dalam perjalanan pulang di dalam mobil hening tidak ada yang ber inisiatif memulai percakapan. siang ini setelah sarapan dan mengurus keluar dari hotel rezza membawa lilyana pulang kerumah barunya, rumah yang sudah lama di siapkannya untuk mereka huni. terlihat aneh memang, bahkan mereka menikah hanya dalam waktu seminggu tapi rezza sudah menyiapkan rumah, bukankah dia benar-benar sudah merintis masa depannya hanya dengan lilyana.
pintu gerbang yang terbuat dari besi besi di dorong oleh seorang laki laki paruh baya hingga lebarnya bisa memasukan mobil yang dikendarai rezza. dan tepat di depan rumah menjulang tinggi mobil itupun berhenti.
"Turunlah" rezza memerintah lilyana untuk segera turun dan tanpa menjawab lilyana segera membuka sabuk pengaman dan turun begitu saja. sedangkan rezza hanya bisa geleng geleng kepala melihat begitu dingin perlakuan istrinya itu terhadapnya.
didalam bawah bimbingan kaki rezza lilyana masuk keddalam rumah mengikuti setiap langkah kaki si pria yang di anggapnya itu menyebalkan. saat masuk kedalam rumah mata lilyana sudah di manjakan dengan kemewahan, bahkan rumah miliknya dan ayahnya saja tidak semegah ini, lilyana terus menggulirkan matanya dengan takjub, dan tepat di raungan keluarga matanya menangkap si sosok dirinya dan rezza dalam busana pernikahan kemarin ya, itu adalah fhotonya dan rezza tergantung di dinding dengan ukuran besar. dalam pikiran lilyana dia sudah mengumpat "apa apa'an si manusia es menyebalkan ini"
kini langkah merka menaiki tiap anak tangga menuju lantai dua lilyana terus mengekor di belakang. rezza membuka sebuah ruangan dan waw sungguh ini sangat menakjubkan bagi lilyana, di ruangan itu hanya di lindungi oleh kaca tebus pandang ke arah luar tanpa dinding dan sudah lilyana pastikan bahwa di setiap malam dia bisa melihat gelap gerlip keindahan kota.
di sudut kanan terdapat sebuah meja dan tumpukan buku dan lilyana sudah tau tumpukan buku dan kertas kertas yang tersusun rapi disana. sesaat dia mengalihkan pandangannya ke arah rezza
"i-ini" ucapnya lirih
"iya ini ruangan untukmu membuat desain saat diruamh, aku tau kamu pasti suka pandangan seperti ini saat mendesain baju baju" rezza berucap seakan sudah bisa menebak apa yang akan lilyana tanyakan
"terimakasih tapi biasa saja, aku lebih suka ruangan tertutup dinding dan sunyi" bohongnya tidak ingin mengakui gejolak hatinya yang sedang senang membayangkan dia berkutat di ruangan itu dengan kertas dan otaknya
"Benarkah? bahkan aku lihat binar binar di wajahmu sungguh sangat senang" jawab rezza membuat lilyana seketika memegang wajahnya.
"apa terlihat" lirih lilyana dan sayangnya itu masih bisa terdengar oleh rezza
"hehh siapa bilanggg apa matamu buta, apa kau tidak bisa lihat wajahku ini sedang kesal" lilyana terus saja menyangkal tidak ingin ketahuan bahwa dia senang
"benarkah, coba ku lihat" rezza melangkah maju dan refleks lilyana mundur seiring langkah maju rezza hingga tubuhnya mentok dan dia terkungkung di dinding kaca oleh lengan besar rezza
"a-apa yang kau lakukan minggir" lilyana sungguh gugup berada dalam situasi seperti ini
"apa aku hanya ingin melihat raut wajahmu bukankah tadi kamu menyuruhku melihatnya" rezza sengaja mendekatkan wajahnya sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan lilyana. matanya bergulir membingkai wajah gugup itu yang sekarangg sudah sangat merah merona bak tomat matang.
"pipimu memerah" tangan kanan rezza mengelus di bagian pipi kanan lilyana hingga turun kebagian bibir ranum milik wanitanya. dia menekankan ibu jarinya di atas bibir mungil nan menggoda itu, perlahan wajahnya maju dan melabuhkan kecupan singkat di atas bibir lilyana
"ka-kau kau menciumku lagi, bukankah aku sudah mengatakan jangan menciumku" lilyana mengomel dan mendorong tubuh rezza menjauh darinya
"ah aku kelepasan, aku begitu pokus tadi meneliti raut wajahmu dan bibirku ini ingin mencium bibir mu" sungguh lilyana sangat kesal dengan jawaban rezza ingin sekali rasanya mendaratkan telapak tangannya di wajah menyebalkan itu.
"dasar mesum" umpat lilyana setelah melihat rezza berjalan keluar pintu dan dia pun kembali mengekori
kini rezza membuka sebuah pintu terbuat dari kayu jati yang begitu kokoh itu mempersilakan lilyana masuk lebih dulu. nuansa putih berpadu abu abu menguasi dinding didalam ruangan itu, terdapat ranjang berukran king size serta satu buah sopa dan meja di ujung kaki ranjang, dua lemari besar berjejer rapi di sisi kiri ranjang serta meja di sisi kanan di ujung belakang sopa terdapat meja rias yang sudah ter isi penuh dengan alat make-up berupa liptin dan kawan kawannya dan diket jangakauan sopa terdapat sebuah televisi berukuran besar.
"ini kamar kita kau suka" rezza berbicara dengan melihat wajah lilyana tergambar disana bahwa istrinya itu menikmati suasana dan pasilitas kamar mereka.
"kita! kenapa harus kita aku tidak mau satu kamar denganmu, di rumah ini masih ada kamar lain kan, tunjukkan padaku aku akan menepati kamar itu" lilyana berjalan ke arah pintu. kali ini perkataan lilyana sedikit menyakiti hati rezza, dia sudah menyiapkan kamar itu dengan sebaik mungkin untuk mereka berdua tapi lilyana mentah mentah menolak satu kamar dengan dirinya.
"jangan keluar! maksudku tetaplah dikamar ini aku yang akan menepati kamar lain. kamarku berada di sebelah kamarmu jika kau butuh sesuatu panggil aku saja" rezza berbicara dengan dingin dan melengos pergi keluar kamar, menciptakan keheningan menemani lilyana. dia tertegun dengan ucapan rezza, apakah kata katanya tadi keterlaluan.
"apa aku keterlaluan bahkan dia menyuruhku menepati kamar ini dan dia sendiri mau menepati kamar lain padahal kan ini rumah dia" lilyana berbicara sendiri lalu duduk di ujung ranjang dengan menghela napas.
"kenapa aku jadi begini bukankah ini memang sudah sepantasnya aku berperilaku seperti ini, wajarkan! di saat aku tenang dan benar-benar menikmati kesendirianku setelah lama mati matian mengubur diri untuk tidak berurusan dengan laki laki tiba tiba dia datang menikahiku bahkan tanpa menjalin hubungan atau sekedar saling mengetahui kehidupan masing-masing" lilyana berguman sendiri. dibalik sikap cuek dan keras kepalanya lilyana adalah sosok yang pernah terluka begitu dalam. GILANG JUIMAN adalah laki-laki yang pernah sangat lilyana cintai. menjalin hubungan selama 5 tahun ternyata masih saja tak menjamin hubungan mereka baik dalam kata setia, saat hari ulang tahunnya yang ke 22 tahun lilyana melihat kekasihnya sedang bercumbu mesra di apartemen milik laki laki itu. awalnya lilyana ingin memeberi kejutan merayakan hari ulang tahunnya dengan pulang dari Singapura tanpa memberi kabar kekasihnya dan akan mengadakan makan malam roamntis, namun dia sendiri yang dikejutkan dengan kelakuan Gilang dibelakangnya. bahkan lilyana sempat mendengar bahwa Gilang tidak mencintainya dan hanya mengambil muka dengan berpacaran dengan lilyana seorang desainer cantik yang namanya cukup terkenal, sehingga banyak yang memujinya yanga hanya seorang karyawan biasa bisa menaklukan seorang lilyana yang tak bisa dimiliki orang lain dan saat itulah awal mula lilyana menutup hati dan tak ingin berurusan dengan laki-laki karna baginya semua sama saja.
"huhhhhh" lilyana menghela napas, mengingat masalalunya bersama pria brengsek itu membuat moodnya hancur.
.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Rizma
memang seharusny
perempuan harus gengsi dulu
dimanapun pria harus memperjuangkan cintany
seruh Thor critany
2023-11-02
0
puputgendis
elahhhh move on dongggggg 😜😜😜
2022-12-06
0
puputgendis
nyebelin loh lily tar loh bucin akut😏😏😏😏
2022-12-06
0