Setelah kejadian tempo lalu sampai Rose hendak akan bunuh diri, sampai saat ini Wandi tidak pernah pulang ke rumah dan tidak perduli dengan anak yang di kandung oleh Rose.
Wandi lebih memilih tetap tinggal dengan wanita selingkuhannya dari pada dengan Rose yang sudah di nikahinya secara sah menurut agama dan negara.
Rose pun sudah menerima segala kenyataan bahwa anak yang di kandungnya memang tidak di inginkan oleh Wandi.
Terutama kenyataan bahwa Wandi sudah meninggalkannya karna ada wanita lain yang lebih baik darinya.
Selama hamil tua Rose tidak pernah mau keluar rumah bahkan Rose sering menyiksa diri dan bayi yang di kandungnya dengan cara tidak makan apa pun.
Saat ini Arif berusia 20 tahun dan hanya bisa kerja serabutan tapi Arif adalah seorang lelaki pekerja keras, apa pun pekerjaannya pasti Arif kerja kan asal kan itu halal.
Arif mengumpul kan hasil kerjanya untuk biaya melahirkan Rose, walau pun hanya keponakan tapi Arif sudah berjanji akan mengurus bayi yang Rose kandung.
...***...
Kini usia kandungan Rose sudah memasuki usia 37 minggu, Rose sudah merasakan kontraksi.
"Aw perut ku, sakit sekali. Apa sudah waktunya anak ini lahir," gerutu Rose.
Rose mencoba berjalan mencari pertolongan, namun di rumah tidak ada orang satu pun.
Rose mencoba tetap tenang sambil menunggu arif pulang kerja.
Rose pun berjalan menuju bidan seorang diri karna kontraksi yang sudah semakin sering.
"Bu maaf kalau Arif pulang, titip pesan saya tunggu di bidan. Sepertinya saya sudah mau lahiran," ucap Rose titip pesan untuk Arif pada tetangga sebelah rumahnya.
"Mau saya antar ga? Takut ada apa-apa di jalannya," ucap ibu tetangga sebelah menawar kan diri.
"Tidak usah, masih bisa sendiri kok. Titip pesan itu aja ke Arif," ucap Rose
"Baik lah nanti saya sampai kan, kamu hati-hati di jalannya ya," ucap tetangga merasa khawatir.
"Iya, terima kasih. Saya pamit pergi," ucap Rose lalu melangkah pelan menjauhi rumah tetangganya.
Rose hanya bisa berjalan perlahan dan sesaat berhenti untuk istirahat.
Walaupun jarak tempat praktek bidan tidak terlalu jauh tapi bagi Rose saat ini jarak yang di tempuhnya jauh sekali untuk di lewati sendiri.
40 menit sudah Rose lalui jalanan menuju bidan, tanpa menunggu lama Rose langsung di periksa oleh ibu bidan.
Dan ternyata sudah pembukaan 5, Rose akan segera melahir kan.
"Suaminya mana bu? Ga ada yang antar bu?" tanya ibu bidan.
"Suami saya lagi pergi kerja bu bidan, nanti adik saya yang menemani di sini setelah pulang kerja," jawab Rose beralasan.
Tak lama Arif pun datang membawa peralatan bayi tas besar yang sudah di sedia kan sejak lama.
Tok tok tok
"Permisi bu bidan," ucap Arif.
"Iya, cari siapa ya mas?" tanya bu bidan.
"Maaf bu bidan apa kakak saya yang bernama Rose melahir kan di sini," ucap Arif dengan sopan.
"Oh, ini adiknya ibu Rose. Silahkan masuk mas, ibu Rose ada di dalam," ucap bu bidan.
"Apa saya bisa tunggu saja di luar bu bidan, saya tidak sanggup melihat orang yang hendak melahir kan. Saya takut bu bidan," ucap Arif.
"Boleh saya titip peralatan bayi untuk kakak saya?" sambung Arif memberi kan tas yang di bawanya dari rumah.
Bu bidan pun tersenyum dan membawa kan tas yang di beri kan Arif ke dalam ruangan Rose.
Satu jam berlalu, Arif masih menunggu kabar kelahiran keponakan barunya tapi masih belum terdengar suara tangisan bayi dari dalam.
Setelah 5 jam menunggu, akhirnya terdengar suara tangis bayi dari dalam.
"Alhamdulillah, terima kasih Tuhan akan ku jaga dan ku rawat bayi ini dengan sepenuh hati meski hanya keponakan ku," batin Arif penuh syukur.
Sementara di dalam Rose yang enggan menerima bayi yang telah di lahirkannya barusan, seakan Rose menyalahkan bayinya atas kepergian Wandi dari hidupnya.
"Selamat ya bu, bayinya perempuan beratnya 2,800 gram dan tinggi 50 cm.
Rose tidak mau menjawab apa pun, hanya senyuman yang Rose tunjukan pada bidan yang telah menolongnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments