“Jawab pertanyaanku, jangan hanya mengangah seperti itu,” kata ibu dari Zchaira.
“Kakak... Bagaimana bisa kau bisa menjadi kasar seperti ini? Padahal kau selalu bersikap baik padaku.”
“Lucierence, berhenti membuat alasan…” Karena merasa kesal, tiba-tiba wanita itu mengeluarkan tekanan kekuatannya, yang sontak membuat tempat tersebut seketika bergetar.
**
“Eh… Gempa bumi.”
Getaran tersebut sontak langsung dirasakan oleh para warga desa.
***
“Ada apa ini?” Pemuda bernama Rayvor yang sedang berusaha melewati penghalang juga sampai merasakan getaran tersebut walaupun dalam jarak seratus enam puluh mil jauhnya.
**
“Kakak… Tenang dulu. Aku tidak bermaksud jahat,” ucap Lucierence, nampak was-was dengan yang dilakukan oleh wanita itu.
“Tujuan utamaku kemari, sebenarnnya bukan untuk membujukmu untuk berdmai.”
Mendengar pernyataan dari pria tersebut, ibu dari Zchaira itu berhenti mengeluarkan tekanan kekuatannya.
“Apa maksudmu?” Tanya wanita itu.
“Iya, awalnya kak Hefaistos menyuruhku kemari untuk membujukmu… Tapi, aku yakin bahwa pasti kau akan menolaknya… Disamping itu, sebenarnya maksud kedatanganku kemari adalah ingin memberitahukan sesuatu padamu kakak.”
“Apa itu?” Tanya wanita itu lagi.
“Tempat ini tidak akan aman lagi untuk menyembunyikan putrimu… Beberapa hari yang lalu, para ras campuran dari Machora Tira datang dan menetap di wilayah Lightio.”
“Orang-orangku pernah mendengar pembicaraan mereka tentang daerah pedalaman utara Lightio ini. Sepertinya mereka mulai mengincar putrimu kembali,” jawab Lucierence.
“Tidak mungkin…” Wanita itu sontak setelah mendengar informasi dari Lucierence.
Dia kemudian terlihat merenung, memikirkan jalan keluar dari informasi yang diberikan oleh Lucierence.
“Kakak, lebih baik kau ikut denganku. Kita pergi tinggalkan daerah ini sementara waktu untuk menyembunyikan putrimu.” Melihat wanita itu nampak kebignungan, Lucierence memberikan sebuah tawaran untuk pergi dari tempat itu.
“Tapi, bagaimana dengan para warga desa? Aku takut jika mereka datang kemari dan tidak menemui apa yang mereka cari.” Namun, ibu dari Zchaira itu nampak ragu untuk menyetujui tawaran tersebut.
“Kakak, mereka tidak bisa menyerang para warga desa... Jika mereka mencoba melakukannya, para pimpinan Lightio tidak akan tinggal diam.”
“Yang harus kau pentingkan terlebih dahulu adalah putrimu.” Namun, Lucierence juga tetap meyakinkan wanita itu untuk tetap membawa lari putrinya tersebut.
Wanita itu pun nampak tidak bisa berkata apa-apa dan berpikir keras mempertimbangkan hal tersebut.
“Apa kau yakin?” Tanyanya.
“Iya, itu adalah pilihan yang terbaik untuk sekarang,” jawab Lucierence.
“Baiklah, jika itu yang terbaik maka aku akan menyetujuinya.” Wanita itu pun sontak menyetujui tawaran dari Lucienrence.
Lucierence pun tampak tersenyum mendengar wanita itu menyetujui tawarannya tersebut.
“Kalau begitu, aku kembali dulu… Orang-orangku mendirikan tenda di pinggiran danau dekat perbatasan negeri Fuegonia.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Lucierence kemudian terbang meninggalkan tempat itu.
***
Berpindah pada pemuda bernama Rayvor, yang masih berusaha melewati penghalang yang berada di depannya. Walaupun terus-terusan terlempar saat mencoba melewati pengahalang tersebut dengan kekuatannya, pemuda itu tidak pernah menyerah untuk mencobanya kembali.
“Urgh… Kenapa sulit sekali melewatinya?” Keluhnya.
Karena sedari tadi tidak kunjung berhasil melewati penghalang tersebut, dia pun berhenti dan duduk beristirahat memejamkan matanya mencoba memulihkan energinya yang sudah terkuras habis.
“Sial, padahal aku sudah menirukan teknik yang dilakukan oleh ayah… Tapi, kenapa aku selalu saja gagal?” Gumam pemuda itu, memikirkan letak kesalahan dari tekniknya tersebut.
Karena berpikir dengan keras, tiba-tiba sesuatu pun terlintas dalam benak pemuda itu, dimana dia nampak mengingat tentang sihir tingkat atas yang pernah dia lihat sebelumnya.
Pemuda itu pun nampak merapatkan kedua tangannya dan memejamkan mata untuk berkonsentrasi karena penasaran ingin memasukki wilayah yang dihalangi oleh sebuah penghalang tersebut
“Incantesimo segreto… Coup de poignard…” Sontak sebuah pancaran energi sihir keluar menmancar dari dalam tubuhnya.
Dalam sekejap dia meluncur lurus ke depan dan seketika melewati penghalang tersebut tanpa kesulitan sedikitpun. Pemuda itu meluncur sekitar satu kilometer dari tempat awalnya berdiri sehingga membuat pepohonan yang dilewatinya tersebut seketika roboh akibat efek dari tekniknya.
“Eh… Mungkin aku terlalu berlebihan,” ucapnya.
Tidak mau memikirkan hal yang diperbuatnya lebih lama lagi, pemuda itu kemudian menciptakan sebuah cahaya dari energi sihirnya untuk dijadikan penerangan menyusuri hutan tersebut lebih dalam lagi.
***
Beberapa saat kemudian, terlihat Lucierence sampai di dekat perkemahan para prajurit Lightio yang berada di pinggiran danau.
“Penetrans sillabare…” Pria itu mengeluarkan energi siihirnya untuk kembali melewati penghalang tersebut.
Setelah melewatinya, dia kemudian menghampiri para prajurit bawahannya yang berada di dekat situ.
“Tuan Lucierence, ini gawat… Putramu tuan Rayvor sedari tadi tidak terlihat di tempat ini,” ucap salah satu prajurit.
“Apa…? Bagaimana bisa?” Lucierence pun sontak terkejut mendengar bahwa anaknya tersebut sedari tadi tidak berada di perkemahan.
“Karena terlalu sibuk membangun tenda, aku bersama yang lain baru menyadari bahwa tuan Rayvor tidak berada disini,” kata salah satu prajurit.
Tak lama kemudian, beberapa prajurit yang sepertinya mencari keberadaan dari Rayvor datang menghampiri Lucierence dan yang lainnya.
“Tuan Lucierence? Eh… Kami sebenarnya sudah berjalan menyusuri pinggiran danau melihat keberadaan tuan Rayvor, tapi tidak menemukannya,” kata salah satu prajurit yang baru datang.
“Kemana anak itu sebenarnya?” Kata Lucierence, nampak khawatir tentang keberadaan anaknya yang tidak diketahui berada dimana.
Tiba-tiba pria itu seperti memikirkan sesuatu saat melihat hutan dibalik penghalang.
“Tidak mungkin… Apa mungkin dia masuk ke dalam?”
“Ke dalam…? Bagaimana mungkin tuan? Bahkan seorang Land Venerate saja akan kesulitan penghalang itu,” kata salah satu prajurit.
“Itu hanya sulit saja, bukan tidak mungkin… Rayvor bisa meniru teknik sihir bahkan dalam sekali lihat saja.”
Lucierence pun kembali mengeluarkan pancaran energi sihirnya, masuk ke dalam wilayah yang di dalam penghalang.
Tanpa berlama-lama lagi, pria itu seketika terbang dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat tersebut untuk mencari keberadaan dari anaknya, yang sebelumnya telah masuk ke dalam hutan.
***
Di pedesaan terlihat ibu dari Zchaira tampak sedang duduk di dekat api unggun sambil memikirkan tentang pembicaraannya dengan Lucierence sebelumnya.
Tak berapa lama kemudian, tetua desa yang sebelumnya berada di tempat itu datang menghampiri wanita tersebut dan duduk di dekat api unggun itu.
“Artemis… Kenapa kau masih berada diluar?” Tanya tetua itu.
“Oh, tuan Timonar… Kapan kau datang?” Karena berpikir keras tentang pembicaraannya dengan Lucierence sebelumnya, wanita tampak tidak menyadari bahwa tetua desa tersebut telah berada di tempat itu.
“Apa yang sedang kau pikirkan sampai-sampai tidak menyadariku berada disini?” Tanya tetua itu lagi.
“Sebenarnya, seseorang dari luar datang kemari,” jawab wanita yang bernama Artemis tersebut.
“Seseorang dari luar…? Siapa dia?” Tetua itu nampak terkejut mendengar jawaban dari wanita tersebut.
“Dia adalah Lucierence Silkbar, adik dari Hefaistos.”
“Tenang saja, mereka tidak datang untuk menyerang kita… Adik Hefaistos itu kemari untuk memperingatiku bahwa para ras campuran Machora Tira masuk ke negeri ini untuk mengincar kembali Zchaira.”
Mendengar pernyataan dari wanita bernama Artemis itu membuat tetua desa tersebut menjadi lebih terkejut lagi.
“Akan lebih baik jika aku membawa Zchaira pergi dari sini… Dia akan membantuku menyembunyikan putriku untuk sementara waktu dari para ras campuran.”
“Tapi, jika aku pergi dari tempat ini, bagaimana dengan kalian yang berada disini? Aku takut jika kalian diserang oleh Machora Tira.”
Wanita bernama Artemis itu nampak ragu untuk menentukan pilihannya yang dirasanya sangat sulit tersebut.
“Artemis… Melindungi Zchaira itu bukanlah hanya menjadi masalahmu saja. Kau tidak perlu khawatir, kami pasti bisa melindungi diri kami dari mereka.” Namun, tetua tersebut meyakinkan Artemis untuk menetapkan pilihannya untuk membawa pergi putrinya dari tempat itu.
“Apakah anda yakin, tuan Timonar?” Tanya Artemis.
Tetua itu pun sontak menganggukkan kepalanya, berusaha meyakinkan Artemis agar menyembunyikan putrinya tersebut.
Saat Artemis tersenyum karena yakin dengan pilihan yang akan dipilihnya, dalam waktu bersamaan Lucierence datang menghampirinya dan tetua desa tersebut.
Melihat pria datang secara tiba-tiba sontak membuat mereka berdua menjadi terkejut.
“Lucierence… Kenapa kau kembali?”
“Maaf kakak, aku datang secara mendadak lagi… Namun, apakah kau melihat seorang pemuda datang ke desa ini?” Tanya pria itu.
“Seorang pemuda…? Tidak ada siapapun yang datang ke desa ini sedari tadi. Lagipula ini sudah sangat larut. Siapa pemuda yang kau maksud ini?” Jawab Artemis, kemudian bertanya balik.
“Dia adalah putraku Rayvor. Kemungkinan anak itu telah melewati penghalang dan terjebak di dalam hutan.” Jawab Lucierence.
“Kau membawa putramu kemari juga?”
“Aku tidak membawanya. Anak itu yang mengikuti kami diam-diam,” kata Lucierence, terlihat sudah mulai khawatir tentang putranya tersebut.
Artemis pun berdiri dari tempat duduknya, dan memunculkan lingkaran sihir tepat berada di bawah kakinya. Wanita itu kemudian memejamkan kedua matanya dan berusaha berkonsentrasi.
“Hmph… Aku hanya merasakan hawah keberadaan beberapa manusia di pinggiran danau dekat perbatasan Fuegonia.”
“Itu pasti adalah orang-orang yang datang bersamaku. Mereka sedang berkemah di tempat itu,” kata Lucierence.
“Selain tempat itu dan desa ini, tidak ada lagi hawah keberadaan manusia pada radius seratus enam puluh mil,” kata Artemis.
“Dasar anak itu… Bahkan dalam tingkatan Regional Venerate saja dia sudah bisa menyamarkan hawah keberadaannya.” Lucierence masih merasa khawatir karena wanita itu juga tetap masih tidak bisa mendeteksi keberadaan dari putranya tersebut.
Artemis lalu kembali membuka matanya dan menghilangkan lingkaran sihir yang berada di bawah kakinya.
“Sebaiknya kita berpencar mencari anakmu itu,” kata Artemis.
“Baik kakak.”
“Tuan Timonar, aku pergi mencari keponakanku dulu,” kata Artemis pada tetua desa.
“Hati-hatilah kalian,” respon tetua tersebut.
Setelah Artemis berpamitan pada tetua desa, kedua orang itu kemudian terbang ke udara meninggalkan pedesaan tersebut.
***
Di tempat lain, tepatnya pada daerah yang berdekatan dengan wilayah pedalaman utara yang terisolasi, nampak sebuah rombongan beberapa kendaraan datang memasukki sebuah kota.
Kendaraan-kendaraan tersebut kemudian berhenti saat terlihat beberapa orang warga sedang berdiri di depan, yang sepertinya telah menunggu kedatangan dari rombongan tersebut.
Beberapa saat kemudian, terlihat seorang berkulit pucat yang merupakan salah satu dari ras Vampireman turun dari salah satu kendaraan.
“Selamat datang tuan di kota Ferreson… Perkenalkan namaku adalah Hayliver, ketua clan Bridgehunts dan sekaligus pemimpin dari negeri bagian Risoumi,” kata salah satu warga yang merupakan pimpinan dari daerah tersebut.
“Terima kasih atas sambutannya tuan gubernur. Aku adalah Silvan, ketua dari clan Blowner, yang diutus Machora Tira ke tempat ini,” balas pria Vampireman itu.
Setelah pria itu memperkenalkan diri, terlihat semua anggota rombongan dari pria tersebut turun dari kendaraan-kendaraan mereka.
Ketua clan beserta beberapa warga yang menanti mereka terlihat tegang setelah orang-orang yang turun dari kendaraan-kendaraan tersebut nampak memiliki warna kulit yang sama seperti pria Vampireman yang pertama kali turun.
Setelah itu, terlihat dua perempuan bersama satu laki-laki datang mendekati pria Vampireman tersebut.
“Tuan, perkenalkan ini adalah istriku, Edana… laki-laki ini adalah Joker, anak sulungku… Serta perempuan ini adalah Lucia, anak bungsuku.” Pria itu nampak memperkenalkan ketiga Vampireman tersebut, yang merupakan anggota keluarganya.
“Oh, ternyata anda membawa keluarga anda juga sedang bertugas,” respon ketua clan itu sambil tersenyum.
*
“Tapi, mereka seperti diusir dari negeri mereka saja.” Namun, di dalam hatinya nampak mencurigai rombongan Vampireman tersebut.
**
“Keluarga bagiku adalah yang terpenting, jadi aku selalu membawa mereka saat sedang menjalani tugas,” kata Vampireman bernama Silvan tersebut.
“Benar sekali tuan,” respon ketua clan tersebut.
“Eh, lebih baik kalian beristirahat terlebih dahulu. Kami sudah menyiapkan tempat untuk kalian semua.”
“Terima kasih banyak tuan.”
Ketua clan itu kemudian menuntun para rombongan Vampireman menuju ke tempat yang telah disediakan olehnya.
Saat perjalanan menuju tempat tujuan mereka, ketua clan tersebut bersama Vampireman bernama Silvan nampak sedang membicarakan tentang wilayah pedalaman utara Lightio.
“Jadi, kalian mengalami kesulitan untuk masuk ke wilayah memiliki sebuah penghlang itu?” Tanya Silvan.
“Benar sekali tuan… Selain sulit untuk masuk, orang-orang yang berada di dalam juga sering menyerang kami,” jawab ketua clan.
“Hmph… Sepertinya teknik penghalang itu dibuat oleh para Venerate tingkat atas, sehingga sulit untuk diterobos.”
“Tidak tuan, teknik itu hanya berasal dari satu Venerate saja.”
“Hanya satu orang saja?” Vampireman tersebut nampak sedikit terkejut setelah mengetahui kebenaran dari penghalang tersebut.
“Iya, orang yang menciptakan penghalang itu adalah Artemis Hairowl, mantan wakil presiden penyihir, salah satu Venerate terkuat yang dimiliki negeri Lightio.”
*
“Artemis Hairowl yah… Sepertinya akan sulit untuk menculik pemegang kekuatan naga merak jika wanita itu ada,” gumam Silvan dalam hati.
–11 Mei 3024–
Keesokan harinya terlihat Zchaira di sebuah hutan bersama dengan saudara laki-lakinya, yang sedang mengendap-ngendap dibalik semak-semak sambil membidik seekor rusa dengan sebuah panah.
Setelah merasa bahwa bidikannya tersebut akan tepat mengenai sasaran, pemuda itu langsung meluncurkan dua buah anak panah sekaligus ke arah rusa tersebut.
Dalam sekejap dua panah yang meluncur itu, menamcap ke bagian vital tubuh hewan tersebut hingga membuatnya sempat meronta dan kemudian terkapar tak berdaya.
“Wah… Kau hebat kakak,” puji gadis bernama Zchaira itu.
“Heh, jelas saja… Apa kau bisa melakukan seperti yang kulakukan?” Tanya saudara gadis itu.
“Kau meremehkanku yah…” Kata Zchaira, merasa tertantang dengan perkataan saudaranya tersebut.
Dia kemudian melihat ke sekitaran, mencari keberadaan rusa lain yang berada di dekat tempat tersebut.
“Hmph… Sepertinya tidak rusa yang lewat disekitar sini.” Namun, setelah memperhatikan sekitaran tempat itu sedikit lama, gadis itu tidak melihat satu rusa yang lewat.
Zchaira kemudian terlihat memanjat salah satu pohon yang berada di dekatnya.
“Hei, mau apa kau?” Tanya saudara Zchaira, melihat gadis itu memanjat pohon.
“Aku mau mencari rusa di tempat lain.” Setelah mengatakan hal tersebut, Zchaira kemudian melompat dari satu pohon ke pohon yang lainnya meninggalkan saudaranya sendiri di tempat tersebut.
***
Tak terlalu jauh dari tempat Zchaira sebelumnya, terlihat Rayvor yang dari semalaman masih menyusuri hutan tersebut.
“Haah… Ternyata pedasaannya masih jauh. Aku bahkan sudah semalaman berjalan tapi tidak menemukannya,” gumam pemuda itu, mulai kesal.
Tak berapa lama, Zchaira lewat dari atas pohon tanpa disadari oleh pemuda itu.
“Siapa dia?” Zchaira pun bertanya-tanya melihat pemuda yang berjalan itu nampak memiliki penampilan yang berbeda dengannya.
Gadis itu kemudian mengikuti pemuda bernama Rayvor tersebut dari atas pohon tanpa diketahui sedikitpun.
“Uaah…!” Saat berada tepat diatas pemuda itu, tanpa gadis itu sadari dia menginjak sebuah cabang pohon yang rapuh sehingga membuatnya langsung terjun ke bawah.
Dengan refleks Rayvor menangkap gadis itu hingga membuat kedua mata mereka saling bertatapan satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments