Setelah memberes kan segala pembayaran di bidan, Arif membawa Rose untuk pulang di bantu adik bungsu Arif.
"Lia kamu bawa bayinya kak Rose, aku memapah dan membawa barang-barang kak Rose," ucap Arif.
"Iya kak," ucap Lia singkat.
Arif pun pamit pulang pada bu bidan dan tak lupa mengucap kan terima kasih untuk pertolongannya.
Arif memapah Rose berjalan kaki sampai ke rumah karna tidak ada kendaraan dan jaraknya yang begitu dekat.
Tatapan mata Rose yang kosong dan hanya bisa melamun dan terkadang menangis lalu berteriak membuat Arif jadi kebingungan sendiri.
Sesampainya di rumah, Lia langsung membaring kan tubuh mungil bayi tak berdosa yang di lahir kan oleh Rose yang masih belum di beri nama.
Sedang kan Arif membawa Rose ke kamarnya untuk beristirahat.
"Kak kok aku jadi takut ya sama kak Rose," ucap Lia.
"Jangan gitu, kita sebagai keluarga harus membantu kesembuhannya. Jangan sampai meninggal kan dia sendiri," ucap Arif.
"Terus kalau kakak kerja aku di rumah sendirian dong, yang urus bayi itu siapa?" tanya Lia.
"Yang urus kamu dulu, kan setiap jam 12 siang kakak pulang untuk istirahat kerja," ucap Arif
"Oh iya, bayinya belum di kasih nama ya. Bagusnya di kasih nama apa ya, kamu ada ide ga?" sambung Arif.
"Kalau Rahayu bagus ga kak," ucap Lia.
"Boleh, kakak tambahin Kirana. Kirana Larasati Rahayu, gimana?" ucap Arif.
"Bagus kak, mau di panggil Kirana, Laras, Rahayu, Ayu atau apa kak," ucap Lia.
"Kirana aja deh sesuai nama depannya, biar ga ribet juga," ucap Arif.
"Nanti kalau ada rezekinya, kita syukuran biar tetangga pada tau kalau kak Rose udah melahir kan," sambung Arif.
...***...
Seminggu kemudian.
Arif mengadakan syukuran atas lahirnya Kirana, Lia mempersiap kan segala sesuatu yang di butuh kan dan di bantu saudara yang lainnya memasak untuk acara syukuran.
Segala kebutuhan Kirana, selalu Arif yang penuhi sedang kan Wandi yang menjadi ayah kandungnya tidak pernah memperduli kan adanya Kirana.
Rose yang semakin hari semakin parah karna beban pikiran yang selalu Rose buat sendiri, Rose selalu menyalah kan Kirana atas semua yang menimpanya.
"Kak, apa kita bawa ke dokter atau rumah sakit jiwa aja. Kak Rose bukannya sadar malah makin ngaco aja," ucap Lia.
"Nanti aja, untuk saat ini punya uang untuk beli susu dan keperluan Kirana aja udah bersyukur banget. Di tambah kan kita juga harus makan juga," ucap Arif.
"Bukannya ga mau ngobatin kak Rose tapi kan untuk saat ini hidup kita aja pas-pasan," sambung Arif.
Sementara Wandi bersenang-senang dengan wanita pilihannya tapi wandi tidak mau menikahi wanita yang di pacarinya itu dengan alasan tidak mau hal yang membosan kan seperti istrinya Rose.
Bodohnya wanita yang di pacari oleh Wandi, mau di jadi kan pemuas nafsu saja dan di saat Wandi bosan dia akan meninggalkannya seperti Wandi meninggal kan Rose dan Kirana.
2 bulan berlalu, kesehatan Rose mulai membaik. Rose sudah bisa hidup normal meski pun Rose masih enggan menyentuh anaknya sendiri.
Sejak di lahirkan, Kirana tidak sedikit pun minum asi dari ibu kandungnya. Kirana hanya minum susu formula yang di beli oleh Arif.
"Kakak mau coba cari kerja ke luar negeri aja, dari pada di sini kakak nyusahin kamu rif," ucap Rose.
"Tapi kan kakak baru aja sembuh, mau cari informasi kemana kak untuk kerja di luar negeri itu persyaratannya banyak dan tidak mudah," ucap Arif.
"Kakak mau cari agensi yang resmi jadi kakak bisa berangkat kerja jadi TKW untuk membantu perekonomian kalian dan demi anak itu," ucap Rose.
"Namanya Kirana Larasati Rahayu, bukan anak itu," ucap Arif.
"Ia kirana," ucap rose.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments