(2)

Beberapa jam yang lalu, di sebuah perusahaan yang dikenal dengan Carney crop. Seorang lelaki yang duduk dibalik meja kerja, terlihat menggeram sambil mencengkram map yang ada di tangannya. Map yang baru saja ia terima itu, benar benar membuat emosinya mendidih. Selama ini, feelingnya yang merasa ada sesuatu yang salah pada sekretaris perusahaan, benar adanya.

Dari awal, dia sudah merasa aneh, wanita yang melamar sebagai sekretaris itu bisa dengan mudah bergabung, dan bisa bekerja dengan cekatan meski di bawah tekanan. Ternyata ada alasan besar di balik itu semua.

"Ah... ternyata kau ingin bermain dengan ku," ucap nya menyeringai.

Ada perasaan senang dan kesal di waktu yang bersamaan. la senang karena dia punya mainan baru hari ini, namun buruknya dia harus mencari sekretaris yang kompeten. Dan itu tidak mudah. Beruntung ia menyadari keanehan itu lebih awal.

"Selain berusaha menghancurkan perusahaan dari dalam, apa lagi yang kau lakukan hem?" gumam lelaki itu menatap foto formal milik Hanny. "Aku jadi tidak sabar, setangguh apa dirimu," lanjutnya kemudian tertawa dengan keras.

Pria itu bernama Aska Vin Carney. Seorang pengusaha muda yang kini menjabat sebagai chief executive officer di perusahaan milik orang tuanya.

2 tahun yang lalu, Aslan Vin Carney mengalami kecelakaan dan koma selama beberapa bulan serta perlu perawatan intensif. Karena Aksa merupakan satu satunya pewaris dari Aslan, Aksa pun turun tangan menggantikan sang ayah. Meski pada awalnya, ia mendapat penolakan dari pemegang saham yang lain, namun seiring waktu, akhirnya semuanya menjadi terkendali.

Bahkan Aslan sudah tidak lagi bekerja di kantor, dia hanya mengawasi kantor cabag dan memastikan tidak ada yang membuat masalah di sana.

Tidak cukup sampai di situ, Aska adalah wujud dari kesempurnaan. Wajah tampan, dengan rahang tegas yang menampilkan sosok yang sangat di idamkan.

la masih sangat muda, namun sudah terlihat sangat dewasa dan bijaksana. Hal yang wajar, karena dia membuang masa kecilnya dengan berada di ruangan belajar milik ayahnya.

Membaca berbagai buku yang umum dibaca oleh orang dewasa. Meskipun di bawah bimbingan guru privat. Usia 15 tahun ia sudah mengenal dunia bisnis. la belajar langsung dari ayahnya yang seorang pebisnis.

Pada usia 17 tahun Aska sudah dikenalkan dengan perusahaan. Dia mendapatkan pelatih langsung dari sang ayah. Mengikuti rapat, membantu mengurus berkas hingga hal lainya yang berhubungan dengan perusahaan dan bisnis.

Di saat dia berusia 20 tahun, dia sudah bisa mengontrol sebuah perusahaan cabang tanpa campur tangan ayahnya.

Mungkin ada yang mengira ayah Aksa terlalu kenam. Tidak, lelaki bernama Aslan Vin Carney itu, tidak pernah memaksa putranya. Dia memberikan kebebasan kepada Aska untuk memilih. Termasuk untuk memilih homeschooling daripada sekolah formal, mengenal dunia bisnis dan perusahaan lebih awal.

Dan kini, secara mengejutkan ada orang yang mencoba menghancurkan menara yang sudah ia bagun dengan bersusah payah.

"Ah, ternyata kamu seorang mata mata!"

Aksa terkekeh saat mendapatkan laporan terbaru dari orang kepercayaannya.

"Jadi apa perlu saya bereskan?" tanya orang yang baru saja memberikan laporan tersebut.

"Tidak, tidak perlu. Saya yang akan membersihkannya sendiri. Mari kita biarkan dia menikmati hari hari terakhirnya," jelas Aska tersenyum miring.

Aska meraih ponsel, lalu menuliskan pesan untuk sebuah nomor yang lama tidak ia kirimkan pesan.

Hanya dengan satu tangan, Aska mengetik sebuah pesan yang berbunyi.

'489 Caldwell Dr 00.00'

Setelah mengirim pesan Aska bangkit dari posisi duduknya, menepuk pundak bawahannya yang sudah melakukan tugas dengan baik.

"Kerja bagus."

Aska meninggalkan kantornya, mengendarai mobil, membelah jalanan kota yang sibuk. Hingga ia tiba di sebuah rumah dengan 2 lantai.

Tok tok...

Dengan tenang ia berdiri menunggu pintu itu terbuka. Benar saja, Tak lama ia mengetuk, ia mendengar suara langkah kaki mendekat.

Pintu itu terbuka, menampilkan seorang wanita berusia sekitar 27-30 tahun.

Hanny Leonard. Wanita yang berhasil mengecoh pandangannya selama hampir 3 tahun. Wanita yang hampir saja mendapatkan kepercayaannya.

Aska bukan nya tertarik pada Hanny, hanya saja, ia itu seorang pengusaha dan dia butuh seorang wanita untuk dibawa ke pesta kliennya.

Seseorang yang bisa diandalkan untuk urusan bisnis lebih tepatnya. Namun, keputusannya salah, lebih baik membawa pelacur daripada wanita di hadapannya saat ini.

"Silahkan masuk pak," Hanny mempersilahkan kan Aska masuk.

Aska melangkahkan kaki, memasuki rumah tersebut mengikuti Hanny menuju sebuah ruangan keluarga. Mereka duduk berhadapan, dibatasi oleh sebuah meja.

Aska tak langsung menunjukkan tujuan dari kedatangannya. Dia menikmati ekspresi kebingungan dari Hanny, yang bahkan tidak menyadari bahwa yang mendatanginya kali ini adalah malaikat maut.

Hingga akhirnya wanita di hadapannya itu memberanikan diri untuk bertanya. Aksa tersenyum, kemudian mengeluarkan sebuah map berwarna merah.

Wajah Hanny seketika pucat pasi, terlebih ketika ia melihat data dirinya terpampang jelas di sana. 'Hanny Leonard, penyidik tingkat 2'

Membaca kalimat itu saja sudah cukup menjelaskan semuanya. Sudah pasti ada catatan selama ia menjadi sekretaris. Catatan korupsi dan lain sebagainya yang ia lakukan, untuk meruntuhkan perusahaan yang susah payah di sanggah oleh Aksa.

Aksa yang melihat ekspresi Hanny, hanya menatap dengan ekspresi datar, meski di dalam hatinya dia sangat senang. Dia sangat kegirangan, saat melihat wajah ketakutan, dari pengkhianat yang ketahuan.

Ekspresi Hanny tidak bisa dikendalikan. Meskipun dia adalah detektif kelas senior, dia tidak mungkin bisa bersikap biasa saja, di saat dirinya, di hadapkan dengan seorang psikopat, sekaligus pembunuh paling licin di negri ini.

Secara refleks, Hanny mengambil langkah. Berharap dia berhasil menunda sedikit saja waktu untuk memberikan laporan.

Namun, langkah kakinya terhenti sebelum mencapai tangga. Sebuah peluru telah bersarang di paha, dan satu lagi di pinggul.

Tembakan tersebut berhasil membuat Hanny jatuh tersungkur menghantam lantai.

Suara tembakan dan tubuh yang jatuh jelas membuat penghuni rumah yang lainya bangun. Tidak dipungkiri, seorang wanita datang dari arah dapur.

"Nyoyaa!"

Teriakan itu tidak sepanjang nyawa wanita tua yang malang itu. Dia jatuh tersungkur ke lantai bahkan sebelum mendekati tubuh majikanya.

Aska mendekat pada tubuh Hanny yang menggeliat kesakitan. Namun di waktu yang bersamaan terlihat wanita itu mengeluarkan ponsel. Belum sempat dia membuka layar ponsel tersebut, dua buah tembakan kembali terdengar.

Tembakan tersebut memecahkan kedua telapak tangan Hanny. Bahkan Aska dengan sengaja menginjakkan sepatu pantofelnya dengan keras ke atas ponsel hingga merusak ponsel tersebut.

Aska merendahkan dirinya dengan cara berjongkok di hadapan Hanny, lalu menyentuh wajah cantik Hanny. Dia tersenyum, kemudian berkata. "Kamu fikir kamu pintar?" kekeh Aska mengejek.

"Tentu saja, jika tidak kamu tidak akan terkecoh selama lebih dari 2 tahun," balas Hanny tak mau kalah.

"Ah, tatapan yang bagus, aku suka lihat matamu,"

Bukanya terganggu dengan ucapan Hanny sebelumnya, Aska malah bersemangat.

TBC

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!