Setelah semua selesai, bu bidan memberi tau Arif kondisi Rose dan juga bayinya.
"Mas, kakak mas sudah melahir kan seorang bayi perempuan dan kondisinya sangat baik hanya perlu sedikit pemulihan pasca melahir kan," ucap bu bidan.
"Terima kasih bu bidan sudah menolong kakak dan keponakan saya, kapan kakak saya bisa pulang bu bidan?" ucap Arif dengan polosnya.
"Paling besok mas, setelah tenaga ibunya kembali pulih," ucap bu bidan.
"Mas mau lihat kakak dan bayinya?" sambung bu bidan.
"Boleh saya lihat bu bidan?" tanya Arif.
"Boleh," jawab bu bidan singkat.
Arif pun masuk hendak melihat keponakannya tapi apa yang di lihatnya di luar perkiraannya, Rose tidak mau menyentuh bayinya padahal bayinya menangis di sampingnya.
"Loh kak, kenapa bayinya di biar kan menangis? kenapa ga kakak gendong biar tangisannya terhenti," ucap Arif.
"Aku ga mau sentuh anak itu karna dia Wandi meninggal kan aku dan memilih perempuan lain, aku benci anak itu," ucap Rose dengan penuh air mata karna sudah menangis sedari tadi.
"Jangan seperti ini kak, kasian bayi ini ga berdosa sama sekali. Wandi itu laki-laki bodoh yang pernah ada, dia sudah punya kakak tapi masih cari perempuan lain di luar. Lagi pula buat apa kakak pertahan kan dia, dia juga sering KDRT sama kakak jadi buat apa lagi dia ada di sisi kakak," ucap Arif mencoba meyakin kan hati kakaknya.
"Buka mata hati kakak, anak ini darah daging kakak. Dia ga salah kak, anak ini juga yang akan mendoa kan kakak kelak," sambung Arif.
Rose hanya bisa terdiam melihat bayinya menangis dan Arif terus mencoba menenang kan hati kakaknya.
Arif pun menggendong bayi yang baru di lahir kan oleh Rose agar berhenti menangis.
"Kak, kayanya bayinya mau minum asi deh," ucap Arif.
"Aku ga mau, kamu kasih air putih aja atau ga kamu biar kan aja biar dia mati kekeringan sekalian," ucap Rose penuh amarah dan emosi.
Arif membawa bayi yang di lahir kan oleh Rose keluar ruangan untuk bertanya pada bu bidan.
"Maaf bu bidan kalau bayi ga di kasih asi itu ga apa-apa? soalnya kakak saya ga mau menyusui anaknya ini bu bidan," tanya Arif dengan polosnya.
"Loh kenapa ga mau menyusui anaknya, coba nanti saya tanya ibunya ya," ucap bu bidan.
Bu bidan pun mendatangi ruangan Rose dan bertanya secara langsung.
"Ibu kenapa menangis? Coba cerita pada saya, siapa tau saya bisa bantu cari solusi buat ibu," tanya bu bidan.
"Saya benci anak itu bu, karna anak itu suami saya meninggal kan saya dan lebih memilih wanita lain dari pada saya yang sedang mengandung darah dagingnya, anak kandungnya sendiri," ucap Rose.
Rose pun mencerita kan sedihnya hidup yang ia jalani selama menikah dengan Wandi, hingga air matanya terus mengalir.
Setelah lama bercerita, bu bidan memberi obat penenang agar Rose bisa tertidur.
"Mas, saya saran kan kakaknya di bawa ke psikiater aja. Maaf ya mas, si ibu mengalami baby blues syndrome tapi si ibu begitu membenci bayinya," ucap bu bidan.
Bu bidan pun menjelas kan efek dari baby blues secara jelas pada Arif, meski pun Arif hanya tamatan SMP tapi Arif mengerti dengan keadaan sang kakak.
"Kalau boleh saya tau, biaya berobat ke psikiater berapa ya bu bidan. Kalau mahal saya ga sanggup bu bidan, untuk biaya lahiran aja aku ngumpulin dari hasil kerja ku sehari semalam," ucap Syam.
"Untuk biaya melahir kan, nanti saya bantu kasih potongan harga," ucap bu bidan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments