20.10.2000.
Hari itu aku membuat sebuah membuatmu melihat sisi lain dariku, meskipun begitu aku melakukannya demi dirimu, karena Fajar Ganendra adalah bajingan tengik. Sayangnya kamu salah paham.
“Woi bajingan lebih baik kau jangan buat macam-macam dengan Amelia Gunawan, sekali lagi kau berniat buruk, akan kuhancurkan hidupmu,” ucap Damar yang selesai memukuli Fajar Ganendra.
“Hahaha! Jangan bersikap sok polos begitu Tuan muda Damar, kamu mendekati perempuan itu hanya karena menginginkan untuk bisa tidur dengannya, kan?” tanya Fajar Ganendra.
“Jangan samakan aku dengan bajingan sepertimu Fajar! Semua perempuan yang dekat denganmu, sudah kamu rusak dan merenggut masa depan mereka, jauhi Amelia!” teriak Damar.
Dia memukuli Fajar Ganendra dan seluruh anak buahnya di belakang sekolah, dia bersama dengan beberapa temannya dari kelas 2, memang terkenal berani pada senior mereka.
Kemarahan Damar berawal dari salah satu anak buahnya yang memberikan sebuah minuman pada Amelia Gunawan ketika acara Panggung Bulan Bahasa malam itu.
Tapi karena merasa sudah menang, Damar tidak sadar dengan sekitarnya lagi, ketika dia berniat menolong teman-temannya yang terluka, sebuah balok kayu menghantam punggungnya.
*BRAK!
“Argh … sialan, ternyata kakak kelas yang katanya penguasa sekolah hanya bisa menyerang dari belakang ya? Pengecut sekali!”
Meskipun sempat terkena pukulan itu, tubuh Damar yang sudah terlatih masih bisa menanggung luka seperti itu.
Lalu dia menghujani anak buah musuhnya itu dengan banyak pukulan hingga wajahnya berdarah, dia juga kembali memukuli semua kakak kelas tersebut.
Hingga …
*PRIIIIT!
“Siapa yang mengizinkan kalian semua berkelahi! Cepat kemari atau kalian semua akan dikeluarkan dari sekolah!” Pak Agus datang bersama guru lainnya dan para satpam.
Semua siswa yang berkelahi itu diamankan oleh para satpam dan guru, mereka semua digelandang menuju ke ruang guru dan mendapat ceramah dari Pak Agus selaku Waka Kesiswaan.
Seluruh siswa yang seharusnya memperingati acara bulan bahasa dengan berbagai penampilan yang memukau harus terganggu oleh belasan siswa yang terlibat dalam pertarungan itu.
Alhasil, semua siswa yang diceramahi oleh Pak Agus menjadi tontonan yang lebih menarik, banyak siswa yang curi-curi pandang ke ruang guru dan menyaksikan belasan siswa disetrap.
Amelia yang merupakan murid baru juga tak kalah tertarik dengan kerumunan banyak siswa, tapi dia sedikit kecewa setelah mengetahui salah satu diantara belasan siswa itu ada Damar.
“Kenapa laki-laki itu ada disana, bukankah dia mengatakan padaku hanya pergi ke kamar mandi, kenapa malah terlibat dalam pertarungan antar siswa?” batin Amelia.
Damar yang melihat Amelia dari kerumunan siswa, tersenyum pada perempuan pujaannya itu, serta tidak memedulikan ceramah guru yang ada di depan.
“Damar! Kamu tidak mendengarkan bapak lagi, yang lainnya boleh pergi dan jangan sampai kejadian seperti ini terulang! Damar kamu kesini!” tegas Pak Agus.
Pak Agus memukul paha Damar menggunakan batang sapu ijuk yang sangat keras, sampai terbentuk garis merah melintang di paha Damar.
“Lain kali dengarkan bapak ketika bicara dan kamu jangan berkelahi seperti ini lagi, atau bapak akan mengatakan pada Kepala Sekolah untuk mengeluarkanmu!” tegas Pak Agus.
“Baik, Pak!” Meskipun Damar anaknya memang nakal, tapi dia sangat menghormati seluruh guru-gurunya. Baginya guru disini memang disiplin dan itulah cara mereka untuk memberikan pendidikan.
Damar bersama teman-temannya keluar dari ruang guru, serta orang pertama yang ditemuinya adalah Amelia yang melihatnya sejak tadi.
“Hai, maaf tadi aku sedikit memiliki masalah dengan perutku dan harus berlama-lama di kamar mandi,” ucap Damar yang tidak ingin membuat Amelia salah paham.
“Aku tidak suka kamu berbohong, terlebih lagi aku sangat tidak suka dengan laki-laki yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan seperti itu,” ucap Amelia meninggalkan Damar dan teman-temannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments