Keesokan harinya dan hari-hari berikutnya, Amelia Gunawan pindah dari kursi dan meja yang biasanya ditempati olehnya, dia tidak mau berbicara dengan Damar.
Damar tidak berhenti sampai disitu, dia terus mengajak Amelia untuk melakukan banyak hal yang menurutnya sangat mengasyikkan, tapi semua itu ditolak mentah-mentah.
“Aku tidak akan berbicara padamu lagi, jika kamu tidak mengubah semua sikap dan kesenangan bertarungmu itu!” Amelia berlalu begitu saja meninggalkan Damar yang duduk di depannya.
“Apakah kamu begitu membenci sebuah perkelahian dan asalkan kamu tahu untuk siapa aku berkelahi, apakah kamu akan memiliki sikap seperti ini?” batin Damar.
Damar kemudian mengembalikan pikiran positifnya, mungkin karakter Amelia Gunawan seperti itu, akhirnya dia tidak mengganggunya lagi dan membiarkan perempuan itu menjauhinya.
Selama beberapa hari terakhir hubungan keduanya terlihat tidak baik-baik saja, bahkan Damar sempat beberapa hari tidak bersekolah dan izin sakit.
Amelia yang melihat surat sakit di meja guru merasa ada yang tidak beres, tapi dia yang juga tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Damar mencoba untuk tidak terlalu peduli.
Hingga beberapa hari kemudian Damar masuk sekolah, tapi seluruh tubuhnya penuh dengan luka dan perban. Amelia tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya.
“Apa yang terjadi padamu? Apakah kamu berkelahi lagi? Kenapa kamu tidak mau mendengarkanku, sih! Apakah janji-janji manismu selama ini hanya omong kosong? Dimana letak perubahanmu?”
Amelia tiba-tiba meledak begitu saja, entah kenapa dia bisa berbuat demikian, dia hanya ingin mengatakan keluh kesahnya selama ini dan ketidaksukaannya terhadap sikap Damar yang seperti itu.
Damar tidak menjawab, dia hanya tersenyum menanggapi kemarahan Amelia itu, dia malah memandangi wajah teduh Amelia yang terus menyentuh luka-lukanya itu dengan lembut.
“Akhirnya kamu mau berbicara denganku lagi, aku sangat senang!” ucap Damar.
“Kamu jangan berbicara lagi, sepertinya kamu masih terluka di beberapa bagian, aku akan meminta beberapa perban tambahan di UKS. Aku akan segera kembali,” ucap Amelia meninggalkan kelas.
***
Beberapa hari sebelumnya di Keluarga Baskoro.
“Dasar kakak-kakak kurang ajar! Apakah kalian semua tega membuat ibu seperti itu? Jika kalian memang tidak bisa mengurus ibu biarkan aku saja yang melakukannya!”
“Aku tidak butuh kakak-kakak tidak tahu terima kasih seperti kalian semua, percuma menjadi laki-laki yang tidak menghargai ibunya sendiri, kecewa sekali aku pernah mengidolakan kalian!”
Damar marah pada ketiga kakak laki-lakinya yang tidak mau merawat ibu mereka karena berbagai alasan dan hari ini adalah puncaknya, dia mengeluarkan semua uneg-uneg yang selama ini dia pendam.
“Adik seharusnya kamu tahu bukan, kami semua sudah berkeluarga, kami juga mengurus perusahaan, kami tidak memiliki banyak waktu luang untuk merawat ibu yang terus sakit-sakitan!” teriak Kakak Ketiga.
“Hei kakak bodoh! Aku tidak peduli dengan seberat apa permasalahanmu! Yang terpenting jadikan ibu sebagai prioritas! Apakah itu memang tidak bisa?”
“Sampai aku sendiri penasaran, apakah kalian semua hanya menunggu ibu meninggal untuk menguasai seluruh hartanya, tapi tidak ada waktu untuk merawatnya?”
Pertanyaan sekaligus pernyataan Damar yang menohok itu membuat ketiga kakaknya diam seketika, jika berdebat dengan adik terkecilnya itu, entah kenapa mereka bertiga selalu kalah.
“Kau udah berani melawan kakakmu ya, sepertinya kakak keduamu ini perlu menyadarkanmu dengan siapa kau berbicara sekarang!” Damar dipukuli dengan sangat kejam.
Dia sebenarnya bisa saja membalasnya, namun dia sudah berjanji pada Amelia untuk tidak berkelahi lagi sejak kejadian itu, oleh karena itu dia membiarkan dirinya menjadi bulan-bulanan kakaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments