Setelah memakai kan mahar pada Annisa, kini Tama membaca doa tepat di ubun-ubun Annisa.
Annisa tertegun untuk beberapa saat. Setelah selesai, Tama mengecup keningnya begitu lama hingga membuat Annisa terhanyut didalamnya.
Mama Linda tersenyum lagi. ''Tidak salah lagi! Lihatlah sekarang, bayi yang dulu pernah ia adzan kan saat ia baru lahir, kini sudah menjadi istrinya. Aku tak pernah tau tentang sejarah Sayidah Aisyah dengan Rasulullah seperti apa. Tapi sekilas aku pernah mendengar jika sejak kecil, Rasulullah yang suka menemani Sayidah Aisyah saat bermain di usia kanak-kanak nya. Begitu juga dengan Tama. Dan hari ini semua itu terbukti di depan mataku. Ternyata Allah sengaja mempertemukan ku dengan Alisa dulu karena inilah. Aku baru sadar setelah sekian lama.''
''Lihatlah mereka, begitu cocok dan serasi. Tidakkah kalian lihat, jika Tama begitu mirip dengan Annisa? Begitu pun sebaliknya?'' tanya Mama Linda Pada Papa Fabian dan Mak Alisa.
Papi Gilang tersenyum, ''Tante benar sekali. Sedari kecil aku sudah melihat hubungan mereka berdua. Saling ada keterikatan satu sama lainnya. Itu sih pendapat ku. Bagaimana dengan mu, sayang? Adakah sesuatu tentang mereka berdua sejak mereka kecil?'' tanya Papi Gilang.
Mak Alisa termenung sesaat, ia mengingat jika pertama kali melihat Tama, entah mengapa ia sangat menyukai dengan bocah kecil itu.
Ada keterikatan di antara mereka. Bahkan ketika hamil pun, ia sangat suka dengan bau harum tubuh Tama. Aneh sih. Tapi inilah yang terjadi.
Bahkan ketika melahirkan Annisa pun, Tama lah yang mengadzani nya. Saat itu, Tama sampai menangis ketika pertama kali mencium dahi Annisa.
Begitu cerita Mak Alisa. Membuat yang ada disana tertegun. ''Mereka sedari lahir memang sudah ditakdirkan sayang. Dan jalan mereka di persatukan seperti ini. Walaupun terpaut usia yang begitu jauh, tapi aku yakin mereka bisa mengimbangi diri masing-masing. Lihatlah!'' tunjuk Papi Gilang pada mereka semua.
Semua yang ada disana tertegun lagi. Bagaimana tidak, Tama begitu Lama mengecup dahi Annisa hingga air mata itu menetes dari mata yang terpejam.
Annisa pun sama. Mereka berdua tersedu disana. Pernikahan beda usia. Sangat jauh. Jika Tama berusia matang 32 tahun sedangkan Annisa baru 17 tahun.
Sangat kentara terlihat. Tapi itulah yang terjadi antara Annisa dan Adrian Pratama saat ini.
Mama Linda menepuk lembut bahu Tama yang sedang menangis memeluk Annisa. ''Lepas dulu ih mantu Mama! Nanti aja sayang-sayang nya! Nanti ada waktunya! Biarkan Mama memeluk dulu mantu Mama!'' omel Mama Linda
Annisa yang masih dalam pelukan Tama tertawa. Tawa yang tidak di buat-buat seperti senyum palsu itu.
Begitu juga dengan Tama. Tawa tulus langsung dari hati. ''Sayang ku! Keinginan Mama akhirnya terkabul! Menjadikan mu menantu Mama, itulah doa Mama yang selalu Mama panjatkan selama ini. Dan ya, setelah ini Mama akan menunaikan janji Mama pada Papa kalian!'' ketus Mama Linda di akhir kalimat nya.
Papa Fabian menelan Saliva nya. ''Ma-mama becanda kan Ma? Mama mau tinggalin Papa sendirian? Papa nggak mau Ma! Papa nggak mau! Pokoknya Papa ikut! Titik tanpa koma!'' seru Papa Fabian begitu panik.
Mama Linda terkekeh, namun menyeramkan. ''Sudah ku bilang Fabian Pratama! Kau tidak pernah mendengar kan apa kata-kata ku? Sekarang tahan lah sendiri! Terima resikonya! Aku tak peduli! Aku akan tetap pergi umroh selama sebulan tanpa kamu! Itu janji yang harus ku tunaikan jika aku bisa menikahkan Tama dan Annisa! Janjiku selesai! Hari ini juga aku akan berangkat! Pesawat ku sudah menunggu!'' ketus Mama Linda begitu kesal Pada Papa Fabian.
Papa Fabian panik. Ia gelagapan tidak tau harus berbuat apa. Ia merengek seperti anak-anak pada Mama Linda agar tidak pergi.
Tapi Mama Linda tidak peduli. Dia tetap pada pendiriannya. ''Ayo lah sayang.. tega kamu ninggalin aku??''
''Aku harus menunaikan janjiku, Papa! Janji itu adalah hutang! Kamu tau itu. Bukankan itu sudah menjadi kesepakatan kita berdua sebelum ini? jika Sampai hal ini terjadi. Gimana sih?!'' kesal Mama Linda.
Mak Alisa dan Papi Gilang tertawa. Annisa berdiri melihat kedua orang tua Tama yang sudah di anggap kedua orang tuanya sejak ia masih kecil dulu.
''Pa..''
''Iya Sayang! Bujuk ih, Mama kamu! Papa nggak mau tinggal sendiri di rumah itu! Mana Dirga dan Astrid sering keluar lagi! Papa akan kesepian Mama!''
''Nggak peduli dan nggak mau dengar!'' ketus Mama Linda.
Papa Fabian semakin frustasi melihat itu. Annisa tertawa, ''Papa! Dengerin Adek!'' seru Annisa lembut namun tegas.
Papa Fabian menoleh pada Annisa dengan wajah memelas. ''Pa.. Adek akan temani Papa selama Mama umroh! Adek akan tinggal bersama Papa, ya? Pagi, adek akan ke sekolah. Kalau siang nya Kan udah pulang? Papa nanti ada temannya. Ya?'' bujuk Annisa begitu lembut.
Ia menarik tangan paruh baya itu untuk duduk. Mama Linda dan Tama terkikik geli melihat wajah merengut Papa Fabian.
''Biarkan Mama pergi untuk menunaikan janjinya. Semua itu kan demi kami juga? Atau Papa juga mau umroh bersama Mama? Akan adek siapkan segera! Kecil-kecil gini adek punya kok teman di bagian keberangkatan umroh ini? Dulu pun, saat Mak sama Papi berangkat haji Adek yang daftarin? Gimana? Mau?'' tanya Annisa dengan tersenyum lembut pada Papa Fabian.
Papa Fabian tersenyum lembut. Ia mengangguk dan mengusap kepala Annisa yang banyak bunga mawar dan melati nya.
''Tentu, Nak. Papa mau. Papa akan berangkat sendirian saja umrohnya. Biarkan Mama Linda yang duluan berangkat. Papa akan menyusul.'' jawab Papa Fabian.
''Alhamdulillah...'' ucap mereka bersamaan.
''Lihat lah sayang, Annisa Putri kita bisa menyamai posisinya dengan Tama. Dia sudah dewasa sayang. Aku bangga padanya. Didikan ku selama ini untuknya, ia terapkan dengan baik.'' imbuh Papi Gilang pada Mak Alisa yang sudah tersedu di pelukannya.
''Terimakasih, By! Terimakasih!'' bisik Mak Alisa di telinga Papi Gilang yang sedang memeluknya saat ini.
''Untukmu, sayang. Apapun akan ku lakukan. Karena hidupku adalah kamu! Cup!'' Papi Gilang mengecup pucuk kepala Mak Alisa yang tertutup hijab hitam panjangnya.
Ayah Emil tertegun melihat pasangan beda usia itu. Sang istri yang melihat ayah Emil berubah menjadi sendu, memeluknya dengan erat.
''Ikhlaskan Bang.. dia telah bahagia dengan pilihannya. Lupakan dia. Aku tetap setia disamping mu sampai kapanpun!'' ucap Mak Azizah. Istri kedua ayah Emil.
Yang merupakan salah satu karyawan kepercayaan Papi Gilang sebelum ia menikah dengan Ayah Emil.
Ayah Emil memeluk erat tubuh Mak Azizah. ''Tentu sayang! Maaf jika aku selalu melukai mu!'' Bisik Ayah Emil di telinga Mak Azizah.
Semua yang ada disana masing-masing memeluk pasangan nya. Annisa tersenyum melihat itu, tapi senyum itu surut saat melihat wajah Tama yang berubah menjadi datar kembali.
''Ada apa dengan mu Bang? Kenapa seolah kamu menolakku menjadi istrimu? Apakah ini hanya perasaan ku saja? Aku tau kamu Bang! Kamu terpaksa menikahi ku karena Mama Linda! Aku tau itu. Aku akan sabar menghadapi mu! Karena ku tau, hatimu tidak lagi untukku. Tapi sudah menjadi milik orang lain. Selena! Selena telah merebut mu dariku! Ah, tidak! Tapi aku lah yang salah karena telah mencintai mu!'' bisik Annisa di dalam hatinya.
Tangan halus yang sudah berhiaskan Henna itu mengepal erat.
💕💕💕💕💕
Bisakah Annisa meluluhkan hati Adrian Pratama? Ataukah Adrian memang sudah mencintai Annisa tapi tidak mau menunjukkan nya?
Ataukah ada dendam dihatinya untuk Annisa?
Bagian ini baru udah othor revisi ye? Krena kemarin ada yang komplain, katanya kalau mereka terpaut 12 tahun. Tetapi salah. Othor yang lupa. Mereka berdua terpaut usia 15 tahun. Baca aja di AKU BUKAN PEMBAWA SIAL. ye?
Bagi yang baru mampir jangan kaget. Bab ini udah othor revisi.
Ikuti terus kelanjutannya! 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Ayu Nuraini Ank Pangkalanbun
g ape beda usia yg pntng slng melengkapi
2023-02-03
3
manda_
lanjut thor
2022-10-25
3