Cahaya kuning keemasan muncul dari kejauan, indah dan hangat. Membias terhalang pepohonan yang berdiri terselimuti salju. Kicau burung kecil sesekali terdengar menenangkan.
Semua pria dirumah sederhana itu masih terlelap layaknya bayi yang lelah bermain.
Merlin mencari tas kain yang di dalamnya ada rempah yang sudah ia kumpulkan, akhirnya ia menemukannya, tapi tas kain itu separuhnya tertindih tubuh Jendral Luzen.
Merlin menarik sedikit demi sedikit tas itu dengan perlahan, tiba-tiba lengannya di tangkap cepat dan di genggam sangat erat oleh Jendral yang langsung bangun dari tidurnya.
Keduanya sama-sama kaget..
“Aaww!!..” Teriakan Merlin sedikit meringis kesakitan.
Jendral Luzen dengan spontan langsung melepaskan cengkramannya itu.
“ Aahh..maaf, maaf..kau tidak apa-apa?” tanya jendral agak khawatir. Lalu ia mengusap kasar wajahnya.
“ Maaf nona, aku tidak bermaksud menyakitimu..aku cuma kaget ”
“ Iya, aku tidak apa-apa tuan..aku juga minta maaf telah membangunkan tidurmu, aku cuma ingim mengambil tas kain ini” Merlin mengusap-ngusap lengannya yang masih terasa sakit.
“ Tidak apa, aku memang sering kaget ketika bangun tidur. Ah…apa sudah pagi?” tanya Jendral melihat sedikit cahaya matahari yang masuk lewat celah dinding kayu.
“ Iya, sudah pagi ”Merlin melangkah kearah luar. Bau masakan yang sedap berhamburan kedalam ruangan.
Di luar Merlin sedang mengaduk-aduk makanan di sebuah tungku besar.
“Aaarrgg…”Gadden menguap sambil melenturkan sendinya.
“ Sepagi ini kau sudah masak nona?” pria bertubuh tegap itu melipat tangannya di dada.
“ Aku membuatkan bubur gandum, kalau tidak merepotkan, apa tuan bisa membantuku membelah kayu? Kayu bakarnya hampir habis..” Merlin masih mengaduk bubur.
“ Baiklah, dimana kayunya?” Merlin mengarahkan jarinya ke tumpukan kayu di halaman rumahnya.
Gardden memotong kayu dengan cepat. Ia adalah pria kuat.
Jendral Luzen dan seorang lagi keluar dari dalam rumah yang hangat, mereka sama-sama keluar menghirup udara pagi, jendral duduk di sebuah batang pohon yang terpotong menjadi tempat duduk, ia melipat tangannya di dada sambil sesekali meniup telapak tangannya karena udara dingin, dan pria satunya berkeliling mengamati pemandangan.
“ Nona, boleh aku tanya sesuatu?, kenapa kau tinggal sendirian di tempat seperti ini? Sama sekali tidak ada manusia yang hidup disini” Sembari membelah kayu, Gardden bertanya penasaran.
“ Sebenarnya aku tinggal dengan kakekku sebelum kakek meninggal tiga tahun lalu. Seluruh keluargaku di bunuh, bukan..bahkan seluruh klan Harbirt, semua di musnahkan”
Jendral menoleh kaget, begitu juga dengan Gardden, yang spontan menghentikan pekerjaannya sebentar. “ Kenapa mereka semua dibunuh? oleh siapa? ” tanya Gardden penasaran.
“ Karena klan Harbirt dianggap sebagai pembawa malapetaka, mereka disebut memiliki darah iblis. Kata kakekku yang membunuh keluarga dan klan-ku adalah Raja Zeroix ”.
“ Cih, Raja bar-bar sialan itu lagi yang berulah “ Gardden menancapkan kampaknya ke batang pohon dengan geram.
“ Apa maksudmu pembawa malapetaka? “ kali ini jendral Luzen mulai bertanya.
“ Aku juga tidak terlalu mengerti, tapi kakekku pernah bilang, kalau klan kami dianggap memiliki kekuatan yang sangat menakutkan, sehingga kami di takuti, di jauhi dan di musnahkan agar kekuatan kami tidak berkembang…aku sendiri tidak merasa memiliki kekuatan itu, aku dan kakek hanya bisa meracik obat, mengobati yang sakit, dan menjual obat”
“ Berati nona Merlin adalah klan Harbirt terakhir?” tanya Gardden kembali.
“ Ya mungkin saja, karena aku tidak tau apakah dari klan-ku masih ada yang hidup atau tidak, yang jelas aku diselamatkan kakek waktu umurku empat tahun ke tempat yang jauh dari desaku, yah..disinilah kakek membesarkanku”
“ Apa kau tidak dendam dengan Raja Zeroix?” tanya jendral lagi sambil mengusap-usapakan kedua telapak tangannya.
“ Awalnya aku dendam, tapi setelah beberapa tahun, ku pikir lagi, untuk melawan Raja Zeroix seorang diri, itu cuma mimpi dan keinginan konyol, dari situ aku lebih menerima takdirku dan menepis dendamku selama ini. Hidup tenang disini sudah cukup untukku “ Merlin dengan senyumnya menoleh ke arah pria yang berwajah tegas berwibawa itu.
Setelah beberapa saat, masakan telah matang, bubur gandum dan beberapa lauk sudah tersaji di meja kayu yang Merlin letakan di luar, agar para pria leluasa mengambilnya.
“ Baiklah, aku bangunkan dulu orang-orang bodoh itu...” Gardden menuju pintu masuk.
DENG!!!..DENG!!!…DENG!!…
Sebuah perisai perang terbuat dari besi di pukul Gardden dengan keras.
Merlin menoleh kaget dengan suara nyaring tadi, tapi dia hanya menghela nafas…’yah..begitulah kelakuan para pria’..gumamnya dalam batin
BANGUUUN!!!..DASAR ORANG-ORANG MALAS!!!
Teriakan sang wakil jendral yang memekik itu membuat semua pria terbangun, ada yang memegang kedua telinganya, ada pula yang menyeringai karena terganggu.
Dalam beberapa saat mereka telah kumpul di depan, masih dalam dinginnya salju, tapi hangatnya matahari di pagi itu membuat mereka tidak tersiksa seperti kemarin.
Mereka semua menikmati bubur hangat dan makanan lain yang dihidangkan Merlin. Beberapa dari mereka tak henti-henti berterima kasih pada Merlin. Harlmon yang kemarin mengalami kedinginan yang ekstrim, sekarang sudah bisa makan bersama yang lain.
Tiba-tiba…
Grrr…..
Dua ekor serigala terlihat melangkah perlahan menuju mereka dan mengamati dengan tatapan ganas, dengan mulutnya yang menyeringai mengeluarkan liur, dan taring tajam yang seolah sengaja diperlihatkan untuk menunjukan kekuatannya.
Spotan para pria yang sedang menikmati makanan berdiri dan mengambil kayu, kampak serta senjata seadanya. Mereka bertatapan dengan dua serigala tadi dan bersiap dengan posisi bertempur.
“ Tunggu!!” Merlin seolah melerai. Sontak semua pria tadi menoleh kearah Merlin.
“ Mereka hanya ingin makan..mereka adalah sahabatku…” Semua pria makin terkejut. Merlin melangkah menuju sisi samping rumahnya dan mengambil sesuatu berwarna merah terlihat seperti daging yang sedikit beku dari dalam kotak agak besar.
Merlin membawa daging itu kearah serigala, tidak ada ketakutan sama sekali di wajah Merlin, ia malah tampak tersenyum melihat dua serigala yang seolah siap menyerang.
“ Hai, kalian berdua pasti lapar, sudah beberapa hari aku tidak melihat kalian.. Ini, makanlah..maaf aku tidak sempat menghangatkannya..” Merlin sedikit berlutut dan mengelus-elus kepala dari salah satu serigala tadi. Dan serigala ganas itu berubah menjadi jinak di tangan Merlin. Dia seperti sudah terbiasa dengan dua hewan buas di depannya itu. Tak lama seketika itu dua serigala tadi berlari menjauh pergi dan samar-samar hilang di balutan putih salju..
Para pria yang masih memegang senjata saling memandang satu sama lain, lalu menurunkan senjatanya.
“ Nona, bagaimana bisa kau berkawan dengan serigala buas seperti mereka?” tanya salah satu pria disitu.
“ Mereka sudah ku rawat sejak kecil, bersama kakek dulu “ Para pria itu masih menganggap walaupun hebat, tapi gadis itu sedikit aneh.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments