(4)

Cresss...

Pensil di cabut, darah memuncrat dari arah lubang mata pensil yang melebar akibat pensil di gerak kan Kekiri dan kakanan.

...*****...

Pensil sudah berlumuran darah, begitu juga dengan tangan dan wajah Aska.

Aska memungut kertas dan penghapus nya yang sempat terjatuh.

la berjalan dengan santai menuju arah andre.

"kau tidak takut melihat kematian?. Itu arti nya kau bisa memberikan nya!"

Andre sempat terdiam lalu ia mengerti. Tujuan nya sudah di wujud kan oleh seorang anak muda. Saat menoleh ke arah belakang ,Aska sudah tak di tempat.

Segera, andre membersihkan mayat penjahat itu. Saat hampir selesai ia menemukan kertas berlumuran darah. Kertas itu ditulis dengan pensil.

Aska No:08XXXXXXX

Sejak hari itu, andre sangat menyegani Aska. Meski jasa nya sangat jarang di pakai ia akan tetap akan siap terjun lapangan jika permintaan itu dari Aska. Meski ia sudah pensiun sekali pun.

Mobil Aska berhenti di depan sebuah rumah bertingkat. Tanpa membangun kan Zara, Aska mengendong gadis itu menuju kamar milik nya.

Tangan besar Aska membelai lembut wajah gadis kecil itu sebuah senyum terbit di bibir mungil itu. Sontak Aska menegang, seketika tangan nya telah berpindah ke saku celana nya.

Pikiran Aska kalut, mata nya menggelap. Tak pernah ia terpancing oleh anak kecil.

Jangan bilang ia terkena kelainan pedofil?.

Pikiran Aska berperang, kini ia sedang berada di ruangan kerja nya menatap lurus ke arah langit langit ruangan.

Pandangan nya turun ke ponsel yang kini tergeletak di atas meja, ia harus menelepon seseorang.

Tut....

Nada tunggu menggantung di udara setelah Aska mengetikkan beberapa angka.

"halo bos ada apa?" tanya suara di sebrang sana yang kaget dengan panggilan tiba tiba dari Aska.

"carikan aku identitas Zara emerelda putri dari zoya emerelda!"

setelah mengatakan itu, panggilan di putus kan secara sepihak oleh Aska.

Aska masih duduk di kursi nya, menatap bola mata dalam tabung kecil berisi kan formalin dan bahan campuran lain nya agar bola mata itu tetap dalam kondisi terbaik.

Iris pada bola mata itu berwarna hijau cantik sekali. Namun sayang mata itu milik penghianat.

Aska mendengkus kasar, lalu bangkit dari duduk nya menuju sebuah lemari pendingin khusus yang sangat besar dengan 4 pintu dan berwarna merah pekat. sangat kontras dengan ruangan yang di dominasi warna gelap.

Tabung kecil berisi bola mata itu tertera nama pemilik nya. "ZOYA SI PENGHIANAT PERUSAHAAN".

Aska tersenyum, ada bayak organ tubuh di dalam lemari pendingin itu, mulai dari lidah,telinga,jari, mata dan banyak lain nya.

...###...

Memang tak semua yang di bunuh oleh nya akan di ambil sedikit organ nya, hanya beberapa yang paling berkesan namun yang paling banyak adalah penghianatan oleh orang yang ia anggap bisa sedikit di percaya. Seperti zoya contohnya.

Senyum devil itu tersungging, dengan langkah ringan ia berjalan keluar ruangan nya, ia ingin melihat mainan baru nya. Saat akan melintasi tangga ia melihat seorang gadis tengah berdiri berjinjit dengan kening menempel di kaca aquarium.

"kau korupsi zoya, tapi lihatlah putrimu seperti orang kampungan yang tak pernah melihat ikan hias!" gumam Aska mendecis meremehkan.

Langkah kaki nya bergerak menuruti tangga, ia sengaja mengetuk ngetuk sepatutnya Pada lantai agar gadis itu tau akan kehadiran nya.

"paman!" ucap nya lalu berlari menuju Aska yang berdiri di anak tangga terakhir.

"kenapa? Kau suka tinggal di sini?" tanya Aska dengan wajah datar nya.

"ini rumah paman? Apa aku akan tinggal di sini bersama paman?" tanya gadis itu antusias.

"ya!" jawab Aska singkat lalu menarik tangan mungil itu menuju dapur.

Aska menduduk kan gadis itu di kursi meja makan. Aska berjalan menuju dapur, lalu mengambil sebilah pisau kecil lalu menoleh pada gadis kecil itu dengan senyuman smirk.

"lets to play!"

...*****...

...Di saat Langit meremang Di saat itu aku bertemu dengan mu....

...-zara...

Tubuh kecil Zara menggeliat di atas tempat tidur empuk beralaskan bedcover.

Sangat Nyaman.

Mata indah itu terbuka, menelusuri seisi ruangan. la bingung, ini bukan kamar nya lalu milik siapa?. Sebuah wajah melintas di wajah nya.

"ah paman penyelamat kurasa!" gumam gadis itu mengangguk angguk kan kepala nya.

Zara menyibak selimut, keluar dari kurungan selimut nyaman berbahan sangat lembut itu. Tapak kaki Telanjang nya menatap karpet berburu halus dan tebal. Senyum nya merekah, merasakan betapa lembut nya karpet yang ia pijak.

Mata kembali menelusuri seisi kamar, lalu berhenti pada pintu kayu berwarna coklat. Dengan senyum yang masih mengembang Zara melangkah keluar kamar.

Mata nya bertemu trali bercorak bambu kuning kecoklatan. Penasaran denganhal itu, Zara menyentuh nya.

Dingin.

Itulah kesan pertama yang ia rasakan. Ia baru sadar, pagar trali itu terbuat dari besi yang di cat dengan sangat indah dan rapi. Benar benar mirip dengan baju asli yang sudah kering.

Kaki mungil itu melangkah menuju tangga, saat masih di puncak tangga ia melihat sebuah aquarium berwarna biru besar dan cukup panjang. Senyum itu semakin mengembang hingga memperlihatkan deretan gigi yang tak rapi dan banyak yang ompong pada rahang atas.

Sambil tersenyum kegirangan Zara berlari menuruni tangga menuju aquarium. Mata nya berbinar saat melihat seekor binatang laut menempel di dinding kaca aquarium. kaki Zara menjinjit dan kening nya menempel pada dinding kaca aquarium untuk melihat lebih banyak ikan di dalam sana.

Sebenarnya tanpa di tempelkan kening nya pun, ia bisa melihat ikan yang ada di dalam Aquarium karena airnya sangat jernih dan bening.

Tengah asik menengok ikan, Zara mendengar ketukan sepatu dari arah tangga, lantas Zara berbalik dan Senyum bahagia itu tersungging begitu indah di temani deretan gigi ompong Zara.

"paman!" pekik nya berlari mendekati pria yang berdiri di anak tangga terakhir.

"kenapa? Kau suka tinggal disini?!" tanya pria itu dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"ini rumah paman? Apa aku akan tinggal disini bersama paman?" tanya ya nya antusias.

Seperti dugaan nya, pria itu mengangguk. "ya" jawab pria itu menarik tangan Zara menuju ruangan makan. Zara duduk di kursi meja makan dengan Senyum bahagia ia akan merasakan memiliki ayah. Meski ia tak mungkin memanggil pria itu dengan sebutan ayah atau sejenis nya.

Cukup lama di dapur, Aska keluar dengan semangkuk sup bening dengan asap mengepul.

Aska tadi kedapur memasak sup bening itu.

Memotong bahan bahan dengan semangat.

Aska kembali kedapur mengambil nasi dan piring beserta teman teman nya sendok dan garpu. Kembali kemeja makan menyiapkan segala nya.

Pertama kali nya ia mau di repot kan.

"makan kau harus cepat tumbuh dewasa!" ujar Aska menyendok kan nasi kepiting gadis itu.

Sebuah paha ayam yang di masak di dalam sup itu berseri di atas piring milik Zara.

"makan!" ujar Aska menyodor kan piring.

Tangan Aska kembali bergerak mengambil mangkuk lalu mengisi nya dengan sayur wortel, kentang dan mie putih yang di masak bersama.

"habis kan!" ujar Aska yang lebih mirip perintah.

Lagi lagi gadis itu hanya mengangguk setiap ucapan yang Aska keluarkan, memakan apa pun yang di berikan Aska.

Piring Zara sudah kosong hanya ada tulang ayam. la menatap mangkuk berisi mie putih dan sayur lain nya.

"kenapa?" tanya Aska bingung.

"apa paman punya sumpit? Aku biasa makan mie pakai sumpit. Susah makan mi pakai garpu!" dia bertanya dan menjelaskan tanpa di minta.

Aska mengambil sumpit berwarna hitam dari rak rak piring.

Gadis itu tersenyum senang hanya Karena sepasang sumpit.

Hanya sumpit kau bisa sebahagia itu. Kau mirip seseorang tapi siapa?

Kening Aska berkerut saat sebuah bayangan yang tak ia ketahui melintas. Siapa orang yang ia maksud?. Zoya?. Tentu saja bukan, wanita itu sangat irit bicara dan jarang tersenyum kecuali bertemu dengan clien. Lalu siapa?

"paman kau tidak makan?".

Sebuah seruan menyadarkan Aska dari pemikiran yang terlalu dalam.

"ya" jawab Aska segera melahap sup menggunakan garpu.

Aska menoleh kearah Zara yang makan menggunakan sumpit, gaya nya persis seperti orang Jepang saat sedang makan.

"apa kau sering ke jepang?" tanya Aska. Akhirnya pertanyaan itu meluncur juga.

"satu kali, itu juga Karena berziarah ke kuburan teman bunda, kami tinggal di sana sekitar 3 minggu!" lagi lagi gadis itu menjelaskan panjang lebar tanpa di minta.

"kau suka Jepang?"

"iya, tapi aku lebih suka paman!" sebuah jawaban asal berhasil membuat Aska menegang.

TBC

Huffttt

Musim hujan segera tiba, tetap jaga kesehatan ya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!