''Lis, dengan pikiran tenang tanpa paksaan dari siapapun, aku meminta padamu. Aku menginginkan jika Annisa Putri mu dengan Emil yang akan menjadi pengantin pengganti untuk Tama putraku! Aku melamar nya untuk menjadi istri putraku! Maukah kamu menerimanya? Maukah kamu mengizinkan putrimu untuk menjadi istri dari putraku, Adrian Pratama??"
Deg!
Deg!
"Apa?!" pekik Annisa begitu terkejut mendengar ucapan Mama Linda. Begitu juga dengan Tama.
Tubuh itu membeku mendengar ucapan sang Mama untuk nya.
"Ka-kak??" panggil Mak Alisa begitu terkejut.
''Aku mohon, Lis! Hanya Annisa yang bisa menjadi istrinya! Sudah sedari dulu aku mengatakan nya padamu. Tapi kamu tetap diam saja. Akan aku hubungi Emil untuk segera kesini. Tama! Kamu sudah disiapkan bukan mahar untuk istrimu?''
Tama terkejut. ''Ma? Abang tetap harus nikah? Sama Annisa? Adikku??''
Deg!
Annisa mengepalkan tangannya. Ia menatap datar pada Tama. ''Ya, Adrian Pratama! Kamu harus menikahi Annisa. Pernikahan ini akan Batal di mata dunia! Tapi didalam ruangan ini, acara pernikahan ini akan tetap berlangsung!''
Tama tertawa namun sumbang. ''Hahaha... Mama yakin?''
''Ya, Mama sangat yakin, Tama! Bukankah sedari Annisa berumur dua belas tahun Mama sudah mengatakan nya padamu? Bahwa kelak, jika Annisa lah yang akan menjadi istri mu? Kamu lupa, Tama?'' tanya Mama Linda dengan menatap serius pada Tama.
Tama terdiam. ''Tapi Abang tidak mau, Ma! Annisa itu adikku! Tidak lebih! Rasa sayangku, padanya hanya sebatas adik! Mana mungkin aku bisa menikahi nya? Haha Mama ngacok!'' ujar Tama sambil menatap Annisa yang sedang berada di sebelah nya.
Wajah itu datar dan terkesan begitu dingin. Tama tersentak melihatnya. ''Sayang??''
Lagi, panggilan sayang itu terucap dari bibir Tama. Annisa lagi, mengepalkan tangannya. Ia tidak menoleh pada Tama sedikitpun.
Ia menatap lurus ke depan menunggu Jawaban dari Mak Alisa. ''Bagaimana Alisa?'' tanya Mama Linda, sengaja mendesak nya agar mengatakan iya untuk pernikahan Tama dan Annisa.
''Aku... Papi! Harus gimana?'' tanya Mak Alisa pada Papi Gilang.
Papi Gilang tersenyum, ia mendekati Annisa dan merangkul nya. ''Biarkan aku bicara sebentar dengan putriku, bisakan? Hanya kami berdua saja?'' ucap Papi Gilang dengan menatap pada semua orang disana.
''Tentu, silahkan! Aku tunggu kabar baiknya. Sementara itu, kami akan mengumumkan pembatalan pernikahan Tama di depan. Ayo, Pa! Kita harus cepat, jika tidak pengantin nya keburu kabur!'' seru Mama Linda dengan segera ia berjalan ke depan, di ikuti oleh Papa Fabian yang tertawa di belakang nya.
Mak Alisa hanya bisa terkekeh saja mendengar ucapan Mama Linda. Sedangkan Papi Gilang membawa Annisa ke taman hotel itu yang ada disisi kiri dari hotel itu.
Tama yang melihat itupun mengikuti mereka dari belakang. Namun tidak masuk ketaman itu. Cukup berdiri di sisi lain.
Annisa tau, Jika Tama mengikuti mereka. ''Belum saatnya, Abang tau.'' Batinnya.
Dengan segera, mereka berdua duduk dengan saling berhadapan di taman itu. Wajah Annisa yang tadinya datar, kini tersenyum lembut pada Papi Gilang.
''Nak...''
''Kakak tau, Pi. Tanpa Papi jelaskan pun kakak sangat tau. Tapi apa mungkin, Papi?'' tanya Annisa pada Papi Gilang.
''Mungkin jika kamu ingin memulai nya.'' sahut Papi Gilang masih menatap wajah ayu Annisa. Sangat mirip dengannya.
Terkadang ia berfikir, bagaimana bisa jika ketiga anak Mak Alisa bisa mirip semua dengannya? Papi Gilang terkekeh mengenang hal itu.
''Pi.. Kakak hanya takut saja. Jika kakak menerimanya, akankah dia mau menerima kakak yang hanya seorang gadis kecil ini? Yang bisa hanya memalak diri nya saat meminta uang jajan? Padahal, Papi sama Mak udah kasih Kakak uang jajan. Tapi ya.. ada kesenangan tersendiri saat suka mengganggu nya?''
Papi Gilang tertawa. ''Tanyakan pada hatimu, sayang. Apapun yang kamu putuskan, itu yang terbaik untukmu! Papi tau, umurmu memang kecil. Tapi sikap mu begitu dewasa sayang. Kamu sangat pantas bersanding dengan nya dibanding calon nya yang gagal itu! Papi lebih suka melihatnya berjalan bersama mu. Seperti tadi. Jangan membohongi perasaan mu, sayang. Itu hanya akan melukai mu dari dalam. Terima saja. Bukankah itu yang kamu inginkan?'' tanya Papi Gilang pada Annisa.
Annisa menunduk. Tubuh itu berguncang. ''Hiks, kakak takut jika dia menolak kakak, Pi. Kakak hanya seorang anak kecil tapi, tapi begitu mencintai nya.. Apakah Kakak salah, Pi?''
Papi Gilang merengkuh tubuh Annisa dan dibawa ke dalam pelukannya. ''Kamu tidak salah sayang. Cintamu tidak salah. Kita tidak pernah tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Kamu ingat, bagaimana dengan Papi sama Mak mu? Bahkan sudah setua ini, kami masih saling mencintai. Tidak ada yang salah sayang. Hanya saja, pemuda itu belum tau tentang cinta dalam diam mu ini. Cuma Papi yang tau. Karena Papi bisa melihat di matamu ada cinta untuknya. Pesan Papi.. ikuti kata hatimu. Jika kamu menginginkan nya, maka terima lamaran itu. Jangan takut jika dia akan menolakmu, jika dia menolakmu kenapa pula ia mengintip kita berdua berbicara disini?'' bisik Papi Gilang di telinga Annisa.
Annisa tertawa lepas. Tama tersenyum melihatnya. ''Bahkan hanya melihatmu tersenyum saja, hati ini begitu senang, sayang. Semoga kamu tidak menolak permintaan Mama agar Abang bisa menikahimu secepat mungkin. Ishh.. kenapa pula kau jadi senang begitu sih?'' gerutu Tama pada diri sendiri namun bibir tipis itu terus tersenyum.
Ia berlalu meninggalkan anak dan ayah itu disana yang masih menertawai dirinya. Sementara yang di tertawai tidak tahu sama sekali bahwa yang menjadi tertawa an nya saat ini ada lah dirinya.
''Ayo, sayang. Kamu harus meluluhkan hati pemuda itu. Rebut kembali hatinya seperti dulu. Saat kamu masih kecil. Jangan biarkan ada ulat pengganggu yang datang untuk mengganggu hubungan mu dengannya, oke?''
''Siap Papi! Kakak sayang dan cinta sama Papi!'' seru Annisa dengan segera mengecup pipi Papi Gilang.
Papi Gilang tertawa. Ia pun membalas kecupan sayang di dahi putri sambung nya itu. ''Ayo, kita masuk! Kamu harus bersiap, Nyonya Annisa Adrian Pratama!'' goda Papi Gilang.
Annisa tertawa lepas, semua itu tak luput dari perhatian Mak Alisa. Wanita paruh baya itu mengusap bulir bening yang mengalir di pipinya.
''Semoga kamu bahagia, Nak! Sedari dulu pun Mak tau, jika kamu sangat menyukai Abang mu. Tama. Tanpa kamu katakan pun, Mak tau sayang. Mak tau segalanya.'' ucap Mak Alisa pada diri sendiri.
Papi Gilang memberi kode pada Mak Alisa dengan mengangguk pelan. Mak Alisa pun mengangguk juga.
Setelah itu, ia berlalu mendekati Mama Linda dan menyatakan ketersediaan nya menerima lamaran dari Mama Linda untuk Annisa. Putri kecilnya.
''Bagaimana? Kamu bersedia Lis? Emil udah aku hubungi. Sebentar lagi ia dan istrinya akan datang kesini.''
''Ya, aku menerima lamaran mu Kak Linda. Untuk menjadikan putriku menantu mu. Annisa pun sudah setuju.'' jawab Mak Alisa dengan senyum terus tersungging di bibir tipisnya.
''Alhamdulillah kalau begitu. Segera siapkan Annisa dan Tama. Pernikahan ini kan berlangsung tertutup. Mengingat jika Annisa masih sekolah. Takutnya, ia nanti di keluarkan pula dari sekolah. Secara kan? Annisa murid berprestasi sama seperti Mak dan Papi nya?'' goda Mama Linda.
Mak Alisa hanya bisa tertawa. Dengan segera para MUA yang sudah disiapkan oleh Mama Linda bergerak cepat untuk merias Annisa.
Mereka akan tetap menikah hari itu juga. Namun tertutup.
Akankah Tama bisa menerima kehadiran Annisa di dalam kehidupannya yang terkenal cerewet dan tukang usil?
Ikuti terus kelanjutannya! 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
Hasrie Bakrie
Lanjut,aq mampir ya ceritanya sgt bagus
2022-12-08
4
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya
2022-10-25
1