Sayang

...Happy Reading guys, semoga kalian selalu menikmati alur ceritanya 💕...

Hari ini cuaca diluar sedang tidak mendukung, awan hitam terlihat pekat menyelimuti semua permukaan langit. Petir pun saling menyambut di atas langit secara bergantian. Dan dengan derasnya hujan pun terlihat turun membsahi tanah beserta pepohonan sambil disambut dengan kencangnya tiupan angin.

Tepatnya sekarang adalah musim penghujan, dan musim tersebut sering kita jumpai pada bulan november-desember.

Mahendra hari ini pun memutuskan untuk berdiam diri saja dirumah, sambil melamun ia pun menatap ke arah air hujan yang begitu deras dan berjatuhan dihadapannya.

Dalam diamnya, ia selalu terbayang wajah Sofia saat kejadian yang menimpa mereka pada waktu itu. Ada rasa bersalah yang teramat dalam ia rasakan untuk gadis tersebut, tetapi dirinya juga bingung harus berbuat apa.

Dia cantik, begitu juga dengan hatinya. Tapi, sungguh disayangkan jika memang dia harus jatuh ke tangan lelaki yang salah seperti Mahardika. Apa jadinya Sofia jika berada ditangan lelaki seperti dia, aku memang tidak setara dengan Mahardika tetapi diriku masih bisa mengupayakan hal baik untuk Sofia. Mahendra sedang bergulat batin.

Sementara ia melanjutkan lamunannya, tidak sengaja pandangan matanya saat itu menangkap jelas wajah Mahardika lewat depan rumahnya sambil membonceng seorang perempuan yang terlihat begitu erat memel*knya dari belakang.

Ia mengingat betul motor dan helm yang dikenakan pria tersebut saat kejadian malam itu, dirinya dibuat sangat marah dengan ulah Mahardika hari ini. Ternyata selama ini memang benar, desas-desus warga sekitar tentang Mahardika yang kerap kali berganti wanita akhirnya ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kali ini.

Dirinya ingin sekali memberitahukan kabar ini pada Sofia sekarang juga, tapi cuaca memang tidak mendukung niat baiknya sedikitpun. Tanpa berpikir lama, ia pun mengambil jas hujan miliknya dan segera pergi ke rumah Sofia.

Setibanya disana, betapa pilunya ia menyaksikan semua ini tepat didepan matanya. Mahardika terlihat dirumah Sofia tengah duduk bermesraan dengan wanita lain, sementara Sofia dengan segala kelapangan hatinya membiarkan begitu saja hal yang tak pantas ia terima.

Mahendra lalu memutuskan untuk turun dari atas motor miliknya.

Braaakkk

dia membanting begitu keras helm miliknya ke sebuah tempat duduk yang terbuat dari bambu. Kursi itu adalah tempat favorit kakek Sofia.

"Hentikan semua ini bedeb*h!. Dimana hati nuranimu saat melakukan semua ini dihadapan gadis yang kau sebut kekasihmu ini" umpat Mahendra disana.

"Kau kenapa ikut campur masalah ini lebih jauh lagi dari kemarin. Apa belum cukup sebuah toyoran yang telah kulayangkan ke wajahmu" maki Mahardika yang terlihat tengah menyincing lengan bajunya naik keatas untuk menantang Mahendra disana.

"Kk-kamu" Mahendra sudah bersiap melayangkan pukulan keras ke muka Mahardika" tanganya terlihat mengepal begitu erat, tetapi Sofia menarik tangan itu untuk turun ke bawah tanpa kata.

"Siapa kamu sampai berani menjunjung tinggi tangan kamu dihadapan mukaku. Apa ingin kamu merasakannya sekali lagi?", tantang Mahardika terlihat tengil dengan senyum liciknya.

Mahendra hanya bisa berdiam diri saat itu, ia lebih menuruti segala permintaan Sofia disana ketimbang permintaan Mahardika.

Tubuh Mahendra terlihat sedikit mengendur dari ketegangan suasana saat itu, dan ia pun masih menjumpai Mahardika yang masih tengah asyik bermain cinta dengan gadis yang ia bonceng hari ini.

"Baiklah" ucapnya ke arah Sofia yang sedari tadi sudah menarik dengan cepat lengan kemeja baju miliknya.

Sofia tersenyum bahagia mendengar suara Mahendra yang patuh terhadap dirinya.

Ia hanya memandangi gadis malang yang berdiri disampingnya, terbuat apa hatinya hingga bisa mampu menerima semua kebenaran ini dengan begitu tenang.

Mahendra dengan segera menarik tangan Sofia saat itu "Ayo kita keluar".

Dirinya mengajak Sofia ke luar teras untuk menghindar dari mahardika dengan Gendhis.

"Apa yang ada dipikiranmu saat ini," tatap Mahendra kepada Sofia.

"Tidak ada mas," sahut Sofia yang berusaha acuh dengan keberadaan Mahardika dirumah itu.

Pasalnya Sofia memang tengah sendirian dirumah saat ini, sementara kakek dan neneknya masih berada disalah satu ladang milik tetangganya bu Retno. Mereka diajak bu Retno untuk memanen kacang panjang miliknya yang berada diladang yang cukup luas.

Si mbah memang sering mendapatkan tawaran seperti ini dari para tetangga. Banyak pula tetangga yang akan membayar keringat mereka berupa upah uang ataupun benda yang mereka panen hari itu diladang. Banyak warga setempat yang iba akan keadaan si mbah ini, mereka harus menua bersama tanpa perhatian dari sang anak satupun.

Setelah hujan mulai sedikit terang, dan langit terlihat sedikit lebih cerah. Dari kejauhan, terlihat si mbah jalan berdua dibawah sepotong daun pisang untuk menutupi kepala mereka dari guyuran air hujan. Sofia yang mendapati keduanya tengah berjalan, ia pun menghampiri untuk membantu membawakan kacang panjang yang tengah dibawah si mbah dan diletakkan di pergelangan tangannya.

"Mbah, kacangnya biar Sofia masak ya" ujar Sofia menawarkan diri.

Kemudian si mbah bergegas ke sebelah rumah untuk mencuci ke dua kaki dan tanganya dengan air hujan yang mengalir dari genting. Tubuhnya yang sudah tua, terlihat sedikit gemetar saat diterpa angin dingin.

"Mbah ..." dengan santun Mahendra membungkuk sembari menyambut tangan si mbah.

"Kamu siapa nak, mbah tidak pernah melihat kamu. Apakah kalian cuma berdua saja hari ini?" tanya si mbah yang mencoba memastikan bahwa cucunya tidak sedang berdua saja dirumah kali ini.

Dirinya lalu mendapati Mahardika sedang duduk disofa kayu milik mereka dengan Gendhis.

"Oh jadi kalian semua lagi pada kumpul" terlihat lega kakek Sofia berucap.

"Saya teman baru Sofia mbah. Saya dan ke dua orang tua saya bukan penduduk asli sini, kami pendatang disni" jelas Mahendra kepada keduanya.

"Pantas, si mbah nggak pernah lihat sebelumnya" tatap si mbah memandangi Mahendra dari dekat.

Maklum, terkadang pengelihatan mereka kabur dan hanya terlihat samar.

"Ayo kita masuk, nanti kita akan makan bersama-sama ajak si mbah pada Mahendra" ucap si mbah sembari berlalu kedalam rumah.

"Makanan sudah Sofia siapkan mbah, mari kita makan" Sofia terlihat menata beberapa piring diatas meja.

Terlihat beberapa lauk yang sudah dimasak oleh Sofia disana. Ada tumis kacang, tempe goreng dan sebuah sambal. Aromanya yang lezat sudah begitu menyengat sampai menusuk ke dua lubang hidung.

"Mari duduk, cucu si mbah ini sangat pintar kalau masalah dapur" ucap si mbah mempersilahkan Mahardika Gendhis beserta Mahendra.

Mereka semua terlihat saling mengangkat piring dan mengambil lauk yang sudah disiapkan. Untuk segera disantap.

"Dik, sudah dari tadi disini?" tanya si mbah pada Mahardika.

"Sampun mbah, tadi Dika putuskan untuk ke rumah menemani Sofia yang tengah sendirian ditinggal oleh si mbah. Dika khawatir" jelas Mahardika tengah mencari alasan yang bagus.

Uhukkk

Mahendra tersedak ditengah aktifitas makanya, bagaimana tidak seakan tak percaya bahwa Mahardika dapat membual begitu hebat di ke dua kakek dan nenek Sofia.

...----------------...

Hai guys, ini adalah karya ke tiga othor. Aku berharap semua karya recehku ini bisa menghibur kalian dari kepenatan dunia nyata ya. ❤️❤️❤️

🔻Jangan lupa tekan tombol ikuti agar kalian mendapatkan notif setiap harinya.

🔻Jangan lupa like , vote dan favoritnya juga yah.

🔻 Kalau mau kasih hadiah juga sangat diperbolehkan ❤️

🔻 Ditunggu komen yang membangun untuk karya othor.

Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!