...2007...
Suasana kota yang sangat indah membuat anak bernama Cempaka sangat bersemangat berlari dan menyusuri keindahan kota. Baru kali ini ia dibawa oleh orangnya ke kota.
Cempaka kecil berlari-lari dan dikejar oleh sang ayah.
"Papa! Kejal Peka!!" teriaknya dengan basa cadelnya. Sang ayah yang berseragam tentara itu lantas mengejar sang anak menuruti perintah sang anak.
Ibunya hanya tertawa kecil melihat keharmonisan antara ayah dan anaknya. Kondisinya tampak tidak sedang baik-baik saja. Wajahnya sedikit lesu namun saat melihat tawa Cempaka membuat senyuman di wajahnya yang sangat cantik.
"Mama!!" teriak Cempaka yang hendak menangis karena sang ayah berhasil menangkap dirinya.
Cempaka merasa tidak terima dan berteriak ke arah sang ibu untuk meminta pertolongan ibunya. Ibunya pun meminta agar suaminya menurunkan Cempaka.
"Papa turunkan saja Cempaka! Kasihan dia matanya udah merah."
Malik pun menatap mata sang anak yang berkaca-kaca. Bukannya merasa simpati ia malah merasa sangat bahagia melihat sang anak yang ingin menangis.
"Ish cengeng anak Papa."
"Hua!!" tangis Cempaka pun akhirnya pecah sehingga membuat panik kedua orangtuanya terutama sang 8bu yang langsung memarahi suaminya.
"Papa! Tuhkan nangis Cempaka! Kamu sih," ucap Indah dan mengambil alih sang anak dari suaminya.
Cempaka perlahan mulai meredakan tangisnya. Ia mengusap matanya dengan tangan kecilnya.
"Mama kita akan ke mana?" tanya Cempaka menatap sekitar yang sangat indah dan ada satu bangunan megah yang menarik perhatiannya. "Mama! Cempa mau ke sana!!"
Indah menatap ke arah rumah besar di depannya. Ia tersenyum ke arah sang suami yang sudah berjalan lebih dulu ke rumah tersebut. Rumah itu adalah rumah atasan suaminya. Ia baru saja dipindah tugaskan ke Bandung dam menjadi salah satu ajudan Jenderal Muhammad Toha Barawijaya. Salah satu jendral yang terkenal di Bandung.
Suaminya masuk ke dalam rumah setelah memberi hormat kepada para ajudan yang bekerja di tempat itu.
Cempaka merasa sangat senang melihat rumah itu. Ia langsung meminta diturunkan dari gendongan Indah. Indah tentunya tak membiarkan anak itu begitu saja, hingga Cempaka mengeluarkan jurus andalannya yaitu menangis keras.
"MAMA!!" Indah menatap sang suami dengan pandangan tak enak. Apalagi di depannya adalah salah satu jendral tinggi bersama istrinya.
"Sudahlah tidak apa. Biarkan saja dia bermain di sini. Nanti saya suruh bi Siti buat jagain."
"Apa tidak apa-apa Buk? Takutnya merepotkan," ucap Indah dengan nada yang tak enak.
"Kenapa tidak boleh. Saya senang dengan anak-anak. Tidak masalah. Biarkan saja dia bermain." Adhila istri dari Toha pun memanggil sang pembantu untuk mengurus Cempaka. "Bik Siti!! Jagain Cempaka yah."
Cempaka yang sedikit paham pun seketika matanya berbinar bahagia. Tanpa menunggu Siti lagi ia langsung berlari ke sana kemari seolah sedang mengsurvey rumah dari keluarga Barawijaya.
Saat tiba di suatu ruangan ia merasa heran dengan seorang anak laki-laki yang tengah bermain game dan tampak sangat serius. Awalnya Cempaka takut untuk menghampirinya, namun melihat apa yang tengah dimainkan anak laki-laki itu membuatnya tanpa berpikir panjang lagi langsung menghampiri anak laki-laki tersebut dan merebut stick vs milik anak itu.
"Pinjam," enteng Cempaka membuat anak laki-laki itu kesal dan menatap Cempaka dengan serius.
"Kamu siapa?"
"Kata mama nama aku Cempaka."
"Kembalikan stick Vs ku." Anak laki-laki itu berusaha merebut stick vs itu dari Cempaka namun Cempaka lebih lihai hingga membuat anak laki-laki tersebut kewalahan dan tidak bisa merebutnya.
"Tidak mau! Tadi om udah main puas sekarang Cempaka yang main." Padahal umur Naskala pada saat itu hanyalah 11 tahun tapi sudah dipanggil om oleh Cempaka.
Tentunya hal itu membuat geram Naskala. Ia tak terima dipanggil om oleh Cempaka.
"Enak saja kamu! Aku masih 11 tahun dan belum om-om!"
Cempaka menatap orang di depannya itu. Cempaka tak mengerti umur 11 tahun itu berapa dan sebesar apa. Yang ia tahu orang di depannya ini sangat tampan, tinggi, tampak seperti pria yang sudah dewasa, dan pembawaannya juga tegas.
"11 tahun itu sudah om-om." Naskala menghela napas pelan dan mengaku kalah.
"Kenapa kamu bisa ada di sini?"
"Karena Mama dan Papa akan tinggal di sini?"
"Hah?" kaget Naskala. "Nama kamu Cempaka, kan?"
Cempaka mengangguk sembari menampakkan deretan giginya yang berseri. "Iya nama ku Cempaka. Nama om siapa?"
"Naskala!"
"Nama Om aneh," ucap Cempaka tanpa memikirkan ucapannya sendiri.
"Cempaka, kaya nama bunga, orang tua kamu sebangsa bunga yah?" tanya Naskala sambil mengejek Cempaka yang sedang menunjukkan wajah cemberut.
"Om Kala jahat! Aku bilang Papa! Hiks, papa dan mama aku manusia. Cempaka benci Om Kala!" Padahal baru saja Naskala membalasnya sedikit dan Cempaka sudah menangis keras hingga membuat orangtua mereka datang.
"Naskala! Kamu apakan Cempaka?"
Naskala menatap Cempaka yang menangis tersedu-sedu.
"Naskala tidak melakukan apapun."
"Bohong! Dia ngatain mama dan papa cempaka bangsa bunga!"
Indah dan suami terkejut. Ia menggendong Cempaka sambil menatap Adhila.
"Ibu maafkan anak saya."
"Tidak apa-apa. Mungkin anak-anak makanya masih sensitif dan belum mengerti." Adhila menatap anaknya yang tengah menundukkan kepala. "Naskala lain kali kamu jangan berbicara sembarangan dengan orang."
Naskala menarik napas panjang dan menganggukkan kepalanya lemah. Diam-diam pria itu melirik Cempaka dengan wajah kesal.
"Iya Bunda!"
__________
...2012...
Setelah sekian lama tinggal di kota sebagai seorang ajudan namun tiba-tiba terjadi penyerangan di Papua oleh sekelompok saparatis di mana saat itu Malik sedang bertugas mengawal Toha saat datang berkunjung ke Papua.
Namun naas demi melindungi sang jendral, Malik harus merelakan nyawanya. Cempaka yang mendapat kabar duka itu terus menangis pasalnya ia tak lagi memiliki siapa-siapa di dunia. Bahkan ibunya telah meninggal 1 tahun yang lalu.
Saat ayahnya bertugas ia dititipkan pada tetangga. Namun tidak mungkin setelah sepeninggalan Malik Cempaka terus dititipkan kepada tetangganya.
Cempaka yang baru kelas 5 SD itu lantas dijemput oleh Toha ke rumahnya. Ia sangat merasa bersalah dan juga berhutang nyawa kepada ayahnya Cempaka.
Akhir-akhir ini Cempaka enggan untuk membuka mulut. Anak itu lebih banyak diam dan mengurung kamar di rumah Toha.
Toha dan Adhila sudah berulang kali membujuk Cempaka agar keluar dan makan namun anak itu sama sekali tidak ingin keluar.
"Aduh Yah, bagaimana ini. Cempaka dari tadi tidak mau keluar."
Toha menarik napas panjang dan mencoba untuk mengetuk pintu lagi.
"Cempaka! Nak! Keluar dulu, kita makan. Makanannya makanan kesukaan Cempaka lho!"
Tetap tak ada sahutan dan Toha sudah pasrah sebab sudah satu jam lamanya mereka membujuk Cempaka. Cempaka masih kecil tapi ia mengerti kemana ayah dan ibunya. Belum sembuh luka ditinggal sang ibu kini tercipta lagi luka baru.
Naskala yang pada saat itu baru saja pulang dari bertugas di kantor melihat sang ayah dan ibu tengah berdiri di depan pintu kamar lantas menghampirinya.
"Assalamualaikum Bunda! Ayah!" Naskala memberikan salam dan mengecup kedua pipi ibundanya.
Ia mengerutkan kening menatap ke arah pintu kamar. Ia belum mengetahui jika Cempaka akan tinggal di rumah mereka.
"Ini Kak, ayahnya Cempaka kan meninggal saat bertugas. Jadi kami berencana mengadopsi Cempaka dan menjaga dia hingga besar. Cempaka sedang sedih dan tidak mau keluar dari kamar dari tadi," ucap Adhila menjelaskan kepada anak tunggal satu-satunya yang baru saja pulang dari sekolah akademi kemeliteran. Ia ingin menjadi seorang tentara mengikuti jejak sang ayah.
"Cempaka?" Naskala merasa tidak asing dengan nama tersebut. Ia tampak mengingat di mana dia pernah mendengar nama itu.
"Kamu lupa Kak? Cempaka anak ajudannya Om Malik. Yang kemarin juga pernah datang ke sini."
"Itu lho Kak yang kemarin berebut stick vs sama kamu Kak."
Naskala pun ingat dengan anak yang menyebalkan yang suka memanggilnya dengan sebutan Om.
"Oh Cempaka yang menyebalkan itu?"
"Eh gak boleh gitu Kak. Kakak mau pulang-pulang ngatain anak orang kaya gitu, bentar lagi dia bakal jadi adik kamu."
Naskala menghela napas panjang dan mengetuk pintu kamar Cempaka. Ia sudah lama tak melihat anak itu lagi. Apakah masih menyebalkan seperti dulu?
"Cempaka! Keluar!"
Tidak ada sahutan lagi hingga membuat Adhila dan Toha pasrah dan kemudian berjalan meninggalkan kamar Cempaka.
"Cempaka! Mau main game sama Kak Naskala?!!"
Juga tidak ada respon. Naskala yang tidak terlalu peduli pun meninggalkan kamar Cempaka hingga tak lama terdengar bunyi pintu dibuka.
Ceklek
"Mau!" Naskala dan juga orangtunya berhenti berjalan dan menoleh ke arah Cempaka.
Tampak mata Cempaka sembab dan air mata memenuhi wajahnya. Naskala terdiam ternyata Cempaka tidak berbeda sama sekali. Masih kecil dan juga tentunya sangat imut.
Entah kenapa ada niat jahil yang melintas di benak Naskala. Anak perempuan ini tak bisa menjadi adiknya karena Naskala tidak akan pernah menganggap. Lagipula ia juga tahu jika Cempaka tidak mudah menerima keluarga baru.
"Cempaka! Kenapa nangis?" tanya Naskala baik-baik padahal di dalam jiwanya melihat Cempaka ada niat buruk yang terlintas. Pasalnya bagi Naskala Cempaka terlalu menggemaskan.
"Hiks, Cempaka sedih. Sekarang Cempaka gak punya siapa-siapa lagi." Naskala menghela napas dan mengusap air mata Cempaka.
"Cempaka jangan sedih yah, sekarang ada Kak Naskala yang bakal jadi ajudan Cempaka."
Adhila dan Toha saling pandang. Ia tak mengerti kenapa Naskala berkata seperti itu.
"Naskala?"
"Bunda! Ayah! Biarkan Cempaka Naskala yang menjaganya. Naskala bakal menjadi ajudan untuk Cempaka seperti Om Malik yang menjadi ajudan Papa."
Cempaka menatap berbinar Naskala.
"Beneran Om?" Cempaka masih saja sama suka memanggilnya dengan embel-embel Om. Padahal dia tidak setua itu untuk dipanggil Om-om.
"Kamu masih saja sama suka memanggil saya seperti itu."
"Mulai sekarang kamu panggil Tante Mama dan Om Toha Papa. Kalau kakak Naskala panggilnya Kaka jangan Om."
"Gak mau! Maunya panggil Om!"
Adhila dan Toha tertawa pelan melihat bahwa kesalnya Naskala saat dipanggil seperti itu oleh anak kecil.
___________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Nuranita
keren.....baca part ini rasax campur aduk....pertama bikin tertawa lau menangis kemudian tertawa lagi.....
2023-03-05
1
Yunisa
udah resikonya di panggil Cempaka Om
2022-10-23
1
Yunisa
haha, salah manggil cempaka harusnya kan 'Kak'
2022-10-23
0