Part 3

Setelah pertengkaran Cempaka dan Naskala membuat Cempaka benar-benar bersikap dingin kepada Naskala. Wanita itu sama sekali tak menegur Naskala di meja makan.

Bahkan Naskala juga mengabaikan Cempaka. Hal itu lantas saja menjadi perhatian Adhila dan juga Toha. Pasangan suami istri itu saling pandang dan tersenyum samar seolah tengah bertanya kepada pasangannya.

"Kalian ada apa?" tanya Adhila yang pada akhirnya menuangkan keberanian untuk bertanya kepada mereka berdua.

Cempaka hanya menatap sekilas Adhila dan membalas senyum Adhila. Anak itu menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Adhila.

"Tidak ada apa-apa Tante. Cempaka dan Om baik-baik saja. Tanyakan kepada Om kenapa dia yang bersikap dingin dan gak mau ngomong sama Cempaka."

Adhila melirik anaknya tersebut dan menyipitkan matanya. Ia pun menghela napas panjang karena memang semakin dewasa semakin pula tampak anaknya itu sangat dingin dan seperti kulkas yang berjalan.

"Naskala! Kamu kenapa seperti itu kepada Cempaka? Dia itu adalah adik kamu dan kamu juga sudah berjanji untuk menjadi ajudan untuk dia."

Naskala pun berhenti makan dan melirik Cempaka yang tetap tidak mengenakan hijab padahal sudah ditegur oleh Naskala.

"Cempaka! Tadi saya sudah menegur kamu supaya mengenakan hijab mu. Saya ini adalah pria dan bukan mahram kamu. Kamu sudah baligh dan kamu harus menutup aurat mu."

Adhila terkejut dengan pernyataan sang anak. Ia menatap Cempaka dan membenarkan ucapan sang anak.

"Cempaka apa yang dikatakan Naskala ada benarnya."

"Hm," ucap Cempaka dingin dan terus menyuapkan makanannya dengan wajah tak senang.

Naskala pun berhenti makan dan segera meninggalkan ruang makan.

"Sudahlah Cempaka. Mungkin ada sesuatu dengan Kaka mu."

"Iya Tante."

Tak lama Cempaka pun berhenti makan. Ia berjalan ke luar ruang tamu dan melihat jika Naskala sedang membaca buku ditemani oleh segelas teh.

Ia sebenarnya ingin menyapa tapi dia mengingat bahwa dirinya masih dalam mode ngambek dan tak ingin berbicara dengan pria itu agar Naksala tahu apa kesalahannya pada Cempaka.

Cempaka melewati begitu saja Naskala dan menuju ke kamarnya. Kemudian ia pun langsung duduk di meja belajarnya untuk menyelesaikan tugas matematika yang diberikan oleh sang guru. Cempaka menatap sedih soal itu. Dahulu Naskala yang selalu mengajarinya namun sekarang Cempaka harus belajar sendiri dengan otak kecilnya yang tak mampu menampung besarnya pelajaran.

Cempaka ingin menangis sejadi-jadinya melihat soal tersebut.

"Hiks, ini gimana. Cempaka kenapa kamu bodoh sih." Cempaka merutuki kebodohannya dan kemudian menatap prihatin soal-soal itu.

Cempaka dengan gengsi yang sangat tinggi terpaksa untuk meminta Naskala mengajarkannya. Padahal Cempaka baru saja berjanji kepada dirinya untuk tak berbicara kepada Naskala.

Kali ini ia harus berlapang dada dan menyingkirkan egonya yang sangat tinggi.

"Gak papa lah, sekali-kali ngingkarin janji sendiri."

Cempaka mengambil hijab pasmina dan melilitkan ke kepalanya dengan asal. Ia tahu jika tidak memakai hijab pasti Naskala akan mengomentarinya kali ini.

Cempaka keluar dari dalam kamar dan berjalan pelan-pelan seperti penguntit. Ia pun menarik napas panjang dan hampir ragu-ragu memanggil Naskala meminta pria itu mengajarinya.

"Kak Naskala!"

Naskala menutup buku yang tengah dibacanya. Ia menoleh ke belakang dan menatap Cempaka yang berjalan ke arahnya sambil membawa buku pelajaran.

"Ada apa?"

"Om, eh salah Kak Naskala ajarin Cempaka matematika."

Naskala menghela napas panjang dan mengangguk.

Wajah Cempaka langsung berubah senang. Wanita itu langsung duduk di samping Cempaka. Namun ia terkejut saat Naskala menggeser tempat duduknya seolah tengah menjauhi Cempaka.

"Om?"

"Jadi belajarnya?"

Cempaka menganggukkan kepala pelan. Tampak wajahnya sangat kecewa melihat bagaimana Naskala menjauhinya.

Naskala pun mengajarkan Cempaka dengan sangat serius. Sementara wanita itu malah memperhatikan Naskala yang mengajarinya.

Binar kesedihan begitu melekat di wajah Cempaka. Ia berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Cempaka!"

Cempaka yang terkejut lantas mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Hah iya kenapa Om?"

Terdengar helaan napas panjang dari Naskala. Laki-laki itu meletakkan pena ke atas buku dengan cukup keras. Ia memperhatikan Cempaka dengan seksama.

"Kamu mendengarkan saya?"

"Denger kok," ucap Cempaka berusaha tenang agar aksinya memperhatikan Naskala tidak kepergok.

"Kamu yah, dibilangin ngeyel. Kamu niat belajar tidak Cempaka? Saya ajarin kamu dari tadi malah yang diperhatikan saya bukan pelajarannya."

Cempaka yang mendengar omelan dari Naskala lalu langsung membuang muka. Air matanya hendak tumpah. Seperti itulah sikap Cempaka.

Naskala yang tahu jika Cempaka hendak menangis lantas beristighfar beberapa kali.

"Cempaka!"

"Ada apa sih Om? Semenjak Om pulang dari tugas di Papua Om sering kali marah sama Cempaka dan selalu diamin Cempaka. Dari dulu Cempaka nannya salah Cempaka apa."

Naskala tak mungkin mengungkapkan hal yang sebenarnya. Ia hanya bisa menasehati Cempaka melalui beberapa isyarat.

"Cempaka kamu itu sudah besar harunya kamu mengerti. Saya juga tidak mungkin berada di samping kamu dan bermanja dengan kamu. Suasananya sudah beda."

"Sama aja," ucap Cempaka tak mau kalah.

"Cempaka!"

"Apaan sih Cempaka itu tahu, dan Cempaka merasa sikap Cempaka tidak salah. Bukannya Om sendiri yang janji sama Cempaka buat ada di samping Cempaka selamnya dan menjadi ajudan Cempaka."

Naskala juga masih mengingat kata-kata itu. Ia tertawa hambar dan menundukkan kepala.

"Maafkan saya. Dulu saya juga masih labil. Kamu masih mau lanjut belajar? Jika kamu gak mau belajar lagi saya sudah tuliskan jawaban yang benar dan kamu jangan lupa sholat."

"Hm."

Naskala tersenyum tipis dan mengamati Cempaka dengan lamat-lamat. Ia kemudian pergi dari ruang tamu meninggalkan Cempaka yang menangis sesugukan.

Naskala yang sakit mendengar isakkan itu lantas berhenti dan menatap Cempaka cukup lama.

"Maafkan saya Cempaka. Saya sudah dewasa dan kamu juga. Kita bukanlah Marham, sudah sepatutnya seorang yang bukan mahram tidak boleh bersentuhan agar tidak terjadi fitnah dan perzinahan. Apalagi saya seorang pria normal."

___________

Tbc

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA

Terpopuler

Comments

mommy neng

mommy neng

nyimpen rasa buat cempaka ya

2022-11-08

3

Yunisa

Yunisa

Hmm, bisa jadi kalau diam2 Naskala emang menaruh hati pada Cempaka

2022-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!