Benteng Maung memang sesangar penampilannya. Benteng ini sebenarnya adalah buatan alam sebab merupakan sebuah pulau karang yang menjulang ditengah bebatuan karang yang melingkupi danau vulkanik tua.
Benteng ini menjadi strategis disebabkan tempatnya yang terisolasi ditengah danau itu. Jalan satu-satunya hanyalah sebuah jembatan yang naik-turunkan oleh penghuninya sebagai akses agar bisa memasuki bangunan itu.
Disebut Benteng Maung disebabkan pada bagian gua masuk diukir seperti tengkorak seekor macan yang membuka moncongnya. Stalagmit dan stagmit yang mencuat disisi kiri-kanannya sangat pas seperti taring-taring sang macan. Kedua rongga matanya ditempati oleh dua demihuman yang menjaga dan mengawasi siapapun yang datang mendekati bangunan tersebut.
Havard mengamati keadaan dari balik tonjolan-tonjolan dan bongkahan bebatuan vulkanik yang menyamarkan persembunyiannya. Sesekali matanya memicing untuk memperhatikan titik-titik yang tak dijaga. Sejenak kemudian, ia mendengar sayup-sayup suara kendaraan mendekat.
Havard sigap menuju sisi lain bongkahan bebatuan untuk memastikan kendaraan apa yang mendekat itu.
Sebuah pedati besar yang ditarik dua ekor lembu besar yang bersepir-sepir tubuhnya datang menyusuri jalanan berbatu itu.
Memang jalanan menuju ke benteng ini tak bisa dilalui oleh kendaraan elektronik. Sebab tanah vulkanik memiliki gravitasi yang sangat besar dan dapat membahayakan fungsi motorik kendaraan jaman itu yang lebih banyak menerapkan sistim anti gravitasi. Mesin beroda sudah lama ditinggalkan sebab sudah tidak praktis lagi. Untuk menjangkau wilayah-wilayah khusus, terpaksa para cendekiawan kembali menerapkan sistim transportasi kuno.
Havard menoleh ke arah karkadan tunggangannya. Bukefals tidak diikat tali kendalinya. Karkadan muda itu cerdas dan dapat memahami perintah tuannya.
"Bukefals, aku akan menyusup melalui bagian bawah kendaraan itu. Pergilah kau menuruni bukit. Aku akan memerlukanmu suatu saat nanti. Jangan jauh-jauh ya?" pesannya.
Seakan paham, Bukefals mengangguk-angguk lalu memalingkan tubuhnya dan berjalan santai menjauhi tempat itu, sementara Havard dengan berhati-hati menyusuri bongkahan bebatuan untuk mendekati pedati besar itu.
Ia berhasil menyusup tanpa ketahuan si kusir yang asyik bersenandung ria. Havard menyusup ke bagian bawah kereta dan berpegangan pada batang-batang roda untuk menjaga tubuhnya agar tidak jatuh.
Kereta itu terus berjalan dan akhirnya berhenti disisi tebing tepat berhadapan dengan moncong benteng.
"Bukakan pintu! Perbekalan kalian sudah tiba!" seru kusir itu dengan suara menggelegar.
"Tunggu sebentar!!!" sahut penjaga yang berdiam di rongga gua bagian atas. Tak lama kemudian jembatan turun dan menjejak bagian sisi tebing.
Kusir itu kembali menggebah dua lembu itu agar maju menarik pedati menyusuri jembatan yang membawa mereka ke dalam benteng. Havard tetap berada dibagian bawah dan sejenak ia menelan liurnya menyaksikan danau dibawah jembatan yang terlihat menggelegak sebab sulfurnya yang berkandungan tinggi.
Pedati telah masuk kedalam. Kusir itu turun dari pedati dan membongkar muatannya. Beberapa demihuman berujud manusia harimau muncul menyandang tombak.
"Aaahhh... Sifr, Yarmak..." serunya kepada dua orang demihuman yang dikenalnya. "Bantu aku membongkar muatan ini. Perbekalan yang kalian pesan di Ur-Baol dan Zidana sungguh banyak." ujarnya setengah mengeluh. "Lihatlah pedatiku nyaris doyong dan rusak gara-gara pesanan kalian..."
"Sudahlah! Jangan banyak mengeluh." ujar Sifr sambil terkekeh. "Kami berterima kasih padamu karena sudah susah-susah membawanya kemari."
"Apakah Raja Tigris akan menaikkan upahku setelah ini? Aku terlanjur rugi membeli beberapa makanan yang tidak lazim didapatkan di Pasar Ukadz..." sahut kusir itu lagi.
"Kami tak tahu. Bertanyalah kepadanya." timpal Yarmak. "Tapi ingat. Bicarakan dengan baik. Tigris, bukan seorang pantera yang baik macam kami berdua." ujarnya mengingatkan lalu menatap beberapa manusia harimau yang mengiringi mereka.
"Kalian bertiga angkut perbekalan ini ke gudang makanan! Cepat!" serunya.
Mungkin pangkat kedua demihuman itu lebih tinggi dari mereka bertiga sehingga ketiganya tak banyak membantah dan menuruti perintah kedua pantera itu.
Havard tetap berada di agian bawah pedati mendengarkan pembicaraan.
"Aku lelah sekali... bisakah aku istirahat?" tanya kusir itu.
"Ada celah kosong di bagian dapur. Istirahatlah disana..." ujar Sifr.
"Jangan mengamati betina-betina kami ya?!" ancam Yarmak dengan galak.
"Ah, kalian ada-ada saja." tukas kusir itu membantah. "Mana ada aku berselera dengan tubuh berbulu?" sambungnya sambil melangkah pergi meninggalkan pedati.
Sementara itu kelima orang pantera itu asyik dalam kegiatan bongkar muat, tak menyadari keberadaan Havard. Dibagian bawah kereta itu, lelaki tersebut memperkirakan bagian-bagian mana yang akan diperiksanya.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
anggita
karkadan..
2022-10-22
0