Satu jam kemudian, Annisa sudah selesai di rias. Paras ayu Annisa yang memang sudah cantik bertambah cantik saat sudah dirias.
Mama Linda terkagum-kagum melihat nya. Sementara Tama, ia sudah duduk berhadapan dengan ayah Emil. Selaku wali yang akan menikahkan Annisa.
Tidak ada yang tau tentang pernikahan rahasia ini. Karena demi menutupi status Annisa yang masih pelajar SMA.
''Baiklah, acara akan segera kita mulai. Ayo pak penghulu.'' kata moderator acara pernikahan Tama dan Annisa.
Setelah menyampaikan kata sambutan sedikit, pembacaan ayat suci Al Qur'an, serta nasihat Demi nasihat Pak penghulu sampai kan untuk Tama, kini acara itu akan dilanjutkan dengan ijab qobul antara Tama dan Ayah Emil selaku wali dari Annisa.
''Mari Pak Emil, silahkan berjabat tangan dengan saudara Tama. Sudah siap saudara Tama?''
''Alhamdulillah, saya Siap!'' sahut Tama mantap.
Sebenarnya ayah Emil tidak menyetujui pernikahan beda usia ini. Tapi mengingat, ia tidak punya hak banyak terhadap putri bungsunya bersama Alisa, ia mengalah karena ucapan Papi Gilang yang begitu menohok hatinya.
''Saya tidak merestui pernikahan beda usia ini! Tama sudah dewasa Alisa. Tapi putriku? Dia saja belum tamat SMA. Sebagai wali yang akan menikah kannya saya tidak menyetujui pernikahan ini!'' tegas ayah Emil.
''Apa hak Abang tidak setuju dengan pilihan Annisa? Abang tau apa tentang Annisa? Bahkan sejak bayi pun Abang tidak pernah menyayangi nya! Aku! Aku Papi nya! Aku yang membesar kannya! Aku yang mengurus mereka saat kau membuangnya! Jangan mencari pertikaian disini bang Emil! Aku masih menghargai mu karena Alisa yang memintaku untuk berbaik hati padamu. Jika bukan karena nya, maka aku tidak sudi melihat wajah mu sedetikpun! Tau apa kamu tentang Annisa? Kau tidak tau apa-apa bang Milham! Jika memang kau sayang padanya, kau tidak akan menceraikan ibunya tepat pada saat umurnya baru empat puluh hari! Jika kau tidak mau menikah kannya! Baik, aku akan mencari wali yang bisa menikahi Putri ku! Tanpa persetujuan mu pun pernikahan ini akan terjadi! Sekali di undang dan datang langsung ngancam pula tidak setuju! Seharusnya aku melarang Tante Linda agar tidak memberi tahu mu! Menyesal aku mengundang mu kemari bang Emil! Cih! Sok mengakui hak? Padahal dia sendiri yang membuang hak itu! jika bukan karena aku menemukan mereka, pastilah saat ini anak dan istriku terlantar gara-gara kelakuan mu!'' ketus Papi Gilang begitu marah terhadap Ayah Emil.
Ayah Emil terdiam, wajah yang tadinya mengeras karena marah Annisa akan menikah dengan Tama, kini berubah menjadi sendu.
''Pi .. sabar .. nggak enak di dengar orang. Malu...'' lirih Mak Alisa dengan segera memeluknya dengan erat.
Papi Gilang memejamkan mata nya. ''Astaghfirullah .. ya Allah.. maaf sayang.. maaf...'' bisik Papi Gilang di telinga Mak Alisa.
Sementara Tama terdiam di bangku akad. Tidak tau harus berkata apalagi. Karena yang Papi Gilang katakan memang benar adanya.
Ia terkejut saat Mama Linda menepuk bahu nya. ''Tama!''
''Hah? Iya, Ma! Oke! Oke! Abang fokus!'' sahutnya cepat.
Papi Gilang terkekeh melihat kelakuan Tama. Ia tau apa yang menjadi pikiran Tama saat ini. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak. Karena yang punya hak untuk menikah kan Annisa adalah Ayah Emil. Ayah kandung Annisa.
Beruntungnya, pertikaian itu Annisa tidak tau. Jika tau, entah apa yang akan terjadi. Mereka tidak tau saja seperti apa Annisa selama ini.
Mungkin Tama akan tau setelah menikah dengan nya dan hidup bersama nya nanti. Dengan segera Tama menjabat tangan ayah Emil.
''Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, saudara Adirian Pratama bin Fabian Pratama saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri kandungku Annisa binti Milham Syahputra dengan mas kawin seperangkat alat sholat satu buah mushaf Al-Qur'an dan satu set perhiasan berlian dibayar tunai!''
Ayah Emil menyentak tangan Tama, ''Saya terima nikah dan kawinnya Annisa binti Milham Syahputra untuk saya dengan mas kawin, seperangkat alat sholat satu buah mushaf Al-Qur'an dan satu set perhiasan berlian dibayar tunai!'' sahut Tama dengan satu kali tarikan nafas.
''Bagaimana para saksi? Sah??''
''Sah!''
''Sah!''
''Alhamdulillah.. barakallahu wa barokah alai kuma fi Khairi...'' Pak penghulu membaca kan doa untuk pernikahan Tama dan Annisa.
Mama Linda sempat terkejut dengan mahar yang di berikan Tama untuk Annisa. Berbeda dengan mahar untuk calon menantunya yang gagal.
Hanya satu set perhiasan emas biasa. Tapi ini? Sangat istimewa! Mama Linda tersenyum begitu manis. Membuat Papa Fabian yang duduk dihadapan nya bergidik ngeri.
Ia menyikut lengan Papi Gilang. Papi Gilang menoleh. ''Ada apa Om?''
''Kamu lihat Tante kamu. Om jadi takut melihatnya tersenyum begitu manis seperti itu. Seperti akan terjadi sesuatu disini!'' bisik Om Fabian.
Papi Gilang tertawa. Sadar jika sedang acara pernikahan putrinya, ia berdehem untuk mengurangi rasa geli di hatinya.
Semua mata memandangi dua pria paruh baya beda usia itu. Sementara Mak Alisa kebingungan. Ia menatap Papi Gilang sambil bertanya melalui gerakan mulut, 'ada apa?' tapi di balas gelengan oleh Papi Gilang.
Mak Alisa pun memilih diam. ''Baiklah, segera panggilkan mempelai wanitanya kemari untuk penyerahan mahar untuknya. Kayaknya, pengantin prianya ini sudah tidak sabar ya?'' goda Pak penghulu.
Semua yang ada disana terkekeh-kekeh. Tapi tidak untuk Tama. Wajah itu datar. Seperti ia tidak menginginkan pernikahan itu.
Dengan segera orang suruhan Mama Linda menyuruhnya untuk membawa Annisa keruang akad.
Tiba disana, Tama tidak menoleh sedikitpun padanya. Entah apa yang ada di pikiran pemuda dewasa itu sekarang.
Sementara Annisa, lagi dan lagi ia mengepalkan tangannya karena melihat wajah datar Tama.
Annisa tidak ambil pusing. Karena inilah pilihannya. Pilihan yang sulit untuk ia tolak namun sangat senang di hati.
Karena impiannya selama ini ingin menikah dengan Tama akhirnya terwujud. Annisa tersenyum palsu pada semua orang. Padahal saat ini hatinya begitu sakit melihat sikap Tama yang begitu tidak memperhatikan nya sama sekali.
''Sabar Nis.. masih panjang perjalanan cintamu. Jangan menyerah dan terus berjuang sampai titik darah penghabisan! Semangat Annisa! Belum ada sejarahnya keturunan Alisa Bhaskara kalah sebelum berjuang! Aku ingin seperti Kakak! Ia menjaga mati-matian hubungan nya dengan bang Raga walau ia tau ia sering terluka karena ulah nya. Hah! Aku pasti bisa! Semangat!'' bisiknya dalam hati.
Mama Linda mengambil satu set perhiasan berlian untuk diserahkan kepada Tama. Tama menerima nya. Dengan segera ia pakaikan liontin berlian, gelang tangan bermatakan berlian serta cincin bermata berlian di jari kirinya.
Sementara di sebelah kanan sudah ada cincin pemberian Tama dua tahun yang lalu saat Annisa mendapatkan juara umum di sekolahnya.
Cincin itu merupakan hadiah yang khusus Tama berikan untuknya. Cincin emas seberat empat gram ia pakaikan di jari manis kanan Annisa.
Sempat Annisa menolak nya, namun Tama memaksa. Maka dari itu, Annisa terpaksa menerimanya.
Dan ternyata cincin itu merupakan penghubung hubungan mereka selama ini. Setelah Tama mengikat cincin itu, Tama lebih sering menjaganya.
Semua orang tau, Jika Tama itu adalah Abang Annisa. Entah apa yang akan terjadi, bila suatu saat mereka tau. Bahwa orang yang selama ini mengantar jemput Annisa ke sekolah atau kemana pun ia pergi adalah suaminya, pastilah mereka akan sangat shock.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 260 Episodes
Comments
manda_
lanjut
2022-10-25
3
Lina Zascia Amandia
Dulu Mak Alisa yg kawin msh muda, skrg Annisa....ya buah tdk akan jauh jatuh dr pohonnya, walaupun pohonnya bukan pohon kandung.....
2022-10-12
2
Lina Zascia Amandia
Bagus Papi Gilang, sok bgt ya si Emil....
2022-10-12
1