Setelah mengijinkan Dara ikut ke rumah, Albert melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang membelah jalanan menuju ibu kota.
Di kursi belakang Naren nampak sangat manja kepada Dara. Hal itu mbuat Albert jengah.
Naren terus menggenggam tangan Dara sambil menyandarkan kepalanya ke pundak Dara.
" Dara, apa kau tidak risih dengan kelakuan Kak Naren yang seperti itu?" Albert menatap Dara lewat pantulan kaca.
" Tidak Tuan! Ini sudah biasa." Sahut Dara mengelus kepala Naren.
" Bisakah kau tidak memanggilku dengan sebutan Tuan? Aku merasa sangat tua kalau panggil begitu, kau memanggil Naren dengan sebutan Mas, panggil aku seperti kau memanggil Naren saja." Ujar Albert.
" Maaf Tuan, Mas Naren teman saya jika anda majikan saya jadi biarkan saya menghormati anda sebagai orang yang telah mempekerjakan saya." Sahut Dara.
Albert merasa kesal dengan penolakan Dara. Ia memilih fokus pada jalanan saja.
" Dara, aku mau tidur." Ucap Naren.
" Sini!" Dara menepuk pahanya.
Naren menyandarkan kepalanya ke paha Dara, hal itu membuat hati Albert terasa panas.
" Awas kau Naren... Setelah aku merebut semua hartamu aku akan merebut Dara darimu, dan saat itu tiba aku akan membuangmu ke dasar lautan." Ujar Albert dalam hati.
Tiga jam kemudian mereka sampai di sebuah rumah mewah berpagar tinggi. Albert menghentikan mobilnya tepat di depan pintu rumah.
" Ayo turun Dara." Ucap Albert.
" Iya Tuan, saya bangunin Mas Naren dulu." Sahut Dara.
Albert keluar dengan kesal meninggalkan Dara dan Naren.
" Mas bangun!" Dara menepuk pelan pipi Naren.
" Engh." Lenguh Naren membuka matanya.
" Kita udah sampai?" Tanya Naren menatap sekelilingnya.
" Iya, ayo turun." Sahut Dara.
" Dara, aku takut." Ucap Naren menggenggam tangan Dara.
" Tenanglah Mas! Apa yang kamu takutkan? Sekarang ada aku di sini." Dara menangkup wajah Naren.
" Mereka akan menyiksaku lagi, mereka akan memaksaku meminum obat itu, aku tidak mau." Ucap Naren.
" Kamu sudah mulai berubah Mas, kamu mulai mengingat semua itu, tapi satu hal yang harus kamu ingat! Jangan menunjukkan sikapmu yang seperti ini kepada siapapun kecuali aku, kamu paham kan." Ujar Dara.
" Iya." Sahut Naren.
" Dara, tetaplah bersamaku." Ucap Naren.
" Selalu." Dara tersenyum manis ke arahnya.
Keduanya turun dari mobil, mereka di sambut oleh bi Minah, art yang mengurus Naren selama ini.
" Selamat datang kembali Den Naren, Nona...
" Dara, Bi." Sahut Dara.
" Selamat datang Nona Dara, saya Bi Minah." Ucap bi Minah.
" Terima kasih Bi." Sahut Dara.
Bi Minah mengantarkan Naren dan Dara ke kamarnya. Kebetulan kamar yang akan di tempati Dara bersebelahan dengan kamar Naren.
Ceklek.....
Dara membuka pintu kamarnya.
" Dara, aku ikut masuk." Ucap Naren tanpa melepas tangan Dara.
" Iya, aku akan menata bajuku dulu setelah itu kita ke kamarmu." Sahut Dara.
Keduanya masuk ke dalam kamar Dara. Selesai menata baju, mereka pindah ke kamar Naren.
" Ini kamarmu Mas?" Tanya Dara memperhatikan kamar Naren yang sama besarnya dengan kamarnya.
Ya karena selama ini Naren menempati kamar tamu.
Naren menganggukkan kepalanya. Ia duduk di tepi ranjang menatap ke luar jendela.
" Kenapa mukamu terlihat sedih gitu mas? Kamu nggak suka kembali ke rumah ini?" Tanya Dara menatap Naren yang terlihat murung.
" Tidak, aku tidak akan bisa keluar kalau di sini, tidak seperti di rumahmu." Sahut Naren.
" Sekarang kan udah ada aku Mas! Aku akan mengajakmu jalan jalan mengelilingi rumah ini setiap hari." Ujar Dara.
" Pria jahat itu tidak akan mengijinkan kita keluar Dara." Sahut Naren.
" Kamu percayakan sama aku?" Dara menatap Naren yang di balas anggukan kepala.
" Sekarang tersenyumlah, aku tidak mau melihat kamu bersedih gitu, kamu jelek kalau lagi gitu." Ujar Dara.
Naren langsung tersenyum manis ke arahnya, Dara membalas senyumannya.
" Misi di mulai hari ini, aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi sama kamu Mas, kalau terbukti mereka berbuat jahat kepadamu, aku tidak akan melepaskan mereka." Batin Dara.
Albert masuk di ikuti bi Minah di belakangnya.
" Dara, kasih makan Kak Naren, setelah itu pastikan dia meminum obatnya supaya dia bisa cepat sembuh." Ucap Albert.
" Ak....
Dara menggenggam tangan Naren saat Naren hendak protes tentang obat itu.
" Kenapa Kak Naren? Kamu harus meminum obatnya supaya kamu cepat sembuh, kamu sudah lama kan tidak meminum obatnya? Jadi menurutlah sama Dara, kalau tidak! Dara akan kembali ke rumahnya, kau mengerti?" Albert menatap Naren.
Naren menganggukkan kepalanya.
" Setengah jam lagi kita makan di meja makan Dara, aku tunggu di sana." Ucap Albert.
Dara melongo menatap Albert.
" Tidak Tuan, saya di sini saja makan bareng Mas Naren." Ucap Dara.
" Turuti ucapanku atau kau kembali ke rumahmu." Tekan Albert.
" Kalau aku kembali ke rumah, maka Mas Naren akan ikut bersamaku, Tuan Albert." Sahut Dara.
" Terserah." Dengan kesal Albert pergi meninggalkan kamar Naren.
Tanpa mempedulikan sikap Albert, Dara mengambil nampan berisi makanan dari tangan bi Minah.
" Ma kasih ya Bi." Ucap Dara.
" Sama sama Non." Sahut bi Minah.
" Aku suapi Mas." Dara mulai menyuapi Naren dengan telaten.
Bi Minah tersenyum bahagia melihatnya.
" Semoga Den Naren bahagia." Gumam Bi Minah keluar kamar.
Naren mengambil sendok di tangan Dara, lalu ia menyodorkannya ke mulut Dara.
" Kamu juga harus makan, aku nggak mau kamu kurus di sini karena mengurusku." Dara tersenyum lalu menerima suapan Naren.
Setelah selesai Dara mengambil sebutir obat yang ada di nampan.
" Dara aku tidak mau minum obat itu!" Naren membungkam mulutnya dengan kedua tangannya.
" Apa yang kau rasakan setelah minum obat ini Mas?" Tanya Dara.
Naren terlihat sedang berpikir.
" Aku seperti orang mati, aku tidur lama sekali, setelah aku bangun, aku merasa lupa segalanya, aku seperti orang pikun." Terang Naren.
" Mungkin ini semacam obat penenang." Gumam Dara.
" Mas, kalau ada yang tanya seperti itu kamu jawab saja tidak tahu, ok." Ujar Dara. Naren menganggukkan kepalanya.
Dara menyimpan obat itu di tas selempangnya.
" Sekarang kamu tidurlah! Jangan buat Albert dan mamanya curiga kalau kamu tidak meminum obatnya." Dara menyelimuti Naren.
" Jangan tinggalkan aku." Naren mencekal tangan Dara.
" Kalau aku tidak keluar dari sini, mereka akan curiga kalau kamu tidak tidur Mas, aku akan menanyakan pada Albert apa saja jadwal kegiatan kamu, aku akan kembali setelah itu." Ujar Dara.
" Janji ya." Ucap Naren.
" Iya aku janji, sekarang tidurlah! Kalau tidak bisa tidur jangan kemana mana, tetap di atas ranjang dan di dalam selimut." Ujar Dara.
Dara keluar kamar, ia mencari Albert yang ternyata duduk di ruang keluarga menonton TV.
" Tuan Albert." Albert menoleh ke arah Dara.
" Ya, ada apa?" Tanya Albert.
" Kau belum memberikan jadwal kegiatan Mas Naren kepadaku, apa yang harus aku lakukan dari dia bangun tidur sampai tidur malam." Ujar Dara.
" Duduklah!" Dara duduk di sofa depan Albert.
" Tidak ada kegiatan khusus, yang jelas setelah makan dia harus meminum obatnya, kalau malam obatnya dua." Ujar Albert.
" Berarti sehari Mas Naren minum obat tiga kali?" Tanya Dara memastikan.
" Ya, jadi total empat butir, apa kau paham?" Albert menatap Dara dengan tatapan yang sulit di artikan.
" Kenapa kalau malam di kasih dua?" Tanya Dara.
" Dia mengamuk dan menangis setiap malam dan itu sangat mengganggu tidurku, jadi berikan sesuai biasanya saja." Ujar Albert.
" Baiklah Tuan, terima kasih." Ucap Dara.
" Dia sudah meminum obatnya?" Tanya Albert.
" Sudah Tuan." Sahut Dara.
" Saat ini apa yang dia lakukan?" Selidik Albert.
" Mas Naren langsung tidur Tuan." Sahut Dara.
" Bagus." Ucap Albert.
" Lebih tepatnya pura pura tidur Tuan, aku berjanji aku akan memberikanmu kejutan tiga bulan lagi." Dara tersenyum smirk.
Kejutan apa yang akan di berikan Dara kepada Albert?
Penasaran?
Jangan lupa like koment vote dan 🌹nya buat Dara.
Terima kasih untuk readers yang selalu mensuport author... Semoga sehat selalu...
Miss U All....
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Reka Ekas
trus berjuang dara.... semangaaat !!!!
2022-10-10
1
Selly Rizki Melina
Next
2022-10-10
1