Mencari Naren

Di dalam sebuah rumah mewah, nampak dua orang sedang berdebat.

" Albert, cepat cari Naren sebelum terlambat! Sudah tujuh hari dia menghilang dan tidak meminum obatnya..

" Apa? Tujuh hari?" Pekik Albert bangkit dari sofa.

" Iya Al, jika dia tidak meminum obatnya lagi maka ada kemungkinan dia kembali normal seperti dulu, jika sampai itu terjadi maka tamatlah riwayat kita, kita akan jadi gelandangan yang tidur di jalanan tanpa uang se sen pun." Ujar nyonya Melinda mondar mandir di ruang tamu.

" Kenapa Mama tidak langsung meneleponku? Kalau Mama meneleponku waktu itu aku akan menyuruh orang ku mencarinya saat itu juga Ma, kalau sudah begini akan sulit urusannya." Albert menarik kasar rambutnya.

" Mama tidak mau mengganggu pekerjaanmu sayang, Mama ingin kamu fokus supaya kamu bisa membuktikan kepada semua orang kalau kamu layak menjadi pewaris yang sesungguhnya." Ujar nyonya Melinda.

Ya Alberto baru saja pulang dari pulau B, mengurus bisnisnya.

" Semua ini kesalahan Mama." Albert menunjuk mamanya.

Nyonya Melinda menundukkan kepalanya. Ia tidak berani melawan putranya jika Albert sedang marah.

" Cuma jagain Naren aja Mama nggak becus." Ucap Albert dengan nada tinggi.

" Aku mengurungnya di dalam kamar yang selalu terkunci, lalu bagaimana bisa dia kabur dari rumah hah?" Bentak Albert menatap mamanya.

" Maafkan Mama, waktu itu Mama pergi arisan dengan teman teman Mama, lalu kami jalan ke Mall, setelah Mama pulang Naren sudah tidak ada." Ujar nyonya Melinda.

" Mama bisanya cuma foya foya menghabiskan uang saja, Mama harus bantu cari laki laki tidak waras itu atau aku akan menyetop uang bulanan Mama, dan pecat semua art tidak berguna itu!" Ucap Albert kesal.

" Mama akan memecat mereka, tapi Albert... Bagaimana kalau Naren lapor polisi dan memberitahu semuanya pada polisi? Mama takut di penjara Al." Nyonya Melinda menatap Albert.

" Polisi tidak akan menerima laporan dari orang tidak waras itu." Sahut Albert.

Albert menghela nafasnya pelan.

" Mama tenang saja! Aku akan menyuruh orang ku untuk mencarinya." Sambung Albert meninggalkan mamanya.

" Naren kau membuatku dalam kesulitan, lihat saja apa yang akan aku lakukan kepadamu." Ucap nyonya Melinda.

...****************...

Dara baru saja pulang dari pasar. Ia masuk ke rumah Naren untuk memberikan makanan, namun Naren tidak ada.

" Mas... Mas Naren." Panggil Dara mencari ke semua tempat.

" Kemana Mas Naren ya? Apa dia pergi? Tapi tidak mungkin dia pergi sendiri, aku akan tanya pada Bapak." Monolog Dara.

Dara masuk ke rumahnya, ia menghampiri ayahnya yang sedang duduk di ruang tamu.

" Pak, apa Bapak melihat Mas Naren?" Tanya Dara menatap pak Rohman.

" Kamu sudah pulang Ra? Gawat Dara! Beberapa warga mengusir Naren dari sini Dara." Pak Rohman bangkit dari kursinya.

" Apa?" Jawaban pak Rohman benar benar membuat Dara terkejut.

" Kenapa itu bisa terjadi Pak? Memangnya apa yang Mas Naren lakukan kepada mereka?" Tanya Dara.

" Bapak juga tidak tahu nak, tiba tiba warga datang lalu menyeret Naren keluar." Sahut pak Rohman.

" Mereka membawa Mas Naren kemana Pak?" Tanya Dara cemas.

" Sepertinya ke perkebunan jati yang.....

Tanpa mendengar ucapan ayahnya lebih lanjut, Dara segera berlari menuju kebun jati yang berada tak jauh dari danau.

" Mas Naren tunggu aku, aku akan menolongmu." Ujar Dara terus berlari.

Dan benar saja, sampai di kebun jati Dara melihat beberapa warga di sana, dua orang warga menarik paksa tangan Naren untuk mengikuti langkahnya.

" Berhenti!" Teriak Dara menghampiri mereka semua.

" Apa yang kalian lakukan hah?" Bentak Dara menarik tangan Naren.

Naren bersembunyi di belakang Dara.

" Mereka jahat Dara, mereka ingin menjauhkan aku darimu." Ucap Naren ketakutan.

" Tenanglah! Ada aku di sini, aku akan mengusir mereka untuk tidak mengganggumu." Sahut Dara.

" Biarkan kami mengusir pria gila itu Dara." Ucap salah satu warga.

" Ya... Kami tidak mau kehadirannya mengganggu ketenangan kami, usir saja pria tidak waras itu." Ucap yang lainnya.

" Pria tidak waras? Ketenangan? Ketenangan apa yang kalian maksudkan hah?" Tanya Dara menatap satu persatu warga desa.

" Apa dia pernah mengganggu kalian semua? Atau dia datang meminta makan pada kalian?Apa dia mencuri pakaian yang sedang kalian jemur lalu memakainya? Katakan apa yang dia lakukan yang membuat kalian terganggu dan tidak nyaman! Katakan padaku!" Teriak Dara kesal.

Semua orang saling tatap dan membungkam mulutnya.

" Kenapa tidak menjawab? Kalian tidak punya jawabannya kan? Maka dari itu aku katakan pada kalian semua yang tidak punya hati nurani." Tekan Dara menunjuk mereka.

" Kalian mengusir seseorang yang saat ini sedang membutuhkan bantuan, dia tidak gila... Hanya saja mungkin ada gangguan pada otaknya, dia tidak tahu siapa dirinya, siapa keluarganya, dan dimana rumahnya, dia membutuhkan perlindungan dari orang orang yang berniat jahat kepadanya, lalu bagaimana bisa kalian semua mengusirnya? Jika kalian tidak mau membantunya, minimal jangan mengganggunya! Bagaimana kalau keluarga kalian mengalami hal yang sama dengannya? Apa kalian akan diam saja jika ada seseorang yang mengusirnya?" Ucapan Dara membungkam mulut mereka semua.

" Aku yang bertanggung jawab atas kehadirannya di sini, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti kalian semua begitupun sebaliknya, aku juga tidak akan membiarkan kalian semua menyakitinya, jika ada yang berani mengganggunya lagi aku akan melaporkan kalian semua ke polisi." Ancam Dara membuat semua orang merasa takut.

" Pergi dari sini sekarang juga, dan jangan pernah menganggunya lagi!" Tekan Dara.

Warga yang membawa Naren tadi membubarkan diri. Dara membalikkan badannya menatap Naren.

" Dara aku takut, mereka semua jahat." Air mata Naren menghiasi pipi putihnya.

" Kamu tidak perlu takut lagi Mas, aku akan selalu ada bersamamu." Ucap Dara mengusap air mata Naren.

" Terima kasih Dara." Ucap Naren.

Grep....

Tiba tiba Naren memeluk Dara membuat Dara terkejut. Sesaat kemudian, Dara membalas pelukannya lalu mengelus punggung kekar Naren dengan lembut.

Ilham yang melihat semua itu mengepalkan erat tangannya.

" Awas saja kau pria gila... Aku tidak akan membiarkanmu merebut Dara dariku." Ucap Ilham meninggalkan tempat itu.

Dara melepas pelukannya.

" Ayo kita pulang Mas, aku sudah membelikan makanan untukmu." Ucap Dara.

" Jangan tinggalkan aku lagi!" Ucap Naren bergelayut manja pada lengan Dara.

" Maafkan aku! Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri lagi, mulai hari ini aku akan membawamu kemana pun aku pergi." Sahut Dara mengelus kepala Naren.

" Janji?" Tanya Naren.

" Janji." Sahut Dara.

Naren menatap Dara dengan tatapan sayu.

" Kenapa menatapku seperti itu Mas?" Tanya Dara.

" Kamu cantik, aku menyukaimu." Ucap Naren membuat Dara mematung.

Sesaat kemudian Dara tersadar.

" Aku juga menyukaimu." Sahut Dara.

Ia berpikir kalau ucapan Naren hanya ucapan yang biasa di ucapkan oleh seorang teman.

Dara menggandeng tangan Naren kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Dara masuk ke dalam. Naren beringsut di belakang tubuh Dara saat melihat pak Rohman berada di sana.

" Dara, dia mau memisahkan kita lagi." Ucap Naren menunjuk pak Rohman.

Dara tersenyum menatap ayahnya.

" Tidak Mas, dia ayahku, dia orang yang baik kok, dia akan menjaga kamu seperti aku menjagamu." Sahut Dara.

" Kenalan dulu sama ayahku." Sambung Dara.

" Kenalkan nak Naren, saya Rohman ayahnya Dara." Ucap pak Rohman.

Dengan sedikit ketakutan Naren menyalami tangan pak Rohman.

" Ayah." Ucap Naren menatap pak Rohman.

" Ya, kau boleh memanggilku dengan sebutan itu." Sahut pak Rohman.

" Dara kau benar dia orang baik, dia mau menjadi ayahku." Ucap Naren menatap Dara.

Dara tersenyum manis kepada Naren.

" Ya sudah, sekarang ayo kita makan bareng bareng." Ucap Dara duduk di sofa di ikuti Naren.

Mereka memulai acara makannya, namun Naren malah diam saja.

" Kamu nggak makan Mas?" Dara menatap Naren.

" Aku mau di suapi sama kamu." Dara melongo, ia melirik ke arah ayahnya.

" Tidak pa pa nak, suapi saja! Anggap saja bapak tidak ada di sini." Kekeh pak Rohman.

Akhirnya Dara menyuapi Naren dengan telaten. Naren makan dengan lahap sesekali sambil mengoceh seperti anak kecil.

" Aku tidak peduli jika orang orang menentang hubungan kita, aku berjanji akan selalu bersamamu apapun yang terjadi Mas, aku yakin kamu bisa menjadi normal seperti pria pada umumnya, semoga Tuhan memudahkan jalannya." Ujar Dara dalam hati.

Apakah Dara bisa mewujudkan niatnya untuk selalu bersama Naren?

Penasaran nggak nih?

Tekan like koment vote dan 🌹nya buat Dara ya... Karena dukungan kalian sangat berarti..

Terima kasih atas suport yang kalian berikan, semoga sehat selalu....

Miss U All...

TBC....

Terpopuler

Comments

Reka Ekas

Reka Ekas

lanjuut....!!!

2022-10-09

1

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

mantap dara

2022-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!