Saking terkejutnya melihat seorang gadis tiba-tiba jatuh dipelukkannya, Rayvor sontak melepaskan pelukannya pada Zchaira, yang sontak membuat gadis itu terjatuh.
“Akh…”
“Hei, kenapa kau menjatuhkanku?!” Zchaira berdiri kembali dan langsung membentak pemuda itu sambil berteriak.
“Eh, maaf kukira sebelumnya kau itu adalah rakun… Aku sebenarnya takut pada hewan itu,” respon Rayvor.
“Apa kau bilang…? Berani sekali kau menyebut perempuan cantik sepertiku ini sebagai rakun.” Mendengar ucapan dari pemuda itu, Zchaira menjadi tidak senang dan kembali membentaknya.
“Maafkan aku. Aku tadi tidak sengaja menjatuhkanmu karena terkejut,” kata pemuda itu sambil membuang pandangannya pada gadis tersebut.
“Hei, apa sebenarnya kau takut pada perempuan cantik sepertiku?” Melihat pemuda itu tidak mau menatapnya, Zchaira pun sedikit menggodanya.
Zchaira kemudian menatap wajah pemuda itu, namun Rayvor sontak kembali memalingkan pandangannya. Gadis itu mencobanya berulang kali, tetapi pemuda tersebut tetap tidak mau menatap wajahnya.
Tiba-tiba Zchaira merasakan sesuatu setelah melihat dengan seksama wajah pemuda tersebut. Dia kemudian memegang kepala pemuda itu lalu menatap matanya.
Rayvor yang tersipu melihat wajah gadis cantik didepannya itu, sontak membelokkan pandangan matanya ke samping.
“Matamu mirip denganku,” kata Zchaira.
“Kau berasal dari luar kan?” Lanjutnya, bertanya.
Wajah Rayvor terlihat memerah karena dipegang oleh gadis itu. Dia kemudian melepaskan tangan gadis tersebut pada kepalanya dengan kasar.
“Memangnya kenapa jika mataku ini mirip denganmu? Ada banyak orang yang memiliki warna mata yang sama denganku di belahan dunia ini,” kata Rayvor.
“Eh… Tunggu dulu.” Setelah mengatakan hal tersebut, pemuda itu nampak mengingat sesuatu.
“Maaf nona, apakah kau bisa mengatakan siapa namamu?” Tanya Rayvor.
“Namaku…? Namaku Zchaira,” jawab gadis itu dengan sedikit kebingungan.
“Iya, maksudku nama panjangmu,” kata Rayvor.
“Nama panjangku...? Hmph... Zchairaaaaaa…” Gadis itu sontak menyebut namanya dengan gurauan kemudian tersenyum.
Mendengar gurauan yang dirasanya tidak lucu tersebut, Rayvor pun nampak geram. Pemuda itu kemudian memegang erat pundak gadis itu.
“Aku serius… Apakah kau adalah salah satu anggota clan Hairowl?” Tanya pemuda itu dengan ekspresi serius.
“Hairowl? Memang benar itu adalah nama clanku… Tapi, kami jarang memakai saat memperkenalkan diri kami,” jawab Zchaira.
“Berarti tidak salah lagi…” Mendengar jawaban dari gadis itu, Rayvor seketika langsung tersenyum.
“Kau adalah kera…” Belum sempat menyelesaikan ucapannya pemuda itu seketika mendengar suara dari seekor hewan buas.
Benar saja, seekor beruang tiba-tiba saja berpapasan dengan mereka. Saat melihat dua orang berada di depannya, hewan tersebut seketika langsung mendekat hendak menyerang gadis dan pemuda itu.
Rayvor yang kebingungan melihat beruang tersebut mendekatinya hanya bisa terngangah.
“Awas…!” Seketika Zchaira langsung memegang pemuda itu dan melompat bersamanya kesamping menghindari serangan hewan buas itu.
“Ayo lari…” Zchaira yang nampak panik seketika berdiri kembali dan langsung menarik tangan pemuda itu untuk menjauh dari beruang tersebut.
“Tenang saja, biar aku yang menanganinya.” Namun, Rayvor menolak untuk pergi dari tempat itu karena berniat untuk melawan beruang tersebut.
“Dasar bodoh… Lakukan saja semaumu.” Tidak mau membahayakan dirinya, Zchaira pun lari menjauh dari tempat itu.
“Hah… Kukira orang-orang pedalaman tidak akan takut dengan binatang buas,” kata Rayvor, melihat gadis itu pergi meninggalkan tempat tersebut.
Perhatian pemuda itu kemudian terarah pada beruang tersebut, yang kini mulai mendekat untuk menyerangnya kembali.
“Ayo kemari hewan bodoh…” Rayvor pun dengan santai menunggu beruang itu mendekatinya.
Saat hewan itu telah berada satu titik dihadapannya, dengan sigap pemuda itu melompat ke samping menghindari serangan beruang itu.
Tidak mau menyerah, hewan buas itu seketika menyerangnya kembali. Namun, Rayvor dengan sigap kembali menghindarnya.
Rayvor pun terus menghindari serangan dari beruang itu hingga membuatnya bergerak lebih jauh dari tempat awalnya berdiri.
Setelah melihat hewan buas itu nampak kelelahan mencoba untuk menyerangnya dari tadi, pemuda itu dengan cepat memunculkan sebuah lingkaran sihir tepat di depannya.
“Difesa sillabare…” Pemuda itu lalu mendorong lingkaran sihir tersebut hingga membuat beruang itu terlempar menghantamnya.
Rayvor kemudian memunculkan proyeksi energi sihirnya dan membentuknya menjadi berbentuk pedang, saat hewan tersebut kembali berdiri.
Dengan cepat Rayvor meluncur mendekati beruang itu dan langsung menebasnya, hingga terkapar tak berdaya.
“Padahal aku ingin menunjukkan kehebatanku pada perempuan itu,” ucap pemuda tersebut.
Tak berapa lama, saudara laki-laki dari Zchaira berpapasan dengannya.
“Siapa kau?” Tanya saudara laki-laki Zchaira itu.
“Hei, apa kau teman dari perempuan itu?” Tanya Rayvor menyapa saudara dari Zchaira.
Melihat Rayvor berada di depannya, tiba-tiba pemuda itu mengeluarkan proyeksi energi sihirnya dan langsung meluncurkan ke arah Rayvor.
Sadar akan bahaya, dengan refleks Rayvor melompat menghindari serangan dari pemuda itu.
Serangan tersebut seketika menciptakan sebuah ledakan hingga merobohkan pohon yang berada di dekatnya.
Pemuda itu kemudian memunculkan pedang dari energi sihirnya. Dia kemudian maju mendekati Rayvor dan langsung menganyunkan proyeksi energi tersebut.
“Hei, tunggu dulu… Ada apa ini?” Rayvor sontak menghindari seluruh ayunan serangan dari pemuda itu.
**
Di saat yang bersamaan, Zchaira kembali ke tempat tersebut. Dia sontak melihat saudaranya tersebut sedang menyerang pemuda yang ditemuinya barusan.
“Kakak…! Jangan lakukan itu,” teriak gadis itu, mencoba menghentikan saudaranya tersebut.
**
Rayvor yang menghindari serangan dari pemuda itu, seketika kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.
Kesempatan tersebut sontak dimanfaatkan oleh pemuda tersebut dengan langsung menganyunkan pedang proyeksi sihirnya saat Rayvor tengah lengah.
“Megathirio, hentikan…!” Teriak Zchaira.
Mendengar teriakan dari saudaranya, pemuda bernama Megathirio itu sontak mengurungkan niatnya untuk menyerang Rayvor.
“Zchaira…? Aku mencarimu sedari tadi,” ucapnya.
“Kakak, walaupun aku belum mengetahui niat pemuda itu, tapi jangan lakukan tindakan yang gegabah seperti tadi,” kata Zchaira sambil mendekat dan membantu Rayvor berdiri.
“Dan kau… Aku belum mengetahui kenapa kau berada di tempat ini?” Tanya Zchaira pada pemuda bernama Rayvor itu.
“Sebelumnya, perkenalkan namaku adalah Rayvor Silkbar. Aku kemari bersama dengan rombongan dari kota Workyen… Ngomong-ngomong rombonganku itu mendirikan perkemahan di pinggiran sungai dekat perbatasan negeri seberang,” jawab pemuda itu.
*
“Silkbar…?” Gumam saudara Zchaira, setelah mendengar nama clan dari pemuda itu.
**
“Aku berhasil masuk ke dalam wilayah ini karena berusaha keras sejak semalam. Aku ingin mengikuti ayahku ke wilayah ini. Kurasa dia pergi ke tempat kalian,” lanjut Rayvor, menceritakan mengapa dirinya berada di tempat tersebut.
“Begitu yah…” Zchaira pun nampak menganggukkan kepalanya, mengerti dengan penjelasan pemuda itu.
“Kalau begitu, biar kuantar kau ke desaku… Mungkin saja ayahmu itu berada disana sekarang, lagipula pemukiman dekat hutan ini hanyalah desa kami,” kata Zchaira.
“Apa…? Kau mau membawa orang ini ke desa kita?” Mendengar perkataan dari adiknya tersebut, pemuda bernama Megathirio itu nampak tidak menyetujuinya.
“Kakak, dia itu mau menemui ayahnya saja… Benarkan?”
“Iya…” Rayvor pun menganggukkan kepalanya.
“Ayo ikuti aku sekarang.” Zchaira kemudian berjalan lebih dulu dari dua pemuda itu.
**
Saat dalam perjalanan terlihat Megathirio menghampiri Rayvor. Ekspresi dari pemuda itu nampak tidak senang setelah adiknya itu setuju untuk mengantarkan pemuda bernama Rayvor itu ke desa mereka.
“Hei, untuk apa clan Silkbar berada di tempat ini,” kata Megathirio dengan berbisik.
“Kau mengetahui clan kami?” Rayvor pun tampak terkejut mendengar pemuda itu mengetahui tentang clannya.
“Heh… Kau pikir aku ini sepolos adikku itu? Aku bahkan tahu bahwa ibuku itu memiliki hubungan dengan clan kalian,” kata Megathirio.
“Apa kau kemari untuk menceritakannya pada adikku? Awas saja jika kau menceritakan hal itu pada adikku.”
*
“Apa mungkin mereka adalah anak-anak dari paman Hefaistos?” Gumam Rayvor dalam hati, menduga sesuatu dari dua saudara itu.
**
“Tidak kakak, aku hanya mau mencari ayahku saja. Aku bahkan tidak mengerti dengan yang kau bahas itu,” kata Rayvor, beralasan sambil tersenyum.
“Kakak, apa kau mengancamnya?” Tanya Zchaira, mendengar mereka berbicara, namun tidak mengetahui apa yang dibahas oleh kedua pemuda itu.
“Eh, tidak, bukan apa-apa,” jawab Megathirio.
***
Di desa, Lucierence duduk dengan perasaan khawatir karena tidak kunjung menemukan anaknya setelah mencari semalaman penuh.
“Haah… Dasar anak itu, membuatku khawatir saja,” gumam pria itu.
Tak berapa lama, Artemis bersama dengan tetua desa datang menghampiri pria yang mengkhawatirkan anaknya itu.
“Lucierence, jangan khawatir anakmu itu pasti akan segera ditemukan,” kata Artemis.
“Iya tuan, aku sudah mengatakan kepada para warga yang sering ke hutan, jika mereka melihat seorang pemuda di dalam hutan, maka mereka harus mengantarkannya ke desa ini,” sambung tetua desa.
“Tuan, terima kasih atas bantuan anda,” ucap Lucierence.
“Tidak masalah,” balas tetua desa.
Beberapa saat kemudian, Rayvor, Zchaira bersama dengan Megathirio akhirnya sampai ke desa.
“Ayah… Ternyata benar kau berada disini.” Melihat ayahnya, Rayvor seketika memanggil pria itu dan menghampirinya.
“Hei anak nakal, beraninya kau membuatku khawatir sejak semalaman. Sudah kubilang untuk tetap bersama dengan para rombongan. Tapi, kau dengan nekatnya masuk ke dalam hutan. Bagaimana jika kau bertemu dengan hewan buas?” Melihat Rayvor tiba-tiba datang ke desa itu, Lucierence sontak membentak anaknya tersebut karena tidak mematuhi perintahnya.
“Hei ayah, tenang… Aku hanya penasaran saja tentang wilayah pedalaman ini. Jadi, aku berniat mengikutimu,” ucap pemuda itu.
“Dasar kau, membuatku geram saja.” Lucierence pun nampak kesal setelah mendengar ucapan dari pemuda itu.
“Lucierence hentikan…” Sontak Artemis langsung menahannya agar tidak melakukan sesuatu yang buruk pada pemuda itu nantinya.
Kekesalan Lucierence pada anaknya itu sontak redah saat mendengar perkataan dari Artemis.
“Megathirio… Zchaira… Kalian bertemu dengan pemuda ini dimana?” Tanya Artemis pada anak-anaknya.
“Tentu saja kami bertemu dengannya di dalam hutan ibu,” jawab Megathirio.
“Ibu, kau tahu, Megathirio tadi sebenarnya menyerang…” Belum sempat mengatakan sesuatu pada ibunya, seketika menutup mulut adiknya itu.
“Apa yang kau maksud dengan menyerang?” Tanya Artemis, kebingungan.
“Maksud Zchaira, sebelumnya kami berpapasan dengan seekor beruang. Jadi, aku langsung menyerang hewan itu.” Megathirio membuat sebuah alasan agar diperyacai oleh ibunya.
“Benarkan kawan?” Dia kemudian bertanya kepada Rayvor untuk memperjelas alasannya tersebut.
“Iya kakak, benar,” jawab Rayvor, walaupun sedikit ragu.
“Untung saja kalian baik-baik saja,” kata Artemis.
*
“Hmph… Apa mungkin wanita ini adalah bibi Artemis?” Gumam Rayvor dalam hati, memperhatikan wanita yang berada di hadapannya itu.
**
“Maaf sebelumnya, apakah anda nyonya Artemis?” Tanya Rayvor.
“Iya...” jawab wanita itu.
“Ternyata benar… Perkenalkan aku adalah Rayvor Silkbar, putra sulung dari Lucierence dan Flophia. Aku masih bisa mengenali anda sejak terakhir kali. Aku tidak menyangka bisa para saudaraku disini,” kata Rayvor sambil menatap Zchaira dan Megathirio.
Mendengar hal tersebut, Artemis, Lucierence, tetua desa bahkan Megathirio sontak terkejut.
*
“Dasar bodoh… Sudah kubilang untuk jangan mengatakan hal itu,” gumam Megathirio dalam hati.
**
“Para saudara…? Apa maksudmu?” Tanya Zchaira tidak mengerti dengan ucapan dari Rayvor barusan.
“Eh… Zchaira begini, tamu kita yang datang ini sebenarnya informan dari luar. Mereka datang kemari untuk memberitahukan bahwa wilayah luar akan segera melakukan penyerangan mereka kembali. Kami menganggap mereka saudara karena berada di pihak kita,” kata Artemis, beralasan agar dipercayai oleh putrinya tersebut.
Zchaira nampak percaya walaupun masih bingung dan curiga dengan penjelasan yang ibunya buat itu.
Begitu juga dengan Rayvor yang tampak bingung dengan penjelasan tersebut, nampak tetap diam setelah menatap ayahnya yang kode padanya untuk tetap diam.
Di saat yang bersamaan, beberapa warga sampai ke desa itu dengan tergesa-gesa, layaknya sedang dikejar oleh seekor hewan buas.
“Ada apa?” Tanya tetua desa, melihat mereka datang dengan tergesa-gesa.
“Tuan Timonar, para clan Bridgehunts berhasil melewati penghalang dan masuk ke wilayah kita. Saat ini mereka menyerang desa Dismonees,” ucap salah satu warga.
“Apa…? Ini tidak bisa dibiarkan.”
“Ayo ikut aku sekarang… Kita kumpulkan para pasukan untuk mempertahankan desa kita.”
Tetua desa bersama para warga yang baru saja datang tersebut kemudian meninggalkan mereka untuk mengumpulkan para pasukan. Artemis yang ingin mengikuti para warga sontak ditahan oleh Lucierence.
“Kakak, lebih baik kita menghindar sekarang,” kata Lucierence dengan berbisik.
“Kurasa ini bukan saatnya. Lagipula yang menyerang wilayah ini bukanlah Machora Tira.” Namun, Artemis sontak menolak Lucierence karena beranggapan bahwa pasukan yang menyerang daerah tersebut hanyalah para clan Lightio yang lain.
***
Di desa Dismonees, yang disebutkan oleh para warga sebelumnya, terlihat para pasukan dari clan Bridgehunts serta para Vampireman berhasil mengalahkan warga desa tersebut.
Para Vampireman nampak melumpuhkan para warga dengan mehisap darah mereka sampai tak berdaya.
Ketua clan dari Bridgehunts yang melihat hal tersebut nampak terkejut melihat perbuatan dari para ras keturunan campuran itu.
“Tuan, apakah harus seperti ini kalian melumpuhkan mereka?” Tanya ketua clan itu.
“Tenang saja, aku tidak akan membunuh para warga. Setidaknya kita harus membuat mereka jerah agar wilayah kalian tidak terpecah,” kata Vampireman bernama Silvan.
*
“Kuharap ucapannya benar,” ucap ketua clan itu, nampak mengkhawatirkan para warga.
**
“Kalau begitu, ayo kita pergi ke desa selanjutnya,” kata Vampireman itu.
Para pasukan clan Bridgehunts dan Vampireman kemudian berjalan meninggalkan desa tersebut menuju ke desa tempat tinggal dari Zchaira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments