Seorang wanita mengenakan mantel panjang yang menutupi tubuhnya. Dikepalanya yang ditumbuhi rambut hitam pekat sepunggung itu dihiasi dengan tiara bermotif dua tanduk unik membuat penampilannya lebih mirip kaum peri ketimbang manusia sejati.
Kulitnya memang putih bersih, dilihat dari kulit wajahnya yang merona terkena cahaya mentari. Namun raut wajahnya terlihat begitu serius memandang ke suatu arah.
Nampak ditengah belantara hutan itu nampak sesosok makhluk yang tak jelas bentuknya. Perlahan makhluk itu mendongak ke atas dan memperdengarkan raungannya.
RAAAAAAARRRRRGHHHH...
"Hmmm... akhirnya kau muncul juga." gumam wanita bertiara tanduk itu kemudian mengangguk. "Aku sudah lama menunggumu..."
Tiba-tiba wanita bermantel panjang itu melompat tinggi ke udara dan membenamkan dirinya dalam bentangan permadani hutan yang menghijau lebat itu. Sementara makhluk yang tak jelas bentuknya itu kemudian kembali merunduk dan menyamarkan tubuhnya diantara pepohonan tinggi.
...***...
Disebuah padang rumput yang luas, seorang pemuda mengendarai seekor Karkadan muda. Mereka menyusuri jalanan itu dengan santai. Pemuda itu mengenakan mantel bertudung dengan sebuah perisai lonjong menggantung dipunggungnya, sedang sebilah kopesh tersarung dipelana hewan tersebut.
Ia menikmati aliran angin sepoi yang menghembus pelan, menyejukkan tubuhnya dari panasnya terik matahari yang menyengat. Untung saja ia mengenakan pakaian ringkas namun tertutup sehingga tubuhnya tidak menjadi gosong dimangsa sinar mentari yang panas siang itu.
"Nah Bukefals, sebentar lagi kita tiba di Las Mecca. Kau akan makan enak nanti." ujar lelaki itu dengan jenaka sambil menepuk-nepuk punggung karkadan itu. Bukefals, nama hewan itu hanya membalasnya dengan dengusan berat saja.
"Ah, perjalanan ke Zafawi memang melelahkan." ujar lelaki itu bermonolog. "Untung saja aku hanya mengawal kafilah dagang saja." sambungnya lalu mendengus pelan. "Kalau disuruh menginap, wuih... aku tak bakal mau. Kau setuju kan, Bukefals?"
Lagi-lagi karkadan muda itu mengangguk-angguk seakan mengerti saja perkataan lelaki itu. Hewan itu kemudian memperdengarkan lenguhan panjangnya yang berakhir dengan gerutuan pelan.
Lelaki itu tertawa riang. "Ah, kau memang paling tahu apa dalam hatiku. Seakan-akan kita ini sejoli... bukan begitu?"
Karkadan itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menggerutu lagi membuat lelaki itu tertawa.
"Ah, kau memang dasar tukang gengsi." ejeknya kembali menepuk-nepuk punggung leher hewan itu. "Ayolah sedikit lebih cepat. Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Selena."
Lelaki itu mendongak menatap ke arah pegunungan dan sejenak ia tertegun. Asap tebal membumbung tinggi terlihat dari balik bukit.
"Bukefals! Asap itu!" seru lelaki itu menudingkan telunjuknya ke arah pegunungan. "Perasaanku tidak nyaman! Percepat larimu kawan!"
Sekali gebah, karkadan muda itu melaju membuat tubuh lelaki itu terguncang-guncang diatas pelananya. Beberapa jenak kemudian, ia bertemu dengan serombongan pasukan, menaiki dua kendaraan sejenis panser bermesin anti gravitasi.
Lelaki itu cepat-cepat menggebah karkadan tunggangannya untuk mengambil tepi jalan saat berpapasan dengan rombongan tentara itu. Sejenak lelaki itu mengekori arah perginya rombongan tentara itu.
"Pasukan dari Kerajaan Yahuda?! Bagaimana bisa mereka berada disini?!" gumam lelaki itu dengan perasaan makin tidak senang. "Mereka datang dari arah sana. Tidak ada pemukiman lain dibalik gunung Shofa itu selain Las Mecca!"
Lelaki itu dengan perasaan tegang kembali menggebah tunggangannya. Karkadan itu melaju menyusuri jalanan itu dan dengan mudah mendaki perbukitan. Dipuncak bukit, disamarkan oleh barisan pepohonan, lelaki itu mengamati Las Mecca dari persembunyiannya.
"Hm... ada seregu tentara bersenjata perisai dan senapan laser... aku bisa menaklukkan mereka..." ujar lelaki itu menguatkan hati lalu menggebah hewan tunggangannya menuruni bukit.
"Berhenti!!!" seru salah satu tentara ketika melihat seorang lelaki berkendara seekor karkadan muda memasuki gerbang masuk Las Mecca.
Lelaki itu menghentikan kendaraannya. Ia menatap tajam tentara bersenjata senapan laser itu.
"Turun dari kendaraanmu!" perintah tentara itu seraya menodongkan senapan laser ke arah lelaki itu.
"Sebutkan siapa kau dan dari mana!!" sambungnya lagi.
"Aku Havard, ... aku penduduk disini." jawab lelaki itu. "Sekarang jawablah pertanyaanku. Mengapa pasukan dari Ur-Baol berada di Las Mecca?!"
"Itu bukan urusanmu!" sela tentara tersebut sembari mempererat todongan senapan lasernya. "Serahkan senjatamu!" ujar tentara itu mengangguk kearah kopesh yang tersarung dipelana hewan tersebut.
"Kalau aku tak mau?" tantang Havard memancing kemarahan tentara tersebut.
"Kau cari mati!!!" seru tentara itu hendak menarik picu senapan.
Dengan sigap, Havard tiba-tiba mencabut dua batang paku panjang dari balik mantelnya dan melesatkannya kearah tentara itu.
SYUTTT... JLEB! JLEB! UOOHHH...
Dua batang paku itu menancap tepat ditenggorokan tentara itu membuatnya roboh melepaskan nyawa sebelum sempat menembakkan laser.
Teriakan tentara itu memancing anggota regu lainnya muncul dan segera mereka mengarahkan senapannya ke arah Havard.
"Penyusup!!! Bunuh dia!!!" seru salah satu tentara itu.
Sekali lagi Havard melemparkan beberapa paku panjang yang menancap ditangan para tentara itu membuat mereka berteriak kesakitan dan melepaskan senapannya.
"Lari Bukefals!!!" seru Havard menepuk tubuh karkadan tersebut sembari menghunus kopesh dari sarungnya yang terpasang dipelana hewan itu.
Bukefals meraung keras lalu lari berderap menuju sekumpulan tentara itu. Mereka berlarian tunggang langgang menghindari amukan hewan tersebut sambil buru-buru menghunus pedang untuk menyerang si pengamuk.
Sementara Havard memanfaatkan kesempatan itu menyerang para tentara dan mengayunkan kopesh miliknya dengan terarah.
Satu persatu tentara berpedang itu roboh dengan tubuh terbelah dan nyawa yang terlepas. Havard menurunkan senjatanya dan menatap karkadan tunggangannya yang berdiri diam beberapa jarak sambil mengeluarkan suara gerutuan.
"Bagus, Bukefals." puji Havard mengacungkan jempolnya kearah hewan itu. "Mari kita cari para penduduk yang selamat." ajaknya.
Havard menuntun Bukefals memasuki perkampungan dan ia berhenti di alun-alun dimana terdapat bangunan tua berbentuk bujur sangkar yang telah ditumbuhi lumut.
Ternyata disana terdapat beberapa penduduk, termasuk kepala kampung, Syaikh Hasyim.
"Havard!!!" seru Syaikh Hasyim melihat lelaki itu muncul menuntun Bukefals.
"Tuan Syaikh..." balas Havard.
"Kau tiba kapan?" tanya lelaki tua itu seraya mengamati keadaan dari balik bahu Havard.
Seakan tahu, Havard menjawab. "Aku baru saja tiba dan baru saja menghabisi seregu pasukan itu."
Syaikh Hasyim mendesah lega. "Untunglah kau datang..."
"Mengapa tidak menghubungi Tel-Qahira?" tanya Havard.
"Tidak sempat, nak." jawab Syaikh Hasyim. "Para Bulis tidak sempat mengontak ibukota. Mereka melakukan biltzkrieg pada saat kami dalam keadaan lengah. Menara pemancar dihancurkan duluan dengan meriam laser sebelum mereka merangsek kedalam kota."
Havard terdiam. Tak lama kemudian ia menghela napas. "Tak mengapalah. Yang penting mereka sudah ku tumpas. Hanya kuminta, anggota Bulis yang tersisa segera melakukan penjagaan... jangan sampai mereka sempat melakukan panggilan radio.... aku sempat berpapasan dengan dua panser pasukan Yahuda ketika dalam perjalanan kemari..."
Syaikh Hasyim mengangguk-angguk paham. "Akan kuteruskan permintaanmu." ujarnya.
Sejenak kemudian Havard menatap lelaki tua itu. "Abi*), aku boleh bertemu Selena?" pinta Havard.
*) panggilan umum kepada lelaki yang dituakan.
Syaikh Hasyim menghela napas prihatin. "Itulah masalahnya, Havard..."
"Masalah?" kening Havard langsung mengerut. "Ada apa dengan Selena?" tanya lelaki itu memegang erat kedua lengan lelaki tua tersebut.
"Selena... Selena ditawan pasukan Yahuda..." ujar Syaikh Hasyim.
"Apa?!" pekik Havard dengan kaget. "Lalu? Apakah dia dibawa ke Ur- Baol?!" desak lelaki itu.
Syaikh Hasyim menggeleng. "Tidak..."
"Lalu?" desak Havard lagi.
"Dia... dia dibawa ke Benteng Maung." jawab Syaikh Hasyim.
Havard seketika dilanda keterkejutan yang luar biasa.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
anggita
benteng maung. 🙄
2022-10-22
0