02. Tragedi Mengakhiri Diri

Seharian penuh, Lyra mengurung diri di dalam kamar dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir. Kejadian malam itu benar-benar membuat Lyra down.

Beberapa kali, Renata mengetuk pintu kamar Lyra namun tidak ada sahutan dari siempunya. Seperti sekarang ini, Renata kembali mengetuk kamar putrinya itu untuk mengantarkan makanan karena semenjak pagi, putrinya itu sama sekali belum keluar kamar.

“Lyra sayang, buka pintunya nak!” pinta Renata namun Lyra tidak menanggapi. Gadis itu semakin memeluk erat lututnya, meringkuk di balik selimut tebal sembari menangis.

“Sayang, kamu seharian belum makan, ayo makan dulu,” Renata dengan sabar membujuk Lyra namun sama sekali tidak ada tanggapan.

Affandi menghampiri istrinya, mengelus lembut bahu istrinya, “Masih belum mau keluar?”

Renata menganggukkan kepala.

“Ya sudah, biarkan aja dulu, Lyra butuh waktu,” ujar Affandi. Lelaki itu mengambil alih nampan berisi makanan yang dibawa Renata kemudian mengajak istrinya itu untuk turun menuju lantai satu.

Pasangan tengah baya itu kemudian mendudukkan dirinya pada meja makan dengan posisi saling berhadapan.

“Lyra punya asam lambung, Mas,” ujar Renata cemas.

Affandi mengerti perasaan khawatir istirnya namun ia sendiri juga tidak bisa memaksa putrinya. Perasaan putrinya itu pasti sangat hancur, dan putrinya butuh waktu untuk menerima semua yang sudah dialaminya.

Affandi menggenggam kedua tangan Renata yang tersimpan di atas meja, diusapnya lembut punggung tangan tersebut menggunakan telapak tangannya.

“Sekarang ini, Lyra pasti sangat terpukul, hal ini benar-benar tidak mudah untuk bisa dilewati dan diterima. Jadi, kita harus kasih Lyra waktu untuk menenangkan dirinya, ya?”

Renata tidak merespon, hatinya terus merasa resah.

“Mas, punya kunci cadangan kamar Lyra, kan?”

“Iya ada.”

Renata segera bangkit dari kursi yang ia duduki hingga membuat genggaman tangan Affandi terlepas.

“Ayo kita buka pintunya sekarang, aku benar-benar takut kalau sampai dia kenapa-kenapa.”

Affandi menghela nafas panjang, ia menatap istirnya sejenak membuat istirnya itu mendesak dengan tidak sabar. Ia pun akhirnya bangkit dari posisinya, bergegas mengambil kunci cadangan kamar Lyra lantas kembali menuju kamar putrinya itu.

Pintu akhirnya berhasil terbuka, segera Renata memasuki kamar putrinya dan betapa terkejutnya ia saat mendapati putrinya tergeletak di atas lantai dengan tangan kanan berlumuran darah.

“Lyra ya Allah!” pekik Renata sembari berlari menghampiri putrinya.

Wanita setengah baya itu langsung merobek baju yang ia kenakan kemudian ia ikatkan pada lengan Lyra untuk menghentikan pendarahan.

“Mas, ayo cepat kita bawa Lyra ke rumah sakit!” pinta Renata dengan berlinang air mata.

Affandi segera mengambil alih putrinya untuk ia gendong menuju mobil diikuti Renata. Bahkan, Renata sampai tidak sempat untuk mengganti pakaiannya. Ia sudah tidak peduli dengan penampilannya yang terpenting sekarang adalah nyawa putrinya.

“Mas ayo cepet!” pinta Renata saat mobil mulai melaju meninggalkan pekarangan rumahnya, membelah jalanan kota yang lumayan padat sore itu.

Renata terus menangis sembari mengusap lembut puncak kepala Lyra. Hatinya begitu sakit melihat putrinya yang begitu menderita.

Tiga puluh lima menit lamanya, mobil yang dikendarai Affandi akhirnya tiba di salah satu rumah sakit kota yang paling dekat dengan rumahnya. Segera Affandi mengeluarkan putrinya dan meminta bantuan suster yang memang sudah sigap menyambut kedatangan Lyra.

Lyra pun dibawa menunju ruang gawat darurat untuk segera diperiksa dan diobati lukanya sementara Renata dan Affandi menunggu di luar ruangan.

Affandi memeluk erat istirnya yang kini menangis hebat karena putrinya. Tangannya terus bergerak untuk mengusap lembut bahu sang istri yang terus bergetar.

Affandi sendiri merasa tidak tenang, hatinya diselimuti perasaan khawatir namun sebisa mungkin ia tidak sepanik istirnya. Keadaan akan sangat tidak baik-baik saja jika ia ikut menangis bersama istrinya.

Dua puluh menit kemudian, dokter akhirnya keluar. Affandi bersama Renata segera berdiri dan mendekati sang dokter untuk menanyakan keadaan putrinya.

“Maaf, sebelumnya apakah pasien mengalami kekerasan?” tanya sang dokter.

Renata mengangguk, “Iya dokter.”

“Pasien sangat sedih dan kemungkinan mengalami depresiasi. Salah satunya adalah melakukan tindakan untuk mengakhiri diri. Dan juga, asam lambung pasien naik, tampaknya pasien sudah tidak makan dalam kurun waktu yang cukup lama.”

Lyra sangat sedih mendengar penjelasan dokter.

“Apa kita boleh melihat keadaan putri saya, Dok?” tanya Affandi.

“Setelah pasien dipindahkan ke ruang inap, pasien sudah boleh untuk dijenguk.”

“Baik, terima kasih, Dok,” ujar Affandi.

Dokter yang menangani Lyra pun mengangguk kemudian kembali memasuki ruangan gawat darurat untuk menyiapkan Lyra pindah menuju ruang inap.

...***...

Malam harinya, Lyra sudah tersasar. Kini, gadis itu hanya terdiam sembari menatap kosong keluar jendela.

“Sayang, makan ya mama suapin?” ujar Renata namun Lyra membalas dengan gelengan kepala. Gadis itu sama sekali tidak mau mengeluarkan suara.

Renata menghela nafas panjang, ia kemudian meletakkan bubur yang dibawanya di atas nakas yang berada di sisi ranjang. Renata menghampiri suaminya yang tampak sibuk dengan ponselnya di atas sofa.

“Mas,” panggil Renata sembari menyandarkan kepalanya pada pundak sang suami.

“Kenapa sayang?”

“Nanti kamu minta sama dokter Davin buat carikan psikiater untuk Lyra, ya?” pinta Renata.

“Iya, aku udah bilang sama dokter Davin, katanya malam ini psikiaternya bakal datang.”

Renata mengangguk mendengar penjelasan sang suami. Ia lantas menarik kepalanya dari bahu sang suami. Ditatapnya Lyra dengan tatapan penuh kesedihan namun tersirat rasa syukur di hati Renata karena putri semata wayangnya itu masih bisa diselamatkan nyawannya.

Suara ketukan pintu terdengar membuat Affandi mempersilahkan tamu untuk masuk. Ternyata itu adalah dokter Davin bersama dengan seorang perempuan cantik yang tampak masih muda.

“Permisi, Tuan dan Nyonya Nalendra,” ujar Dokter Davin sopan.

“Dokter Davin,” ujar Affandi sopan.

“Tuan, Nyonya, ini Nona Clara, dia psikiater yang akan membantu Nona Lyra untuk memulihkan kondisi mentalnya,” terang Dokter Davin.

“Clara,” ujar Clara sopan sembari mengulurkan tangan yang langsung disambut hangat oleh Renata dan Affandi secara bergantian.

“Dokter Clara, saya minta tolong bantuin putri saya, ya, Dok,” ujar Renata.

“Saya pasti akan berusaha yang terbaik untuk pasien, Ibu,” jelas Clara.

“Tapi sebelum saya berbicara dengan Nona Lyra, bisakah saya berbicara dengan bapak dan Ibu?” sambung Clara sembari menatap bergantian pada Affandi dan Renata.

“Tentu saja,” balas Renata.

“Lebih baik kita mengobrol di ruangan saya, Pak, Buk,” ujar Clara.

“Tapi, Lyra?”

“Saya akan membantu Tuan dan Nyonya Nalendra untuk menjaga Nona Lyra,” kata Dokter Davin.

“Aku tidak mau!” seru Lyra tiba-tiba bersuara membuat Renata segera menghampiri putrinya itu.

“Sayang, akhirnya kamu mau buka suara,” ujar Renata senang.

Lyra menatap takut pada dokter Davin yang langsung terbaca oleh Dokter Clara.

“Hmm, sepertinya setelah ini Dokter Davin tidak bisa lagi menjadi dokternya Nona Lyra,” ujarnya.

“Tidak apa-apa, nanti biar saya minta perawatan untuk menjaga Nona Lyra,” kata Dokter Davin.

“Baiklah, terima kasih, Dokter Davin,” kata Affandi yang langsung dijawab anggukan oleh dokter Davin.

“Kalau begitu saya permisi,” pamit Dokter Davin kemudian berlalu pergi meninggalkan Lyra bersama kedua orang tuanya dan Dokter Clara.

***

Gess aku lagi sedih, hibur aku dengan vote komen kalian dongg :)

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤​᭄𒈒⃟ʟʙ⏤͟͟͞͞R

☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤​᭄𒈒⃟ʟʙ⏤͟͟͞͞R

kesian lyra sampai trauma

2022-10-05

1

Ayuna

Ayuna

yg melecehkan Lyra itu teman wanita yg ulang tahun itu kan atau orang itu seorang guru?

2022-10-03

0

Ayuna

Ayuna

semangat Kak

2022-10-03

0

lihat semua
Episodes
1 00. PROLOG
2 01. Accident
3 02. Tragedi Mengakhiri Diri
4 03. Mimpi Buruk
5 04. Hamil?
6 05. Keputusan
7 06. Memilih Mempertahankan
8 07. Sebuah Kesepakatan
9 08. Baju Pengantin
10 09. Wedding Day
11 10. Kamar Baru
12 11. First Night
13 12. Kembali Ke Sekolah
14 13. Pingsan
15 14. Merasa Sedih
16 15. Kebucinan Rangga
17 16. Makan Malam
18 17. Dia Pelakunya
19 18. Pertengkaran
20 19. Perjanjian Pernikahan
21 20. Putus
22 21. Kesal
23 22. Kesakitan
24 23. Ngidam
25 24. Pesan Anonymous
26 25. Uang Saku
27 26. Keinginan Untuk Bertanggung Jawab
28 27. Kecewa
29 28. Bazar Jajan
30 29. Tergoda
31 30. Hadiah
32 31. Menemui Divya
33 32. Randika
34 33. Memberikan Pelajaran Kepada Devin
35 34. Me Time
36 35. Me Time 2
37 36. Memasak Makan Malam
38 37. Menguji Lyra
39 38. Keributan
40 39. Ingin Melindungi Lyra
41 40. Ancaman
42 41. Menyesal
43 42. Mengugurkan?
44 43. Pilihan Yang Sulit
45 44. Keputusan
46 45. Video
47 46. Aksi Bully
48 47. Breaking News
49 48. Genting
50 49. Genting 2
51 50. Musibah
52 51. Puncak Komedi Kehidupan
53 52. Lingga's Problem
54 53. Perputaran Roda Kehidupan
55 54. Penawaran
56 55. Belati Tak Kasap Mata
57 56. Mabuk
58 57. Mabuk 2
59 58. Bukti
60 59. Klarifikasi?
61 60. Konferensi Pers
62 61. Muak
63 62. About Lingga Family
64 63. Bertemu Naira
65 65. Di DO
66 66. Persiapan Misi Besar
Episodes

Updated 66 Episodes

1
00. PROLOG
2
01. Accident
3
02. Tragedi Mengakhiri Diri
4
03. Mimpi Buruk
5
04. Hamil?
6
05. Keputusan
7
06. Memilih Mempertahankan
8
07. Sebuah Kesepakatan
9
08. Baju Pengantin
10
09. Wedding Day
11
10. Kamar Baru
12
11. First Night
13
12. Kembali Ke Sekolah
14
13. Pingsan
15
14. Merasa Sedih
16
15. Kebucinan Rangga
17
16. Makan Malam
18
17. Dia Pelakunya
19
18. Pertengkaran
20
19. Perjanjian Pernikahan
21
20. Putus
22
21. Kesal
23
22. Kesakitan
24
23. Ngidam
25
24. Pesan Anonymous
26
25. Uang Saku
27
26. Keinginan Untuk Bertanggung Jawab
28
27. Kecewa
29
28. Bazar Jajan
30
29. Tergoda
31
30. Hadiah
32
31. Menemui Divya
33
32. Randika
34
33. Memberikan Pelajaran Kepada Devin
35
34. Me Time
36
35. Me Time 2
37
36. Memasak Makan Malam
38
37. Menguji Lyra
39
38. Keributan
40
39. Ingin Melindungi Lyra
41
40. Ancaman
42
41. Menyesal
43
42. Mengugurkan?
44
43. Pilihan Yang Sulit
45
44. Keputusan
46
45. Video
47
46. Aksi Bully
48
47. Breaking News
49
48. Genting
50
49. Genting 2
51
50. Musibah
52
51. Puncak Komedi Kehidupan
53
52. Lingga's Problem
54
53. Perputaran Roda Kehidupan
55
54. Penawaran
56
55. Belati Tak Kasap Mata
57
56. Mabuk
58
57. Mabuk 2
59
58. Bukti
60
59. Klarifikasi?
61
60. Konferensi Pers
62
61. Muak
63
62. About Lingga Family
64
63. Bertemu Naira
65
65. Di DO
66
66. Persiapan Misi Besar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!