Di sore harinya, seorang pria sedang duduk di balkon kamarnya dengan pandangan yang lurus ke depan menatap langit yang cerah. Ia sedang menikmati 1 gelas jus yang ada di tangannya.
“Apa aku terima saja wanita itu menjadi Sekretaris ku?” gumam David. “Tapi dia belum mempunyai pengalaman sama sekali, bagaimana bisa aku mempercayai bahwa dia bekerja dengan baik nantinya?”
David beranjak dari balkon lalu berjalan keluar kamar dan menuju meja kerjanya yang letaknya di samping tangga juga ruang keluarga.
David mulai membuka laptopnya dan mencari file wanita yang tadi pagi interview dengannya.
10 menit kemudian David ketemu dengan file Lea lalu mencari nomor teleponnya. Setelah dapat nomor Lea, ia mencoba untuk menelpon.
“Hallo, ini siapa ya?” tanya orang yang ada di seberang telpon. “Hallo.” Sapa nya lagi. "Kok tidak ada suaranya?" bingung. "Apa kau penipu hah?" kesalnya.
“Ekhem……” David berdehem membuat orang yang ada di seberang telpon itu kebingungan.
David merubah posisi kursinya menghadap kaca besar yang transparan. Terlihat di luar sana ada beberapa pohon tinggi penuh kehijauan.
“Ini siapa ya?” tanyanya lagi.
“David.”
“David?” Lea bingung, sejenak ia berpikir dan teringat dengan name tag yang ada di papan nama di atas meja David Mahendra. “Maaf maaf pak, sa…saya tidak tahu.”
“Apa saya mengganggumu?” tanya David.
“Tidak pak, sama sekali tidak.” Ucap Lea. “Maaf, memangnya ada apa bapak tiba-tiba menelpon saya sore-sore begini?”
“Apa kamu benar-benar ingin bekerja sebagai Sekretaris saya?”
“Iya pak, sungguh besar harapan saya.” Jawab Lea dengan antusias.
“Baik, mulai besok kamu sudah bisa bekerja.”
Lea melebarkan matanya dengan wajah yang tidak percaya. “Pak apa ini beneran? Atau apa?” tersenyum salah tingkah.
“Apa saya terdengar bercanda?”
“Tidak tidak, baik pak saya pasti datang tepat waktu.” Lea loncat-loncat setelah mendengar langsung bahwa ia diterima bekerja sebagai Sekretaris.
David pun mematikan telponnya dan meletakkan ponselnya di atas meja lalu menutup laptop. Sejenak ia menatap langit yang mulai berwarna oren.
Seseorang berjalan mendekatinya lalu berdiri di depan mejanya.
David menoleh lalu merubah posisi kursinya menjadi ke depan. “Ada apa?”
“Saya mau nanya, malam ini Tuan muda ada pertemuan tidak?” tanya Haidar sang supir pribadinya.
David berpikir sejenak. “Tidak ada.”
“Saya malam ini izin pergi.”
David memberikan anggukan. “Sampai jam berapa?”
“Mungkin 9 atau 10 malam, tapi saya usahakan untuk pulang secepatnya.”
“Oke.” Ucap David.
Haidar membungkukkan setengah badannya. “Terima kasih Tuan muda, saya permisi dulu.” Berjalan keluar.
David menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan lalu memundurkan kursinya agar bisa berdiri. Setelah itu ia berjalan menuju kamarnya.
Klekkkk……
David masuk ke dalam kamar lalu berjalan menuju kamar mandi, sejenak ia berendam di bathtub. Setengah jam kemudian ia selesai mandi, ia berjalan menuju lemari pakaian.
**
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, saat ini Lea sedang duduk di atas ranjang sambil membuka laptop untuk memastikan bahwa masih bisa di gunakan.
Drettt…. Drettt…. Drettt….
Tiba-tiba ponsel Lea bergetar, terlihat panggilan dari Gilang. Ia segera mengangkatnya.
“Hallo selamat malam, ada yang bisa saya bantu?” ucap Lea bercanda.
Gilang terkekeh. "Apa malam ini kamu sibuk?”
“Tidak, kenapa?”
“Aku ingin mengajak kamu bersantai di cafe KENANGA." Ajak Gilang.
Lea berpikir sejenak lalu melihat ke arah jam dinding yang ada di kamarnya. “Oke baiklah, kirim saja alamat cafenya.”
“Aku yang akan menjemput mu.”
“Hah? Oke oke.” Lea mematikan telpon sambil menutup laptop dan meletakkan di atas meja belajarnya yang berada di samping tempat tidur.
Lea segera beranjak dari ranjang lalu berjalan ke arah lemari untuk mengambil Hoodie yang berwarna pink. Setelah itu ia berjalan keluar untuk menunggu kedatangan Gilang.
Beberapa menit kemudian, motor Gilang tiba di depan kosannya karena jarak rumahnya ke kosan Lea hanya terhalang 5 buah rumah. Lea segera mengunci pintu lalu berjalan mendekati Gilang.
“Ayo naik.” Gilang tersenyum sambil menyerahkan helm kepada Lea.
Lea memasang helm lalu naik ke atas motor. Gilang pun menjalankan motornya, Cafe yang akan mereka datangi ini tidak terlalu jauh.
Di cafe yang tidak terlalu besar, saat ini Lea dan Gilang sudah duduk saling berhadapan di temani beberapa camilan dan 2 gelas minuman yang baru saja datang.
“Aku masih tidak percaya bahwa pak David menerima ku sebagai Sekretarisnya.” Ucap Lea membuka percakapan dengan tangan kanan yang mengambil gelas lalu meminumnya.
Gilang terkekeh. “Benarkan aku, kamu pasti di terima di perusahaan FH Group. Karena kamu juga dari lulusan Universitas terkenal.”
“Hahaha iya.” Lea meletakkan gelasnya. "Tapi aku bingung dan penasaran apa alasan pak David menerima ku sebagai Sekretarisnya."
"Kenapa harus bingung? Yang paling terpenting kamu sudah mendapatkan pekerjaan." Ucap Gilang.
“Selamat ya, kita akan bekerja di 1 perusahaan yang sama.” Gilang menyodorkan tangannya kepada Lea.
Sejenak Lea menatap tangan gilang lalu menjabatnya. “Terima kasih ya.” Melepaskan jabatannya. “Semoga aku tidak melakukan kesalahan lagi.”
“Kamu harus disiplin usahakan jangan telat lagi, setiap orang yang bekerja di kantor apalagi perusahaan besar seperti itu harus disiplin waktu.”
“Iya benar, aku benar-benar bahagia banget.” Lea tersenyum bahagia, ia tidak bisa menyembunyikan kesenangan itu.
“Bentar, bagaimana pak David memberitahu itu kepadamu?” Tanya Gilang penasaran.
Lea memasang wajah dengan serius lalu menatap Gilang. “Jadi begini, tadi sore aku kan sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Tiba-tiba ponsel ku bergetar dan ada nomor yang tidak dikenal menelpon."
"Lalu?" Gilang serius mendengarkan cerita Lea.
"Awalnya aku ragu untuk mengangkat telpon itu, takut ada penipu." Sesaat Lea minum dan melanjutkan ceritanya. "Aku memberanikan diri siapa tahu ada yang penting.” Ucapnya. “Aku angkat telpon itu ternyata pak David yang menelpon katanya mulai besok kamu sudah bisa bekerja, aku langsung melempar remote TV ke lantai karena reflek.” Lea nyengir.
“Hahaha lalu bagaimana dengan nasib remote TV itu?”
“Ya hancur hahahaa, tapi tidak apa-apa nanti beli yang baru.”
Gilang mengacak-acak rambut Lea. “Benar juga beli yang baru, kan sudah dapat kerja."
"Yaaaaa Gilang....... Rambut ku berantakan." Merapikan rambutnya.
Mereka melanjutkan obrolan, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Mereka pun memutuskan untuk keluar dari cafe itu lalu pulang.
Motor Gilang sudah tiba di depan rumah kontrakan Lea, terlihat jalanan yang sudah sepi.
Lea turun sambil melepaskan helmnya. “Terima kasih ya.” Menyerahkan helm kepada Gilang.
Gilang mengambil helm itu dan meletakkan didepan. “Iya sama-sama.” Tersenyum.
“Daahhhh.” Lea melambaikan tangannya lalu masuk ke dalam rumah.
Gilang menjalankan motornya meninggalkan kontrakan Lea.
Klekkkk…….
Lea masuk ke dalam kamar lalu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. “Semoga besok pagi tidak telat lagi.” Mengambil alarm untuk mengatur jam setelah itu meletakkan kembali diatas nakas.
“Hari keberuntungan, tapi aku penasaran apa alasan pak David menerima ku menjadi Sekretarisnya? Padahal aku tidak mempunyai pengalaman sama sekali.” Gumam Lea sambil menatap langit-langit kamar. “Ah yang penting aku di terima, aku harus melakukan yang terbaik agar tidak dipecat oleh pak David.”
Lea merubah posisinya menjadi miring kanan dengan perlahan matanya mulai terpejam dan memasuki alam bawah sadar. Karena Lea ini orang yang tidak bisa dekat dengan bantal bawaannya tidur tidur dan tidur.
...- Maaf jika dalam penulisan masih banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara vote, like, gift, favorit! Dengan begini kalian membuat author semangat untuk melanjutkan ceritanya. Terima kasih...
...Bersambung……...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments