"Nyoyaa!"
Teriakan itu tidak sepanjang nyawa wanita tua yang malang itu. Dia jatuh tersungkur ke lantai bahkan sebelum mendekati tubuh majikanya.
...*****...
Dia pun mengeluarkan pisau dari dalam kantong coat-nya. Dengan gerakan lambat, Aska menggoreskan pisau ke wajah Hanny, tanpa melukai wajah itu. Hingga pisau tersebut berhenti pada kantung mata.
Dalam sekali gerakan handal, pisau tersebut tenggelam di kantung mata Hanny, kemudian bergerak mencongkel mata kiri Hanny. Dan dipastikan, tindakan itu tidak lepas dari teriakan Hanny yang spontan saat merasakan sakit.
Senyum Aska mengembang saat bola mata Hanny jatuh ke atas lantai. Dengan ekspresi kesenangan, Aska memasukkan bola mata Hanny ke tempat khusus yang sengaja ia bawa.
"Aku tidak perlu mengintrogasi mu, karena aku akan mencari informasi sendiri tanpa membuang waktu dan tenaga bersamamu!"
Satu gerakan kilat mengakhiri segalanya. Pisau menancap tepat di atas kepala Hanny, menembus tengkorak kepala bahkan pisau tersebut menancap dengan kokoh pada lantai yang terbuat dari papan.
Aska bangkit dari posisi jongkoknya, kemudian menoleh ke arah menoleh ke arah tangga. Sejak tadi, Aska bisa menyadari, bahwa pandangan Hanny tak lepas dari lantai dua.
'Mungkin ada sesuatu yang menyenangkan di sana!' Aska bergumam senang.
Dengan bersemangat, Aska melangkah. Ia menaiki tangga satu persatu, hingga sekelebat bayangan tampak mengusiknya penglihatan Aska.
Apakah itu hantu ? Aska tidak percaya hantu.
Di waktu yang bersamaan terdengar suara ponselnya lepas dari lantai dua.
Aska tidak terburu buru, dia menapaki lantai 2 dengan tenang, mendekati sebuah kamar yang sepertinya ada sesuatu di sana.
la tetap melangkah dengan tenang, kemudian dengan gerakan pelan ia membuka pintu tersebut, ia menemukan seorang gadis kecil duduk di atas ranjang.
Di waktu yang bersamaan terdengar suara ponselnya. la pun mengalihkan perhatiannya pada ponsel. Sedetik kemudian tawa Aska pecah.
"Hahaha... sepertinya ini akan menarik!"
"kenapa? Apa kah ada pembunuh? Paman selamat kan aku! "ujar gadis itu mendekat menggenggam tangan kiri Aska yang berlumuran darah.
Sebuah ide terlintas
"ok aku akan menyelamatkan mu! " ujar Aska dengan senyuman smirk khas nya.
Gadis itu tersenyum, lalu di gendong oleh Aska. Mereka pergi meninggalkan rumah zoya.
Aska menyetir mobil dengan kecepatan 80 km perjam. tidak kencang bagi Aska hanya saja saat ini ada seorang gadis kecil di sebelah nya.
Gadis itu masih terdiam, sejak dari rumah zoya.
"Nama mu?" tanya Aska tanpa mengalihkan pandangan nya dari jalanan.
"paman bilang apa?" gadis itu mengerjap menatap Aska.
"Nama mu, bagaimana aku harus memanggil mu?" Aska mengulangi pertanyaan nya. Dalam hati Aska menggeram kesal, tak pernah seumur hidup ia mengulangi pertanyaan sepele seperti tadi.
"Zara nama ku Zara emerelda !" jawab Zara tersenyum.Lalu mata nya turun ke tangan kiri Aska yang menekan pornesling.
Pupil mata Zara melebar saat melihat tangan Aska berdarah.
"paman. Tangan mu berdarah!" pekik nya.
Aska menoleh ke tempat yang di sebut kan Zara. Lalu berujar malas.
"itu bukan luka. Hanya darah, aku lupa membersihkan nya"
"aku bersihkan" ujar Zara mengusap tangan Aska yang berdarah menggunakan tisu.
Untuk beberapa saat ia terdiam, menatap tangan mungil itu dengan lihai membersihkan tangan besar dan kekar milik nya.
"tidur lah, rumah ku masih jauh!" ujar Aska dingin. Dengan sarkas ia menarik tangan kiri nya lalu menggenggam stir.
Zara tersenyum, lalu menyandar pada sandaran kursi yang empuk karena di alasi bantal. Zara menoleh dengan mata mulai mengecil karena kantuk kearah Aska yang fokus menyetir.
"aku teringat bunda!" gadis itu langsung tertidur.
Aska hanya diam tak menjawab. Dengan gesit ia menginjak pedal gas melaju dengan kecepatan di atas rata rata. Menuju sebuah sudut kota, jauh dari hiruk pikuk kota.
^^^Jalan jati no26^^^
Sebuah pesan masuk keponsel pria tua bertopi.
"sudah lama ia tidak menggunakan jasa ku. Biasa nya dia akan menyelesaikan dengan bersih seorang diri!" ujar nya usai membaca pesan dari salah satu pelanggan sekaligus teman nya.
"mungkin seorang penghianat, dan ia malas untuk berurusan lebih lama!" seorang wanita menyahut dari sebelah nya.
"kurasa!" jawab nya mematikan asap rokok nya, kalau berjalan kearah gudang menyiapkan semua peralatan yang di butuhkan.
Sudah 4 menit sejak pesan itu tersampaikan ke ponsel nya, kini andre, istri dan 2 orang Pria yang tak lain adalah rekan nya menjalankan kan tugas. Mereka bersiap menuju "jati no26"
Mereka tiba 25 menit setelah nya.
Mereka masuk. Tak ada kerusakan apa pun pada rumah itu, seperti biasa Aska selalu bermain dengan hati hati dan manis namun menyakitkan.
Mereka menemukan seoonggok mayat yang terdiri dari 2 orang wanita. Sepertinya mereka majikan dan pembantu.
Andre mendekat, memeriksa wajah sang majikan rumah yang telah meninggal.
Wajah tersayat dan mata kiri nya terconkel. Andre yakin mata itu di conkel di saat wanita itu masih tersadar. la tau dari mata kanan wanita itu terbelalak seolah menahan sakit dan rasa takut.
Andre bangkit lalu duduk. Membiarkan ke dua anak buah nya bekerja, ia tak perlu membantu.tak bayak darah berceceran dan hanya ada dua korban. la Bisa santai.
la teringat kejadian 4 tahun yang lalu saat Aska masih berusia 16 tahun.
Ketika itu anak gadis nya di lecehkan hingga stres berat. Lalu ia bertemu dengan pelaku pemeriksaan itu di suatu taman
"kau harus nya mati!" pekik andre ketika itu ia di kelilingi amarah dan rasa sedih.
"kau harus nya mati!" pekik andre ketika itu ia di kelilingi amarah dan rasa sedih.
Aska saat itu sedang duduk di kursi panjang sambil memainkan kan pensil nya pada kertas putih yang sudah terisi gambar seseorang gantung diri.
"kau memperkosa putri ku, saat ini dia depresi berat dan hampir gila. Lebih baik kau mati!"
"putri mu yang bodoh itu dengan polos nya menyerahkan keperawanan nya pada ku itu arti nya dia siap untuk segala hal di luar kendali!" jawab pria itu angkuh.
Tepat saat Pria itu itu tertawa Aska bangkit dari duduk nya berjalan melewati andre lalu berhenti di hadapan pelaku.
Dengan santai Aska menjatuhkan pensil dengan sengaja.
"kau menjatuhkan pensil ku! Ambil, dan kemari kan" ujar Aska datar.
"hey jangan sembarangan dasar anak kurang kasih sayang!" maki pria itu.
"kau tak mau mengambil nya?" tanya Aska dengan ekspresi sama tak berubah sedikit pun meski sudah di caci maki.
"tidak!" jawab nya.
Aska jongkok. Begitu jemari nya menggenggam pensil ia kembali bertanya.
"masih tak mau mengambil nya?" tanya Aska sekali lagi.
"tidak akan per-" kalimat pria pelaku pememerkosaan atas putri andre tersebut terhenti, saat mata pensil yang tadi nya di tanah kini menancap di urat nadi nya.
Cresss...
Pensil di cabut, darah memuncrat dari arah lubang mata pensil yang melebar akibat pensil di gerak kan Kekiri dan kakanan.
TBC
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments