kesulitan nyari Siti karena atrium rame, setelah liat kanan, kiri, depan, belakang, akhirnya Siti keliatan juga, dia sama pubai dan Sita, aku segera menghampirinya,
“Oy Ti, kalau ada pesan tuh di bales kenapa" kataku,
“Lo kirim pesan ke gw Bar?” yah maaf hp gw kan di tas" jawab Siti,
“Iya, Boni mana?” kataku,
"Yah lo kayak gak tahu Boni aja, pasti belum sampe kampus lah, orang langganan telat” kata Siti,
"Lo ngobrol berdua doang?” ucap Sita,
"Oia maaf Ta, maaf Bai, ada tugas gak?” kataku,
“Gak ada" kata Pubai,
"Syukur deh!” kataku.
Karena sebentar lagi udah mau masuk, jadi kami berempat segera menuju depan kelas untuk menunggu dosen yang akan mengajar, kalau dosen yang ini sih tepat waktu mulu, dia bisa baca pikiran atau emang dia peramal, entah lah dia mengajar psikologi komunikasi.
Suasana dalam kelas aneh, ada yang diem aja, ada yang sering nanya tapi pertanyaan nya itu-itu aja, alias gak berbobot, ada juga yang sukanya nyatet, pemenangnya tetep yang suka ngobrol, jadi agak berisik. Kadang kalau dah berisik banget tertuduh suka di keluarin sama dosen, tapi Ibu Ratih ini baik, jadi gak mungkin dikeluarin walau gaduh di kelas, paling-paling disuruh pindah duduk ke depan, katanya biar lebih kenal, dia percaya sama kata-kata kalau tak kenal maka tak sayang, pertanyaanku kalau dah sayang dan gak dibales namanya patah hati dong! Sodara kembarnya si galau, sepupunya si dilema dan merupakan lagu hitz dari dewa sembilan belas yang liriknya bertepuk sebelah tangan.
Tiga sks itu lama, apalagi kalau enam sks, mending pura-pura kebelet terus merokok daripada beku didalam kelas, soalnya dingin banget, katanya bayar listriknya seharga enam Inova, mau kutanya PLN tapi takut sibuk soalnya masih sering pemadaman dan perbaikan, hampir lupa kalau mau ketemu sama Nayla, pesan nya juga belum kubalas, mau kubalas takut dia disangka gila karena senyum-senyum sendiri, gak kubalas takut disangka sok sibuk, serba salah kan, kuputuskan membalas pesan nya,
"Maaf Nay baru bales gw bangun siang tadi, terus langsung ke kampus, gw masih terjebak komitmen dikelas nih, dosen gw mirip peramal bisa baca pikiran orang, selain itu juga dia player, sering bikin patah hati teman-teman gw yang punya rasa sama dia, dia sering bilang kalau tak kenal maka tak sayang, giliran udah kenal udah sayang dia udah punya suami, bikin patah hati kan? Hehehehe, oia lo dimana? jadi ketemu?” kataku membalas pesan singkat Nayla,
Seusai membalas pesan Nayla kelas pun berakhir, aku dan teman-temanku pergi ke kantin untuk sekedar meminum kopi dan merokok, sambil menunggu kelas berikutnya dimulai.
Tiga puluh menit adalah waktu istirahat yang cukup sebelum aku dan teman-temanku masuk ke dalam kelas berikutnya, aku masih menunggu balasan dari Nayla, tapi malah orang nya yang lewat di depanku,
“Nay" kataku sambil kulambaikan tanganku kearahnya,
Dia hanya tersenyum sambil menghampiri teman-temannya yang juga duduk tak jauh dari tempatku. Aku biarkan dia bersama teman-teman nya takut dia malu, tapi lebih takut lagi kalau tiba-tiba jadi gosip yang aku harapkan.
"Siapa Bar gebetan baru lagi?" tanya Siti,
"Temen Ti baru kenal sih" jawabku,
Aku nyalakan rokok ku, biar waktu tunggu terasa lebih cepat, padahal sama saja saja karena waktu tidak bisa di percepat atau di perlambat seperti di cerita film. Melihat senyum Nayla Aku merasa bahagia, melihat matanya yang menatap penuh makna membuatku memarik nafas sedalam-dalamnya, baru sesaat aku mengenalnya tapi hatiku selalu berdebar dibuatnya dia sedikit mengingatkanku pada sosok seseoranga yang dahulu pernah singgah dan mengisi kekosongan hatiku.
Aku berpikir sangat dalam, membayangkan hal-hal menarik jika aku bisa melalaui hari-hariku ditemani oleh Nayla, ketika aku berpikir tentangnya tiba-tiba ada seorang laki-laki berambut panjang yang menghampiri Nayla, dia duduk persis disebelah Nayla, aku sudah curiga kalau cowok itu pacarnya, karena malam tadi kidoy mengatan kalau Nayla sudah punya pacar, hatiku sedikit sakit tubuhku seakan kaku karena harapanku untuk bersama Nayla terpatahkan oleh penglihatanku,
Aku tak mau ambil pusing soal itu karena aku yakin kalau jodoh gak akan kemana, biarpun dia bersama siapa sekarang yang penting pada akhirnya aku bisa bersama dia, pemikiran yang naif tapi positif untuk sedikit mengobati kecewa sebelum waktunya, pada saat ini aku yakin bahwa kenyataan seringkali bersebrangan dengan harapan.
Daripada aku terjebak dalam suasana yang tak menyenangkan lebih baik aku segera pergi menuju kelas,
"Ayo Ti masuk kelas” ucapku pada Siti,
“Tumben ngajak buru-buru Bar” jawab Siti,
"Ya sekali-kali boleh dong jadi anak yang keliatan rajin!” kataku,
"Boleh banget, apalagi kalau jadi rajin beneran, lo kan gak bego-bego banget kalau di kelas hehehe” kata Siti,
“Jujur banget sih lo Ti, jadi suka deh!” kataku,
"Ah mulai deh lo mah suka berlebihan” kata Siti,
“Kadang kita memang harus berlebihan pada sesuatu yang ingin kita dapatkan, kan katanya setiap ada usaha pasti ada hasil, ya walau gak tahu kan hasilnya apa!” kataku,
"Gak salah tapi yakin lo kayak gitu?” jawab Siti,
“Yakin dong! Harus sih kayaknya, kan sesuatu yang baik harus di perjuangkan” kataku,
"Eh tapi ini kita lagi ngomongin apaan sih?” tanya Siti,
"Ngomongin kemungkinan gw bisa jadian sama lo hahahaha” kataku,
"Yah Bar gw mati rasa hehe” jawab Siti,
“Nanti gw siram tiap hari siapa tahu bisa numbuh lagi kan!” kataku,
"Mana bisa Bar kalau lo yang nyiramin” jawab Siti,
“Lo mah suka ngeremehin, jatuh hati beneran tahu rasa lo hehe” jawabku,
“Udah ayo katanya mau ke kelas” kata Siti,
“Ayo! Daripada kriuk di sini” kataku.
"Lo doang yang kriuk!" kata Siti,
Aku dan Siti berjalan menuju kelas, gak tahu Boni dimana, mungkin dia lagi merantau ke tongkrongan lain biar eksis, tapi nanti juga ketemu di kelas. Mata kuliah kreatif fundamental salah satu mata kuliah favoritku, soalnya selain bisa menyalurkan ide-ide gila, dosen nya juga rada-rada gila, saking kreatifnya ruang kelas sering pindah ke kantin katanya kalau sambil ngopi dan merokok kita bisa lebih relax dan menemukan ide-ide baru yang nakal, namany Pak X, ya begitulah dia ingin di panggil, rambutnya lebih panjang dari rambut cewek karena dulunya dia anak band yang murtad ke dunia kreatif. Banyak iklan dan naskah -naskah iklan radio yang sudah di buatnya, sering dia bangga-banggakan tapi memang patut sih karena hampir semua karyanya bisa kita ingat.
Sampai di depan kelas, banyak teman-temanku yang sudah menunggu, karena kelasnya di lantai empat jadi lumayan ngos-ngosan, di kampusku gak semua gedung ada lift nya jadi lumayan olahraga gratis kalau dapat kelas di lantai atas, eh gak jadi gratis kan kami bayar uang gedung. Pak X belum terlihat mungkin dia lagi sebat dulu, Aku berpikir begitu karena kuyakin kelas ini hanya absen di kelas di jelaskan sebentar, kemudian pindah ke kantin seperti biasanya.
Sebenarnya jangan di biasain! Pikiranku berkata.
Terdengar suara Pak X sedang naik anak tangga dan mengobrol dengan teman sekelasku, belum jelas beliau ngobrol dengan siapa karena belum terlihat, sesampainya ternyata Pak X bersama geng warna. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, selalu menyenangkan punya dosen sepengertian ini tapi dia kasih banyak sekali ilmu, ketika kami membuat tugas yang kurang bagus Pak X akan bilang ini kurang nakal nak, coba kamu pikirin lagi yang lain, bebas mau cari inspirasi dimana yang penting karyamu ini bisa di ingat.
Ayo nak masuk” ucap Pak X seusai beliau membuka kunci pintu kelas.
Kami semua masuk dan mencari tempat duduk masing-masing sesuai dengan teman yang paling akrab, kami semua saling kenal tapi pasti ada kelompok-kelompok tertentu dalam satu kelas yang tempat nongkrongnya beda-beda dengan latar belakang yang tak sama,
Boni belum keliatan batang hidungnya. Kutelepon saja dia.
“Tuut...tuttt...tuutt” bunyi telepon
“Apa ***?” kata Boni (dalam telepon)
“Lo dimana? Masuk bego udah dateng dosen nya”, kataku (dalam telepon)
“Bentar ketiduran gw di ropang, cuci muka dulu gw baru ke kelas” jawabnya (dalam telepon)
“Yaudah bebas” kataku (dalam telepon) setelahnya kututup telepon itu.
Pak X memberikan absensi untuk kami tanda tangani sebagai daftar hadir, enaknya kalau absen manual bisa nitip absen sama temen yang penting tanda tangan nya mirip. Siapapun bisa melakukan itu asal jangan ketahuan, bicara soal titp absen kita diajarkan oleh senior yang mengulang.
"Sudah ngulang masih aja titip absen, kapan lulusnya?" Pikiranku.
Penjelasan yang di jabarkan Pak X itu seringkali tidak jelas, tapi yang penting tetep asik, soalnya boleh ijin merokok, beliau sedang menjelaskan apa yang harus kami pelajari dan tugas yang harus kami kerjakan untuk di presentasikan setiap pertemuan, beliau ini sungguh dosen yang random banget! Jalan pikiran nya unik, bisa jadi banyak lika -liku ketika beliau melewati masa muda nya. Mata kuliah ini enam sks kalau dapat nilai jelek pasti ngaruh ke IP dan kalau dapat nilai bagus bisa mengangkat nilai IP juga, benar-benar pisau bermata dua.
Benar saja apa yang aku prediksi sebelumnya pasti kelas ini bakal pindah ke kantin, beliau hanya bicara tiga puluh menit kemudian mengajak kami ke kantin untuk berdiskusi garis besar dan ide yang harus kami pikirkan dalam waktu singkat untuk memenuhi tugas membuat Iklan.
Kalau sudah mengajukan ide dan garis besar apa yang mau kami buat ke Pak X, kami bisa minta izin cabut duluan, karena aku masih terbayang soal Nayla dan pacarnya jadi aku minta izin ke Pak X pulang duluan sebelumnya sudah kusampaikan ide ku padanya, beliau tumben-tumben langsung setuju barangkali dbeliau bisa baca pikiran atau isi hatiku yang sedang sedikit kacau.
Aku pun berjalan menuju rumah kost yang jaraknya hanya terpleset langsung sampai dari kampusku, setibanya aku langsung mencuci muka ku yang kusut dan kuganti pakaian ku dengan pakaian yang lebih santai, aku terdiam sejenak dan ku ambil buku catatanku, kemudian kuceritakan sesuatu padanya tentang perempuan dan tentang kegelisahan yang tak menentu serta tak bertuan.
Terperangkap
“Aku hanya sedang terperangkap,”
“Dalam pikiran yang seringkali kalap,”
“Terbentur dalam ketakutan akan gelap,”
“Hanyut pada tubuh yang terasa rangkap,”
“Gelisah pada hal yang tak bisa terjamah,”
“Menuntut banyak pada sang petunjuk arah,”
“Berbisik dalam diam saat kening menyentuh sajadah,”
“Berharap penuh padanya dengan tangan yang menengadah,”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments