Pagi hari yang sejuk karena pendingin ruangan yang hidup. Santi mengerjapkan matanya ia melihat sekeliling ia pun sadar bahwa saat ini ia tengah berada di ruangan atas butiknya. Ia melihat ke samping ternyata pria itu sudah pergi. Ia tersenyum saat mengingat aktivitas panas mereka semalam. Ia tidak mendapatkan nya dari Angga yang berstatus suaminya, namun tentu saja dengan tubuh nya yang menggoda ia bisa mendapatkan hal itu dari pria manapun yang ia suka.
Santi pun ke kamar mandi dengan melilitkan selimut ke tubuhnya untuk menutupi tubuh polosnya. Ia pun menyiram tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Ia meraba bekas-bekas merah yang di tinggalkan oleh kekasihnya. Bahkan rasanya pun masih terasa meskipun pria itu sudah pergi. Santi tak keberatan dengan sikap pria itu, lagipula ia sudah mendapatkan apa yang ia mau.
Santi menyudahi kegiatan mandinya lalu ia memakai handuk yang di sengaja di siapkan saat ia menginap di butik ini. Santi melangkahkan kaki menuju meja Dimana ponselnya berada. Ia membuka handphone nya dan ia kaget saat melihat betapa banyak panggilan dari suaminya. Ia melupakan hal ini, ia lupa memberi kabar kepada Angga. Tanpa lama Santi pun segera mendial balik nomor suaminya itu.
"Halo" ucap dari arah seberang dengan suara yang keras. Santi pun menggigit jarinya sudah dapat dipastikan bahwa ia pasti akan di marahi habis-habisan oleh suaminya itu.
Sementara di rumah Karin, saat ini dirinya dan juga orang tuanya serta orang tua Aldo tengah sarapan pagi bersama.
"Karin, kalo Tante minta kamu buat jadi pacar Aldo gimana" tanya Bu Sarah kepada Karin.
"Khuuk khukk..." Karin yang mendengar ucapan bu Sarah pun tersedak
"Pelan-pelan sayang. Hati-hati kalau makan" ucap sang mama memberikan gelas berisi air.
Karin sangat kaget kenapa tiba-tiba Bu Sarah bertanya hal ini. Dulu ia memang menyukai Aldo namun saat ini sudah ada pria yang menarik perhatiannya. Dan tanpa sadar ia telah jatuh hati pada pria itu. Walaupun Karin belum pernah mengobrol berdua dengan pria itu tapi ia merasa nyaman jika berada di dekat pria itu. Terlebih Karin pun tau kalau pria itu juga sering mencuri-curi pandang dirinya saat mereka berada di mobil.
"Karin" panggil Bu Sarah dengan lembut
"Eee.. I...iya Tan" jawab Karin menatap bu Sarah sambil tersenyum canggung
"Gimana?"
"Emmm... Sebenarnya Karin sudah ada cowok yang Karin sukai Tan"
Mendengar hal itu, Bu Sarah pun menghembuskan nafasnya pelan. Ia sudah menduga bahwa wanita secantik Karin pasti sudah memiliki kekasih. Ini semua salah anaknya yang tidak pernah memberi kabar kepada Karin sehingga ia harus kehilangan calon menantu seperti Karin. Sementara pak Bram dan Bu Siska mengerutkan keningnya, mereka saling pandang mendengar Karin berkata bahwa Karin sudah memiliki seseorang yang ia suka. Karin belum pernah menceritakan ini.
Karin menatap kearah orang tuanya, untuk menghindari masalah dan juga pertanyaan dari orang tuanya maka Karin pun segera pamit untuk berangkat ke kantor terlebih sudah terdengar bunyi klakson mobil dari luar rumah. Karin bernafas lega, ia bisa terbebas dari obrolan yang membuatnya seperti sedang di interogasi oleh seorang polisi galak.
"Ma, Pa, Karin berangkat dulu ya. Itu Gita udah sampe depan"
Tanpa menunggu jawaban dari orang tuanya, Karin pun melesat pergi dari ruangan yang luas namun terasa sesak untuk sekedar bernafas. Mungkin saja karena situasinya. Ia pun sedikit berlari agar cepat sampai di depan. Saat sudah sampai ia pun segera membuka pintu depan mobil yang Karin kira adalah Gita. Nafas Karin terasa tersengal-sengal seperti sedang di kerjar maling.
"Huh, akhirnya" ucap Karin mengelus dadanya bersyukur ia bisa bebas
"Lo kenapa?" Tanya Gita.
"Gila, asal Lo tau Git, orang tua gue itu..." Ia pun menoleh ke arah samping di mana biasa supir duduk. Dan betapa kagetnya ia saat tidak melihat Gita disitu. "Kok elo sihh" ucap Gita kaget bahkan matanya pun melotot.
Sementara seseorang itu hanya meringis saja. Siapa yang salah disini. Bukankah Karin sendiri yang membuka pintu samping kemudi. Sementara Tugas dirinya adalah menjadi supir untuk nona nya dan juga wanita yang kini di sebelahnya
"Buka pintu, gue mau duduk di sebelah Gita" seru Karin kesal.
"Lo di situ aja deh. Gue pengen sendiri disini. Gue mau ngerjain sisa tugas yang belum kelar semalem."
"Cepet jalan, yaelah lambat banget sih" ucap Karin kepada supir Gita.
Sebenarnya Karin berkata seperti itu untuk mengurangi rasa nervous nya ketika berada di dekat sang supir itu. Wajah tampan dan kulit yang bersih entah bagaimana bisa pria seperti itu memilih menjadi supir. Meskipun Karin tau itu semua karena keluarga Wijaya menawarkan gaji yang lumayan besar untuk sekedar supir. Namun pria setampan ini sungguh sayang sekali jika menjadi supir,. Dan ternyata tanpa sadar Karin memandangi supir Gita itu dengan wajah yang memerah karena begitu mengagumi ketampanan pria itu.
"Ada yang aneh di wajah saya nona" ucap Eka, supir Gita membuyarkan lamunan Karin.
"Hah" kata Karin kaget
"Nona menatap saya sejak tadi apakah ada sesuatu di wajah saya nona?" Tanya Eka lagi. Sebenarnya ia malu di pandangi seperti itu terlebih oleh Karin. Maka itu ia berkata seperti itu agar Karin sadar. Dan tidak memandangi nya lagi
"Ya, gue baru sadar kalo Lo itu ternyata jelek" ucap Karin sewot. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah luar.
Sungguh ia sangat malu karena tertangkap basah sedang memperhatikan pria yang menjadi supir sahabat nya itu. Sementara Eka hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Karin. Ia tau bahwa wanita cantik itu sedang berbohong. Terlebih saat melihat wajah Karin bersemu merah. Sedangkan Gita yang berada di kursi belakang hanya menahan dirinya untuk tidak tertawa karena melihat perdebatan kecil antara sahabat dan juga supirnya.
Gita akui Eka memang tampan, Gita pun tak habis pikir darimana sang papa bisa mendapatkan pria setampan Eka untuk menjadi supirnya. Maka ia tak heran jika Karin terkadang sering mencuri pandang kepada supirnya itu. Karena Karin memang perempuan yang menyukai pria tampan.
________
please like and vote 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments