Nayla melengos mendengar ucapan Tuan Bos nya itu, apa dia pikir sepuluh menit itu cukup untuk nya mandi, bahkan cuci muka dan gosok gigi saja dia membutuhkan waktu leih dari waktu mandi yang di berikan Bos nya itu.
Lagi pula kenapa dia tidak pulang saja ke rumah besar nya atau ke Apartemen miliknya sendiri, kenapa harus menguntit dirinya.
Nayla berjalan ke arah dapur, dia masih mengingat tadi bahwa Bos nya itu menyuruhnya untuk makan bukan, tapi keningnya berkerut dia tadi tertidur bukan lalu siapa yang masak, apa dia masak sendiri, mana mungkin Bos nya itu bisa memasak yang ada dapur nya bisa terbakar.
Riyan masih berdiri di tempatnya tadi sambil memperhatikan apa yang di lakukan oleh Asisten nya itu yang telah berjalan dengan sedikit ragu ke arah dapur.
"Kenapa jalan mu seperti siput, cepatlah aku hampir mati kelaparan menunggu mu dari tadi!" suara Riyan lagi.
"Bos apa kamu masak tadi?" tanya nya dengan suara terbata, alis Riyan terangkat mendengar pertanyaan dari Asisten nya itu.
"Kau sedang tidak mengidam ingin makan masakan ku bukan?" tanya Riyan sambil berjalan mendahului Nayla yang masih mencerna ucapan Riyan.
'ngidam'.
Nayla bergidik ngeri mendengar itu pun langsung menyusul Bos nya yang sudah duduk di kursi meja makan, dia melihat banyak makanan di atas meja, dia cukup tahu dari restoran mana makanan yang di pesan Bos nya itu.
Kalau pada akhirnya mereka makan menu dari restoran yang tadi dia usulkan saat di mobil kenapa Bos nya itu harus ber drama dulu dengan nya, hanya untuk satu piring nasi goreng saja.
Nayla langsung mengambil dua piring di sana dan juga dua gelas air putih, lalu memberikan nya pada Bos nya itu tanpa bersuara sedikitpun, dia masih cukup dan sangat kesal dengan ulah iseng Bos nya itu.
Dengan sengaja dia hanya mengambil makanan untuk diri nya saja tanpa berniat untuk memberikan pada Riyan yang menunggu makanan yang biasa di sajikan olehnya.
Bahkan dengan berani dia berjalan meninggalkan meja makan, dia duduk di lantai beralas kan karpet di depan TV besar yang ada di ruang tamu.
Riyan mengeram kesal melihat tingkah Nayla yang acuh akan kehadiran nya itu, tanpa menyentuh makanan yang ada di sana dia berjalan melewati Nayla yang duduk di lantai itu menuju balkon yang ada di sana.
Tak lupa dengan satu kaleng bir yang dia pesan tadi, Riyan duduk di sana menikmati malam dingin yang cukup menusuk kulit nya sambil meminum bir nya.
Nayla yakin, Bosnya itu belum makan, makanan yang ada di meja tadi masih utuh saat dia mengambil makan untuk dirinya sendiri, dengan rasa bersalah nya pun Nayla berjalan ke arah balkon sambil membawa makanan yang ada di piring nya.
Di sana dia melihat Bos nya itu tengah berdiri dengan kedua tangan yang bertumpu pada pagar teralis, di samping nya juga ada satu kaleng bir yang sudah terbuka.
Bertambahlah rasa bersalah nya pada Bos nya itu, tidak seharusnya dia bersikap seperti itu bukan, dia berjalan mendekati Riyan yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya.
"Bos!" panggil nya dengan suara bersalahnya dia bahkan tidak berani menatap wajah Riyan.
"Masuk" suara dingin Riyan terdengar dingin di telinga Nayla, bahkan mungkin lebih dingin dari udara yang berhembus saat ini.
Nayla membeku di sana, dia memang tidak melihat kemarahan dari wajah Riyan yang berdiri membelakangi dirinya, tapi sebagai utang yang telah lama mengenal Riyan membuatnya paham betul dengan sikap Riyan itu.
"Maafkan aku Bos!" kata nya tetap dengan wajah yang tertunduk, dia sangat takut pada Riyan saat ini.
"Kau tidak mendengar apa yang ku katakan Nayla" ucapnya penuh penekanan.
"Aku dengar tapi kamu juga harus masuk Bos,!"
"Apa pedulimu?" kata nya masih dengan posisi yang sama
"Aku peduli karena----????" Nayla bingung di sana.
"Karena apa,?" tanya Riyan yang telah berbalik badan menghadap ke arah Nayla.
"Karena ituu, akuu gak mau kamu sakit bos!" jawab Nayla terbata.
"Kau seperti Mama saja, aku bukan anak kecil yang akan sakit hanya karena tidak makan malam"
"Ya karena Nyonya menitipkan anaknya pada ku Bos!"
"Sudah sana makanlah aku pusing mendengar ocehan mu itu" usir nya.
Dengan sisa keberanian yang ada, Nayla berjalan mendekati Riyan yang berdiri menatap nya, menaruh gelas berisi air tadi di samping bir, lalu menyendok nasi di piring yang ada di tangan nya lalu mendekatkan sendok tersebut ke bibir Riyan yang tertutup.
"Aaaakk"
Riyan memundurkan kepalanya lalu menatap Nayla kemudian ke arah sendok yang di sodorkan Asisten nya itu.
"Makanlah, kalau Bos gak mau makan aku juga gak mau makan!" ancam Nayla sebenarnya bukan itu yang Nayla rasakan dia ingin menebus rasa bersalahnya karena telah mengacuhkan keberadaan Bos nya tadi.
"Berani-beraninya kau mengancam ku, ha"
"Aku bahkan tidak peduli kau mau makan atau tidak!" lanjut nya, kata-kata pedas itu sangat menyakiti hati Nayla tapi selanjutnya senyum indah terkembang di bibirnya saat Riyan melahap makanan yang dia suapkan.
"Jangan besar kepala aku hanya tidak ingin membuang-buang makanan, jadi cepat suapi aku lagi!" perintah nya.
Bibirnya Nayla yang tadi menampakkan senyum nya pun berubah mencurut beberapa senti setelah mendengar ucapan Riyan.
Riyan pura-pura tidak melihat ke arah Nayla yang tengah kesal, dia makan dengan lahap tanpa memperdulikan apapun, sementara Nayla terus saja tanpa memberi jeda pada Riyan untuk mengunyah makanan yang ada di mulut.
Dua orang itu sama-sama kesal dengan sendirinya tanpa mereka sadari bahwa apa yang terjadi pada mereka adalah bentuk dari suatu keadaan yang mereka ingin di mengerti satu sama lain tanpa di ucapkan.
Merasa mulutnya tidak sanggup lagi menerima sodoran nasi dari tangan Nayla, Riyan pun merebut piring dan sendok tersebut dari tangannya lalu bergantian menyuap nasi ke mulut Nayla.
"Kau juga harus makan, ayo makan, aaaaakk" kata Riyan menirukan apa yang tadi Nayla lakukan pada nya, Nayla langsung membuka mulutnya dan menerima suapan pertama dari tangan Bos nya itu dengan senang hati.
Kapan lagi pikirnya dia bisa makan di suapi oleh seorang yang paling berkuasa di Sadika group, maka dia harus berbangga hati bukan, sebab ini merupakan kejadian langkah yang entah berapa ratus tahun lagi dia bisa menemukan nya lagi.
Nasi yang tinggal sedikit itu pun kini telah berpindah sepenuhnya ke dalam perut Nayla, sebenarnya tadi Riyan ingin sekali membalas Nayla yang menyuapi nya tanpa henti, namun dia mengurungkan niatnya saat melihat Nayla begitu menikmati makan dari tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments