Assalammualaikum kesayangan. selamat membaca ya🤗
***
Suasana sekolah telah kembali hening, para siswa-siswa kembali masuk kedalam kelas. Karena jam ishoma sudah lama berakhir. Mereka kembali fokus untuk menyerap semua pelajaran dari guru-guru dikelas masing-masing.
Namun keheningan itu terganggu dengan langkah kaki sepatu pantopel kepemilikan Ganaya. Terdengar begitu nyaring di sisi koridor kelas, sampai terlihat beberapa siswa saling menengok ke jendela, untuk mencari tahu siapakah gerangan pemilik langkah itu.
Langkahnya terburu-buru, nafasnya naik turun. Beberapa butir keringat mengucur dari sisi-sisi rambutnya. Keningnya terus berkerut, matanya sedikit sendu karna takut. Ia terus melangkah sampai tepat berdiri di kelas 12 IPA 1.
Kepalan tangannya diarahkan ke daun pintu dengan ragu-ragu, matanya sedikit mengintip ke sisi pintu yang terbuka. Terlihat Pak Guru sedang berdiri dipapan tulis dan semua murid kelas tiga sedang menunduk dan mencatat.
Begitu hening.
Lalu
Diketuknya daun pintu itu pelan-pelan, tubuhnya sedikit dicondongkan ke pertengahan pintu, agar semua yang didalam dapat melihat gadis berkulit putih ini.
Seketika Pak Guru menoleh dan mulai menghampiri Ganaya, belum sempat bertanya ada keperluan apa gadis ini datang, sudah lebih dulu di selak oleh Gifali.
"Maaf Pak, ini adik saya. Saya ijin dulu dari kelas sebentar Pak," tukas Gifali dengan sopan.
"Baiklah, silahkan!"
Gifali menarik tangan adiknya, untuk mengikutinya menjauh dari kelas. "Kamu cari kakak? kenapa?"
"K--kak?" terlihat wajah Gana makin melemah.
"Kenapa Gana?" Gifali memegang bahu sang adik, agar cepat untuk berucap.
"Gelfa kak, tadi dia telepon aku katanya lagi di IGD Rumah Sakit!"
"Hah?" tak sengaja ia berteriak histeris, lalu memelankan kembali suaranya. "Maksudnya gimana?"
Ganaya masih berfikir untuk menceritakan semua nya kepada Kakaknya. Yang iya tahu Gifali pasti akan marah besar.
"Gelfa ikutan balapan motor sama teman-teman sekelasnya, Kak. Terus dikejar-kejar polisi, dan akhirnya jatuh. Gimana nih Kak? Papa pasti marah banget nanti sama kita, karna nggak bisa jaga dia, uuhh..kesel banget deh sama itu anak!"
Ganaya menghentakkan kakinya kelantai seraya meluapkan kekesalannya pada sang adik, lalu genangan air mata terlihat sudah hadir di kelopak mata Ganaya.
Gifali menelan nafasnya dengan kasar, mengusap rambutnya kebelakang dengan urakan.
"Oke! kita kesana, Kakak ijin pulang cepat dulu sama Pak Guru, kamu juga siap-siap, ambil tas dikelas. Kita ketemuan diparkir motor ya, Jangan pakai lama!"
Kemudian mereka pergi berlainan arah menuju kelas masing-masing. Gifali dan Ganaya tidak pernah mengerti dengan sifat Gelfani yang susah diatur. Kecerdasan Gelfa menurun dari Gifali, tapi sikap nya yang brutal entah menurun dari mana.
***
"K--kak!" Gelfa melambaikan tangannya kepada kedua kakaknya yang lagi celingak- celinguk mencari keberadaanya didalam IGD. Suaranya amatlah berisik dan begitu nyaring, membuat semua mata tertuju kepadanya.
"Kamu berisik deh! jangan teriak-teriak ini tuh Rumah Sakit, Gel!" ucap Ganaya dengan sewot, namun tidak dengan hatinya. Ia begitu sedih melihati keadaan Gelfa saat ini, terlihat perban ada didahi dan dilengan tangannya.
"Itu sakit nggak?" Ganaya menunjuk perban yang telah terpasang menutupi luka.
"Ahh, luka gini mah cemen. Nggak ada apa-apanya, Kak Gana!" gelak tawa Gelfa mengembang diudara.
Tetapi itu tidak berlangsung lama, ketika ia menoleh ke arah Gifali.
Sang Kakak lelakinya masih saja diam menatapi kondisi adiknya saat ini, bayangkan saja mereka harus meminta pulang cepat dari sekolah hanya karna untuk mengurusi anak ini.
"K-kak?" ucap Gelfa merengkuh lengan kakak lekakinya. Ia sungguh menatap mata tajam yang tengah mendelik ke arahnya. Gelfa masih bergeliat manja memeluk sang kakak.
"Iih..udah deh, kaya ulet bulu tau nggak!" Ganaya memisahkan tubuh Gelfa dari Gifali. Entah mengapa dari dulu Ganaya selalu cemburu jika Gifali hanya perhatian kepada Gelfa, padahal itu hanyalah perasaanya saja. Karena kenyataannya kakak lelakinya itu amat sayang dan cinta kepada semua adik-adiknya.
"Mas, tolong diselesaikan administrasinya ya dikasir, jika sudah nanti adiknya boleh pulang." ucap seorang Perawat memberikan sebuah nota kepada mereka.
Kemudian, mereka bertiga sama-sama menunduk melihati total biaya yang diberikan oleh perawat tadi.
"Ya Allah, mahal banget Kak!" ucap Gana memecah keheningan diantara mereka.
"Kakak punya uang?" diisusul Gelfani dengan wajah datarnya.
Gifali hanya bisa melemparkan pandangan bisu ke arah bola mata adik-adiknya.
Sebagai kakak tertua, tentu jiwanya terpanggil untuk menyelesaikan masalah ini tanpa membawa nama orang tua nya. Ia harus menutupi kejadian Gelfani dari sang Mama dan Papa.
Lalu ia berjalan keluar dari pintu IGD, disusul oleh langkah Gana dari belakang. Ia terus menatap lurus, melihati sisi kanan dan kiri, dikepalanya terus berfikir bagaimana caranya ia mendapatkan uang untuk melunasi biaya perawatan Gelfa saat ini.
"Kak, lebih baik kita hubungi Papa aja! biar Papa datang kesini, buat bayarin biaya perawatan Gelfa." ucap Gana sambil memegang lengan baju kakaknya. Gana memberi saran yang cukup baik untuk menyelesaikan masalah mereka saat ini.
"Jangan Gana, nanti Papa pasti marahin Mama, karena nggak bisa ngejagain kita, mau lihat mereka berantem?"
Seketika wajah Gana mulai sendu dan menunduk, ia yakin perkara itu akan terjadi dirumah jikalau Nadifa dan Galih tahu akan masalah Gelfa.
Gifali memang sangat mencintai Mamanya, baginya kebahagiaan sang Mama adalah nomor satu. Ia pun tidak segan-segan memarahi adik-adiknya, jika dirasa rewel terhadap mama nya.
Tak lama kemudian, muncul lah ide cemerlang melekat dikepalanya, walau mungkin ini akan menjadi pertentangan di mata Gana.
Gifali pun berlalu menghampiri seorang tukang parkir yang terlihat banyak memakai cincin emas disemua jemarinya. Tanpa rasa takut ia pun mulai membuka suara.
"Bang?"
"Iya Jang?"
Gifali terlihat melepaskan jam tangan mahalnya ke lelaki tua itu.
"Bayarin bang, buat bayar obat adik."
"K-kak!" pekikan keras keluar dari Gana. "Kak, jangan! jam itu kan kado ultah dari Papa, harganya mahal banget!"
"Udah diem--!" jawab Gifali dengan wajah serius ke arah Gana. "Kalau nggak gini, gimana kita bisa pulang dari sini?"
Mereka memang tidak punya pilihan.
"Berapa nih jang?" tanya si tukang parkir sambil terus melihati jam mahal kepemilikan Gifali.
"Saya butuh 400 ribu bang, ada nggak?"
Tanpa fikir panjang, si tukang parkir langsung memberinya uang cash senilai 400 ribu. Dia sepertinya tahu jam ini bisa dijual kembali dengan harga tinggi.
"Kakak--!" ucapan sewot terdengar mencuat dari bibir Gana. Ia sedih melihat kakaknya sampai hati mengorbankan itu semua. Memang begitulah Gifali, ia akan siap berkorban untuk melakukan apapun demi keluarga nya.
***
Like Vote Rate & Komen nya yaa💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Fhebrie
blm baca kisah nadifa thor kayaknya aku takut ikut nangis
2021-09-25
0
Fhebrie
knp ga 1 jt gifali kan biar dpt lebihannya hehehe
2021-09-25
0
Nurshaleha Enuy
luv luv gifali
2021-07-21
0