Gadis dengan balutan dress berwarna hijau mint itu melangkahkan kakinya memasuki sebuah kamar dengan tangan yang membawa tumpukan hadiah.
“Gelap banget,” gumamnya saat netranya tidak menemukan setitik cahaya.
Ia kemudian berjalan menyusuri dinding pada sisi kirinya guna mencari saklar. Namun, tiba-tiba pintu tertutup dengan kencang membuat gadis itu terkejut dan berlari menuju pintu namun pintu terkunci.
“Siapa di luar?” teriak gadis itu namun tidak ada yang menyahut.
Sebut saja gadis itu Lyra. Alyra Felicia Nalendra.
Lyra terus memutar knop pintu berharap pintu terbuka tanpa peduli dengan kota hadiah yang mulai berjatuhan.
“Tolong buka pintunya!” Lyra kembali berteriak namun tidak satupun seseorang merespon.
Lyra mulai merasa panik, ia membalikkan badannya dan kembali mencari saklar. tidak butuh waktu lama, Lyra akhirnya menemukannya, gadis itu segera menekan saklar tersebut hingga lampu pun menyala. Namun, betapa terkejutnya Lyra saat ia membalikkan badannya, seseorang telah berdiri di belakangnya.
“Haii, sayang,” sapanya.
Lyra menjatuhkan semua kado yang dibawanya, gadis itu segera menutup hidungnya saat bau alkohol tercium dari mulut lelaki itu.
“Lo siapa?” tanya Lyra ketakutan apalagi saat lelaki itu mengungkung tubuhnya.
“Masa lo nggak kenal sama gue si?” kata Lelaki itu sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Lyra.
Lyra semakin dibuat ketakutan, kepalanya terasa pusing dan ia merasa sangat mual kala bau alkohol yang memenuhi indera penciumannya.
“Gue nggak tahu lo siapa, please jangan apa-apain gue,” suara Lyra terdengar gemetar membuat lelaki itu terbahak senang. Ia menarik tangan Lyra dan menjatuhkan gadis itu di atas ranjang yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
“Gapapa lo nggak kenal sama gue, yang penting malam ini kita bersenang-senang,” ujarnya sembari membelai lembut wajah Lyra.
Air mata Lyra jatuh detik itu juga, ia benar-benar merasakan takut yang luar biasa. “Siapapun tolong gue!” teriak Lyra.
Melihat tatapan penuh nafsu dari lelaki yang kini berada di atasnya itu membuat Lyra benar-benar ketakutan. Sekuat tenaga ia memberontak namun tenaganya tak cukup kuat untuk melawan lelaki yang ada di atasnya itu.
“Tolongin gue, siapapun tolongin gue!” teriak Lyra dengan berderai air mata namun tak satupun ada yang merespon.
“Kamu hanya membuang-buang tenaga, ini lantai tiga dan kamar ini kedap suara mana mungkin ada orang yang mendengar suara kamu,” ujar lelaki itu.
Lyra menggelengkan kepalanya dengan air mata yang terus mengalir, “Gue mohon lepasin gue,” pinta Lyra memohon.
“Gue suka sama lo, lo cantik dan—” lelaki itu menggantungkan ucapannya. Tangannya tergerak untuk mengusap lembut paha putih milik Lyra yang terekpos memanjakan mata.
“Ini terlalu sayang untuk sia-siakan,” imbuhnya.
Ia kemudian menarik tubuhnya yang condong untuk mulai melepaskan kancing kemeja yang ia kenakan. Hal itu membuat Lyra segera bangkit dari posisinya guna mencari kunci.
“Kamu tidak akan menemukan kunci apapun di sini, darling,” kata lelaki itu yang sudah melepaskan pakaian atasnya. Ia kembali menarik tangan Lyra dan menjatuhkan gadis itu di atas ranjang.
Lyra menangis ketakutan, ia terus memberontak saat lelaki yang tidak ia ketahui namanya itu mulai menciumi lehernya.
Lyra yang terus memberontak membuat lelaki itu marah, “Apakah kamu tidak bisa diam, babby?” ujarnya penuh nafsu.
“Gue mohon lepasin gue, siapapun tolongin gue!” ujar Lyra namun hal itu justru membuatnya mendapati hadiah berupa tamparan pada pipi kanannya.
“Gue bilang diem!” bentak lelaki itu membuat Lyra bungkam seketika.
Ia memejamkan matanya, pasrah dengan segala hal yang akan menimpa dirinya. Kedua tangan Lyra meremas sprei pada sisi kanan kirinya saat lelaki yang tidak ia kenal itu terus mencumbui dirinya bahkan mulai menarik pakaian yang ia kenakan.
“Mari kita mulai babby,” itu lelaki itu sembari mengusap lembut wajah Lyra.
...***...
Lyra mengetuk pintu rumahnya dengan keadaan yang berantakan. Waktu sekarang menunjukkan pukul tiga dini hari.
Dengan kaki telanjang, rambut berantakan, serta air mata yang terus bercucuran Lyra berjalan pulang dari rumah temannya yang mengadakan pesta.
Lima menit menunggu, pintu juga tidak terbuka membuat Lyra mengetuk lebih keras hingga terdengar sura dari dalam.
“Sabar!”
Pintu pun terbuka diikuti oleh seorang wanita setengah baya yang terlihat masih sangat mengantuk.
Lyra langsung menangis detik itu juga membuat wanita setengah baya itu tersadar sepenuhnya. Ia kemudian menatap Lyra dari ujung kaki hingga kepala.
“Astagfirullahaladzim, kamu kenapa?” ujarnya syok.
Pasalnya, tadi putrinya itu berangkat bersama dengan teman-temannya dalam keadaan baik-baik saja lantas kenapa sekarang ia pulang dalam keadaan berantakan?
“Mama,” lirih Lyra dengan air mata yang lagi-lagi membanjiri wajahnya.
Renata, Mama Lyra segera menarik putrinya untuk masuk ke dalam rumah tak lupa pula ia mengunci pintu rumahnya. Ia segera membangunkan suaminya hingga kini Lyra dan kedua orang tuanya berkumpul di ruang keluarga.
Lyra terus menangis sembari memeluk Renata sementara wanita setengah baya itu mencoba untuk tetap tenang pun dengan Affandi, Papa Lyra.
“Sayang, kamu kenapa? cerita sama mama,” ujar Renata sembari merapikan rambut putrinya.
Setelah tangisnya cukup reda, Lyra menarik tubuhnya dari sang mama, gadis itu menatap menunduk tidak berani menatap kedua orang tuanya.
“Lyra!” suara Affandi terdengar menyentak telinga Lyra.
“Lyra udah nggak suci lagi,” ujarnya lirih.
Renata dan Affandi syok mendengar pernyataan yang keluar dari mulut putrinya. Tubuh Renata membeku dengan nafas tercekat, matanya pun membola dengan sempurna.
“Lyra minta maaf, Pa, Ma,” sambung Lyra.
Affandi ingin marah mendengar perkataan putrinya barusan, namun sebisa mungkin ia menaha diri agar tidak memahami putrinya itu. Affandi menarik nafasnya dalam, ia lantas mendudukkan dirinya pada sisi putrinya, “Kamu ceritakan semuanya dari awal!” titah Affandi.
Lyra menarik nafas dalam, ia lantas mulai menceritakan serentetan kejadian yang menimpa dirinya. Renata yang mendengar cerita putrinya sudah menangis sementara Affandi semakin dibuat emosi.
“Lyra takut, Ma....” Lirih Lyra sembari menatap sang mama.
Renata kembali memeluk putrinya dengan erat. Sesungguhnya, ia marah dengan apa yang menimpa putrinya namun semuanya sudah terlanjur terjadi.
“Besok papa akan lapor polisi, kamu ikut papa untuk memberikan pernyataan!” ujar Affandi.
Mendengar itu Lyra segera melepaskan diri dari dekapan sang mama. Ia menatap sang papa sembari menggelengkan kepala.
“Jangan, Pa!” pinta Lyra.
“Ini adalah tindakan pelecehan, Lyra! Kamu berhak mendapatkan keadilan atas apa yang sudah menimpa kamu!” seru Affandi.
Lyra terus menggeleng sembari menangis.
“Lyra nggak mau, Pa!”
“Dia ngancem kamu?” tanya Affandi.
Lyra mengangguk, “Iya, kalau sampai Lyra lapor sama polisi maka dia akan menyebarkan ke seluruh sekolah kalau Lyra sudah dilecehkan sama dia,” jelas Lyra sembari mengingat ucapan lelaki itu sebelum mengakhiri permainannya.
Flashback On
“Jangan lapor polisi atau gue sebarin ke seluruh sekolah kalau lo udah nggak suci lagi, lo gadis yang sudah rusak!”
“Gue nggak main-main, gue udah nggak peduli sama nama baik gue. Karena lapor polisi sama dengan menghancurkan nama baik gue dan gue juga nggak akan segan-segan untuk menghancurkan nama baik kita bersama.”
Flashback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤᭄𒈒⃟ʟʙ⏤͟͟͞͞R
dih jahatnya udah ngambil mahkota orang dengan paksa, bukannya minta maaf malah ngancam🥴
2022-10-05
2
Ayuna
ya Ampun trus gimana kelanjutannya...
2022-10-03
1
Ningrum
semangat kak
2022-10-02
0