“Leon, awasi cucu dan menantuku, kemana pun mereka pergi. Tempat seperti apa yang nanti mereka tinggali. Laporkan sekecil apa pun padaku!" Tanpa menatap wajah orang yang diajaknya bicara, Ted Lexander memberi perintah.
Wajah tua dengan garis rahang tegas miliknya mengarah lurus gemerlap kota yang terhalang kaca dengan pandangan keruh berkecamuk.
Notifikasi yang disampaikan Neolla sesaat lalu, perihal pesan singkat Reiga, membuat ulu hati Ted berdesir perih sekaligus dirundung cemas dalam waktu bersamaan.
"Apa Tuan yakin mau membiarkan mereka pergi?" Leon--orang kepercayaan Ted, berdiri satu meter di belakangnya bertanya tak yakin.
"Jangan usik keputusanku! Lakukan saja sesuai yang kuperintahkan!" Ted tak ingin dibantah.
"Baik, Tuan."
Leon berbalik untuk pergi. Pintu ditutup dari luar, terdiam, lalu merogoh saku dalam jasnya--meraih ponsel. Seseorang dihubunginya untuk diperintahkan.
...*******...
Wajah tampan dengan tatanan hidung bangir khas Eropa milik Reiga mengarah ke sana kemari, mengedar pandang. Sedikit perasaan aneh mulai menyapa ruang hatinya. Ada kilatan getir di sana.
Sebuah rumah sederhana tanpa lantai dua, dikelilingi pagar kayu pipih setinggi pinggang yang diruncingkan bagian atasnya, ia dan Alena berdiri di depannya--masih di luar pagar.
"Ibu tidak salah, ini rumah tempat tinggal Ibu dulu?" Reiga bertanya gamang.
Berkebalikan dengan jawaban mantap Alena, "Iya." Senyum manis mengiringinya.
Pandangan lurus menatap helai pintu usang rumah itu, bening mata Alena mulai berkaca-kaca--melunturkan senyumnya. Pikirnya melayang pada masa itu--masa di mana Damaresh menarik tangannya untuk pergi meninggalkan rumah kecil ini demi menggapai kehidupan lain yang lebih menakjubkan, tanpa ia tahu definisi kata itu sendiri yang sebenarnya.
Tidak ada yang salah. Semua memang menakjubkan!
Dan sekarang ... berganti tangan halus Reiga yang ia tarik kembali ke rumah itu--tanpa Damaresh dan perlindungannya.
Bukankah ini salah?
Pandang Reiga jatuh menatap ibunya. Nanar pedih hatinya menanggapi, namun ia tak ingin mengusik--cukup memahami dalam diam.
Kepalanya lalu tertunduk, beralih menatap koper yang ditarik satu tangan di samping tubuhnya, seperti ada sesuatu di dalamnya yang mengusik. "Sekarang aku paham, kenapa Ibu membawa banyak lilin dari kastil. Ternyata di sini sangat gelap. Benar-benar seperti rumah hantu.”
Saat ini jam menunjukkan pukul 12.05 malam.
Reiga dan Alena baru saja sampai di tempat itu, setelah melalui perjalanan panjang hingga empat jam lamanya menggunakan sebuah taksi. Taksi ajaib yang tiba-tiba melintas dan berhenti tepat di bahu jalan dekat di mana mereka terdiam putus asa. Mulanya menyerah dan memutuskan mencari tempat lain untuk tidur--emperan toko misalnya, lalu melanjutkan niatan esok pagi, karena tak satu pun angkutan umum yang melintas untuk mereka tumpangi.
Beruntung supir itu tidak menolak, mengeluh, atau mematok harga tinggi sebagai ongkos, mengingat betapa jauh dan melelahkannya perjalanan yang mereka lalui hingga sampai di tujuan tanpa hambatan.
Tahap awal keluar dari Lexander Dinasty, Tuhan sudah mengirim kebaikan melalui supir taksi yang baik hati, Alena bersyukur dalam benaknya akan hal itu.
"Bu!"
Tepukan tangan Reiga di bahunya seketika membuat Alena mengerjap. "I-iya, Nak?" sahutnya menoleh cepat.
"Apa yang Ibu pikirkan?"
Alena tersenyum seraya mengusap bulir kecil di sudut matanya. "Tidak ada, Sayang," kilahnya menyembunyikan. "Ayo masuk."
Reiga paham. Dia bukan anak kecil yang tak peka dan diam hanya dengan sebatang permen. Perasan dan hatinya tak elak menggunung perih. “Ayah!”
_____
Beberapa hari kemudian ....
Sepasang ibu dan anak itu mengerahkan segenap kekuatan untuk menata rumah yang dulu ditinggali Alena sebelum terlempar ke dalam Lexander Dinasty, tanpa lelah dan mengeluh sedikit pun. Bahkan keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan tanpa tekanan juga pandangan sinis penghuni Lexander Dinasty, selain Ted dan Neolla tentu saja.
Tidak ada hantu yang mengganggu seperti yang ditakutkan Reiga pada mulanya. Listrik sudah terpasang setelah Reiga menjual satu jam tangan mahal pemberian ayahnya sebagai biaya administrasi dan lain-lain. Pun dengan Alena yang juga turut menjual semua perhiasan untuk bekal kehidupan mereka dalam beberapa waktu ke depan, juga untuk biaya sekolah Reiga tentu saja.
Sedikit modal disisihkan Alena untuk membeli beberapa bibit sayuran yang ditanamnya di belakang rumah, yang mungkin bisa mengurangi kesesakan biaya hidup mereka berdua nantinya.
Dalam beberapa bulan kemudian, kehidupan kedua orang tersisih ini berjalan dengan sangat baik.
Reiga bahkan sudah menyelesaikan sekolah menengahnya dengan memangku sebuah prestasi. Dia keluar dengan lebel juara dan lulusan terbaik. Pemuda itu memiliki keunggulan yang jauh di atas rata-rata anak-anak pinggiran seperti di sekolah barunya. Mengingat sekolahnya yang dulu adalah sekolah berkelas, tak sulit baginya menempatkan diri sebagai bintang.
. . . .
Bulan berganti tahun.
Reiga sudah lulus perguruan tinggi, dan saat ini sudah bekerja di sebuah perusahaan berbasis tekhnologi informasi, sebagai anggota divisi pengembangan. Usianya kini di angka 25 tahun. Kecerdasan sebagai modal, membuatnya sedikit mendapat tempat yang di hati para petinggi dan rekannya karena prestasi gemilang.
Alena kini menjadi nyonya yang manis berkecukupan hasil jerih payah putranya. Rumah terpencil di ujung kota yang mereka tinggali nampak terpancar indah berganti suasana, pulasan renovasi di sekeliling membuatnya seperti istana kecil di pedalaman.
Dan semua pencapaian itu akhirnya sampai ke telinga Thomas dan Eleanor, karena Reiga beberapa kali muncul dan menonjol di dunia yang sama dengan yang mereka geluti.
Saat ini di sebuah ruangan.
"Kita tak biasa biarkan ini. Ayah bisa kembali tergoda untuk menariknya ke perusahaan Damaresh. Dan usaha kita mendorong Harphy menduduki kursi Lexander Corp, akan sia-sia saja," cemas Eleanor berlebihan. Wanita ber-dress merah sebatas lutut itu, nampak sibuk mondar-mandir dengan raut gelisah seraya memijat kening. "Tidak, aku tidak akan biarkan itu!" Ia meneguhkan walau itu jelas masih abu-abu.
Harphy adalah putra sulung yang ia siapkan untuk merebut tahta Lexander Corp--perusahaan yang dulu di bawah kepemimpinan Damaresh, didukung Thomas yang juga menyiapkan putri keduanya--Storia, sebagai wakil.
Kemunculan Reiga di kancah dunia bisnis terlebih dengan prestasi terang, jelas menjadi ancaman bagi kakak adik penggila tahta itu untuk menggapai niatannya.
Keadaan saat ini, Harphy dan Storia masih berada di luar negeri, mematangkan sekolah bisnisnya agar kelak tak memalukan.
“Bagaimana jika Reiga mendahului anak-anak kita, Thom?!” Eleanor semakin takut.
"Tenang saja, Elle." Thomas yang sedari tadi duduk di sofa yang tersandar di kanan ruangan, bersuara. Tatapan tajam mengarah pada adiknya penuh sirat. "Aku akan membuat Reiga tak pernah menginjakkan kakinya di Lexander Dinasty, sekuat apa pun Ayah menariknya. Dia akan kubuat lenyap tanpa jejak dari dunia ini, bahkan tidak untuk sehelai rambutnya sekali pun!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Sry Handayani
ih serakahnya
2024-11-20
0
Jimmy Avolution
Ayo...
2022-10-17
0
Machan
tante elle minta dicekek berulang keknya
2022-10-13
0