Novel ini adalah lanjutan dari
"Bersahabat Dengan Cinta Terlarang"
bisa buka di profil aku untuk baca novelnya dari part awal. Thankyou❤️.
***
"Bagaimana Gana, sayang?" Galih menutup layar HP nya dan meletakannya di nakas lalu meraih selimut untuk berposisi miring menatapi punggung Nadifa yang masih sibuk menata baju didalam lemari.
"Memang tidak bisa jika dilanjut besok?"
"Iya Pah, sebentar lagi. Makanya Papah tuh kalau habis ambil baju, diangkat dulu yang atasnya. Kan jadi berantakan kaya gini!" Nadifa masih sibuk membereskan baju-baju untuk tertata kembali dengan rapih disana.
"Gana nya ngambek Pah, dia bilang kamu sama Gifali itu selalu belain Gelfa."
"Kok bisa mikir gitu anak kamu?"
"Heh, anak kamu juga yah!" ucap Nadifa sambil menutup kedua pintu lemarinya. Lalu ia berjalan menaiki ranjang, masuk kedalam selimut yang tengah menyeka tubuh Galih saat ini.
"Oh iya, kan bikin nya bareng ya?" Galih berdecak geli.
"Awww..sakit Mah!" Galih mengerang perih ketika perutnya dicubit oleh Nadifa. "Gana bilangnya gimana?" tanyanya kembali dengan penasaran.
"Tapi kamu janji jangan marah?" Nadifa terus melihati kedua mata suaminya dalam-dalam. Karena menurutnya bukan hanya Gelfa yang akan dimarahi, tentu dirinya juga akan terancam pilu dengan amukan kemarahan sang suami yang begitu mencintainya.
"Ayo bicara Mah, sebelum subuh datang!" Galih menunjuk jam dinding yang masih berputar pada jam 10 malam, lalu ia tertawa terbahak-bahak.
"Udah deh jangan berisik, nanti anak-anak dengar kalau kita belum tidur Pah!"
"Iya udah, ayo ceritain--"
"Gelfa itu jatuh dari motor karena lagi dikejar-kejar polisi, dia ikut-ikut balapan motor Pah!" lega sudah hatinya untuk berkata jujur kepada Galih, ia masih enggan untuk menatap suaminya kini. Ia takut.
Galih meniupkan hembusan angin dari bibirnya ke arah mata istrinya. "Kenapa tutup mata?"
"Papah udah tau ceritanya Mah."
"Hah? Papah udah tau dari mana?" Nadifa membuka kedua matanya dengan cepat.
"Lukman yang kasih tahu, kalau Fadil jatuh sama Gelfa, Fadilnya takut jadi ninggalin Gelfa di IGD. Makanya tadi aku langsung pulang cepat!"
Fadil adalah putra bungsu Lukman yang satu kelas dengan Gelfa, mereka saling akrab dalam segala hal. Tetapi sepertinya keakraban mereka tidak sama dengan keadaan Kakak-Kakak mereka. Elang adalah putra ketiga Lukman yang seumuran namun berbeda kelas dengan Gifali. Mereka bersaing dalam soal nilai dan soal wanita diantara mereka.
"Aduh..duh Mah!" erangan Galih terdengar ketika perutnya kembali dicubit oleh Nadifa.
"Kamu tuh bukannya kabarin aku! aku tuh cemas nungguin mereka telat pulang tadi Pah! lagian juga si Lukman tuh nggak ada tanggung jawabnya banget sih sama anak kita!"
Alam telah salah mengira,jika malam ini Galih yang akan murka, nyatanya Nadifa yang telah meraung-raung seperti serigala lapar.
"Itu dia tanggung jawab Mah, udah kasih tau aku tentang anak kamu yang jagonya melebih anak lelaki."
"Ihh Pah gitu banget sama anak, terus kenapa kamu nggak kesal? nggak marah pas dimeja makan tadi?"
"Aku akan mulai menghukumnya dengan caraku sendiri, kamu tenang aja---"
"..Hmmm.." Nadifa menggeleng tanda menyerah. Sepertinya ia sudah letih mengurusi Gelfa dengan lagak ketomboyannya.
"Hey, kenapa kamu senyum-senyum kaya gitu?"decak Nadifa.
"Papah baru ingat, kalau hari ini malam jumat Mah." Galih senyum sumringah.
"Terus kenapa--?" Nadifa pura-pura tidak faham.
"Kamu mau cari pahala nggak, aku kasih nih dengan senang hati?" Galih mulai mengunci tubuh Nadifa dan menutupi diri mereka dengan selimut. Sudah dapat dipastikan bagaimana erangan Galih dan rintihan Nadifa yang akan menyatu jadi satu malam ini, semoga saja tidak ada lagi adik untuk ke empat anak mereka.
****
Disekolah.
Terlihat Gifali tengah berjalan lurus menuju bangku taman untuk menghampiri sekelompok pelajar wanita yang tengah berkumpul sambil memegangi buku bacaan mereka.
"Eh, Dis. Itu Gifali datang!" ucapan Eka sontak membuat mereka semua untuk bersamaan mendongakkan wajah ke arah lekaki tinggi, manis, gagah dan terlebih lagi ia adalah Ketua Osis disekolah ini. Membuat mereka begitu terpana dan terlebih lagi kepada Gadis yang saat ini menjadi sorotan khusus dari arah mata Gifali.
Dina, Eka dan Evi pun faham, lalu mereka ijin untuk berlalu meninggalkan Gadis seorang diri disana. "Nanti kamu nyusul ya Dis, ke kelas!" tutur Eka dan diringi anggukan kepala oleh Dina dan Evi.
"Hay--?" sapa Gifali yang sudah sampai lalu duduk disamping Gadis.
"Hay juga Gifa, gimana kabar kamu?" jawab Gadis sambil memberikan senyum manisnya.
"Oh syukurlah, dia tidak marah."
Gifali menghela nafasnya dengan lega ketika melihati ekspresi Gadis masih hangat untuk menerima kehadirannya setelah kejadian kemarin yang mungkin mengecewakan hati wanita ini. Pantas saja Gifali sangat mencemaskan itu, karena mereka baru saja berpacaran satu minggu yang lalu, masih hangat-hangatnya dalam berhubungan. Memang belum ada yang mengetahuinya, walau teman-teman dekat mereka sekalipun.
"Maaf ya, kemarin aku nggak bisa antar kamu ke sanggar setelah pulang sekolah, karena masalah Gelfani."
"Iya nggak apa-apa Gifa, aku mengerti adik kamu memang penting." jawab Gadis sambil memegang bahu Gifali dengan masih ragu-ragu. Rasa kecanggungan sepertinya masih hadir dibenak Gadis.
"Memang ada apa dengan Gelfa?" tanyanya menyelidik.
Gifali terdiam agak lama, memikirkan alasan apa yang baik untuk diceritakan, ia tidak akan mungkin menceritakan kenakalan adiknya. "Sakit perut katanya."
"Apakah sudah ke dokter? bagaimana keadaannya sekarang?"
"Sudah kok, sekarang juga masih bedrest dirumah." Gifali tetap menjawab pertanyaan Gadis satu persatu.
Gadis tetap mempercayai ucapan Gifali yang tengah berbohong. Gelfani memang sedang menjalani pemulihan luka dirumah dengan surat keterangan sakit yang ia dapatkan dari Dokter untuk membuat nya tidak masuk sekolah selama tiga hari. Tapi bukan kesenangan yang Gelfa dapatkan, ia harus menjalani hukuman yang Papa mereka berikan saat ini. Hukuman untuk membantu Mang Adim mencuci mobil, membersihkan taman, membantu Nadifa dirumah.
"Kamu cantik banget pakai jepitan itu." pujian Gifali sangat membuat Gadis begitu terkekeh, wajah lembutnya begitu memerah seketika. Ia malu dirayu oleh sang pujaan hati. Hatinya begitu bangga ketika Gifali menyatakan perasaannya minggu lalu, menghempaskan perasaan beberapa wanita lain disekolah ini.
Gifali menyeka rambut Gadis yang tertiup angin ke belakang telinganya. Ia terus menatapi wajah Gadis begitu pekat, detak jantung dikeduanya begitu kuat. Mereka berpacu dalam cinta monyet yang kini tengah merekah.
"Jangan gini Gifa, nanti ada yang lihat kita." ucap Gadis menundukan wajahnya yang sudah memerah ke bawah melihat alas tanah yang sedang mereka pijaki.
"Lohh kenapa memangnya? sekarang kan kamu udah jadi milik aku. Jadi wanitanya aku!" ucap Gifali dengan segala penekanan di akhir kalimatnya.
Lagi-lagi rona malu-malu muncul diantara mereka, sangat romantis sekali anak bau bawang ini ketika menggoda sang kekasih. Namun sepertinya rasa keromantisan itu akan terganggu dengan tatapan sinis dari Elang dari sebelah kanan lapangan dan tatapan sinis dari Ganaya yang tengah melihati Kakak lelakinya sedang duduk berdekatan dengan Kakak Kelasnya, Gadis Artanegara.
Kini tatapan Elang dan Ganaya begitu tajam lurus melihati mereka berdua yang tengah dimabuk cinta.
***
Makasi sudah mampir❤️
Like nya jangan lupa ya🤗😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fhebrie
walah bakalan ada cinta segitiga ini rupanaya sm sodara sendiri lagi... knp sih gifa ga nyari maura gampang jatuh cinta
2021-09-25
0
Nurshaleha Enuy
ko Gana kaya punya perasaan spesial si Thor
padahal kan masih saudara kandung ya ? cuma beda ibu aja kam
2021-07-21
0
Umi Umayani
wah mantan jadi sepupu deh mereka
2021-02-07
1