Havard menunggu aktivitas pengangkutan perbekalan itu rampung. Kusir pedati itu juga telah merehatkan dirinya ditempat yang telah disediakan oleh penghuni benteng tersebut.
Lelaki itu beringsut-ingsut keluar dari persembunyiannya dan sekali lagi mengamati untuk memastikan keadaan aman dan terkendali. Sambil menenteng kopesh, lelaki itu melangkah mengendap-endap meninggalkan ruangan besar itu.
Harvard mulai melakukan pemeriksaan disetiap ceruk dan celah yang ditemukannya. Setiap menemukan satu dua orang penjaga, ia melumpuhkannya dengan cara membekap mulut dan memukul tengkuk penjaga itu dengan gagang kopesh yang besar membuat penjaga itu langsung lunglai pingsan.
"Kelihatannya, dibagian sini tidak ada yang mencurigakan..." gumam Havard sembari mengamati lagi keadaan disekitarnya. "Aku harus melangkah lebih kedalam..."
Havard turun ke bagian bawah, terus memeriksa. Tak berapa lama ia menemukan sebuah tempat yang dijaga oleh dua orang manusia harimau.
"Kelihatannya, disanalah Selena ditawan." gumam Havard lagi sembari menyiapkan empat keping cakram kecil berbentuk bunga lotus.
Dengan kekuatan penuh, Havard melemparkan empat keping cakram kecil itu ke arah dua penjaga.
SWINGGG... SWINGGGG... JLEB! JLEB!
UGHHH... UOHH...
Dua penjaga itu tewas dengan sekeping cakram kecil yang menancap pada leher mereka. Havard dengan cepat mendekati tempat itu dan menyembunyikan dua mayat penjaga tersebut ke ceruk yang agak dalam. Ia kemudian menggeledahnya dan menemukan beberapa anak kunci yang diikat pada sebuah tali yang terpilin sedemikian rupa.
Havard kemudian menatap ceruk yang dipasangi pintu. Digerendel pintu tersebut dipasangi gembok besar. Secara naluriah, Havard memasukkan beberapa anak kunci ke lubang gembok untuk memastikan mana yang cocok diantaranya.
KLIK!!!
Terdengar bunyi khas ketika anak kunci yang tepat masuk ke lubang gembok itu. Havard memutarnya beberapa kali dan pengaitnya terlepas. Lelaki itu melepaskan gembok dan menarik gerendelnya kemudian mendorong pelan pintu tersebut.
"Siapa disana?!" seru suara serak yang berasal dari kegelapan dihadapannya. Havard mempertajam penglihatannya dan maju beberapa langkah dengan kopesh yang siap terangkat.
"Siapa kamu?" tanya pemilik suara sejak itu. Havard mendekat dan menemukan sesosok tubuh yang meringkuk, terantai disepasang kakinya.
Tubuhnya yang kekar hanya ditutupi pakaian sekenanya yang sudah rombeng disana-sini. Rambut orang itu kusut dan berdebu, pertanda tak terurus. Wajahnya kusam disebabkan oleh debu-debu vulkanik dalam ruangan tersebut.
"Kamu siapa?" tanya orang itu lagi.
"Kamu dulu... siapa namamu?" tanya Havard.
"Ah, kau bukan mereka..." ujar orang itu dengan napas lega. "Kupikir, Tigris menyuruh orang-orangnya untuk segera mengeksekusi diriku."
"Tigris? Pemilik Benteng Maung?" desis Havard.
"Tentu... kenapa denganmu? Apakah kau belum pernah mengenalnya? Darimana asalmu?" ujar orang itu dengan heran.
"Sebelumnya aku mau tahu siapa kamu." ujar Havard mengalihkan topik.
"Aku? Hanya orang tak penting yang tertawan disini... kau bisa melepaskanku?" tanya orang itu.
"Kau menyembunyikan jati dirimu..." tukas Havard. "Jika kau tak jujur, aku tak akan melepaskanmu dari sini." ancamnya.
"Baiklah, terserah kau saja..." ujar orang itu menyerah. "Aku adalah Nuzlan, putra Ishak dari Tel-Qahira..."
"Aku, Havard... dari Las Mecca..." ujar Havard memperkenalkan dirinya.
"Las Mecca? Bagaimana keadaan disana? Kudengar dua penjaga tadi membahas tentang kota lembah itu..." ujar Nuzlan dengan penasaran.
"Las Mecca diserang kemarin malam. Mereka menawan salah satu penduduk... perempuan... dan dia dibawa kemari." jawab Havard. "Kau pernah melihatnya?" tanya lelaki itu.
Nuzlan menggeleng. "Tidak... tapi kudengar, Raja Saul yang memerintahkan agresi tersebut. Bukan sekedar pasukan biasa yang diterjunkan, melainkan pasukan khusus yang dipimpin oleh Surya Hitam..." ujarnya.
"Surya Hitam?" gumam Havard.
Nuzlan mengangguk. "Ya, seorang demihuman berujud manusia belalang yang memimpin satu resimen pasukan khusus itu."
"Seorang mutan rupanya." gumam Havard.
"Hei, kau kesini hendak apa?" tanya Nuzlan menyelidik. "Aku yakin, kau kesini bukan dalam rangka plesiran, kan?"
"Aku mau mencari teman perempuanku yang disekap disini." jawab Havard.
"Kekasihmu?" tebak Nuzlan.
"Nggak..." jawab Havard.
"Kau bohong!" tukas Nuzlan sembari terkekeh. Havard hanya mendengus.
"Hei, lepaskan aku..." pinta lelaki itu. "Aku janji akan menemanimu menemukan pacarmu itu."
"Dia bukan pacarku." tandas Havard.
"Sudahlah, terserah kau saja. Tolong lepaskan aku." pinta Nuzlan.
Havard mengeluarkan anak kunci dan mulai mencocokkan satu persatu anak kunci ke lubang borgol yang membelenggu sepasang kaki lelaki itu.
KLIK!!!
Belenggu itu membuka dan Nuzlan menggeliatkan tubuhnya dengan kuat.
"Aaarrrrggghhhh... senang sekali bisa bebas." ujarnya dengan riang dan berdiri dengan pelan. "Mari kita temukan teman perempuanmu itu..." ajaknya melangkah mendahului Havard menuju pintu dan membukanya.
Nuzlan memungut sebatang tombak dan ia pun melangkah diikuti oleh Havard.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments