pagi itu aku bangun lebih awal, setelah sholat subuh aku duduk di balkon menikmati indahnya pagi, sambil membalas wa dari putra, ya kami semakin dekat tp aku hanya sebatas suka aku belum terlalu jatuh cinta, memang kubatasi perasaan agar aku tidak sakit lagi, karena belum tentu keluargaku merestui, karena aku belum bilang ke ibu niatan putra padaku, rencananya pagi ini aku bicarakan.
" pagi nina"
"pagi ganteng"
"gimana jd kapan mau ngomong sm ibu, gimana kalau aku aja yang ngomong sm ibu?
"emang berani?" aku mengodanya
"berani donk demi kamu, aku selalu berani dan siap" selalu bikin aku baper tp mlh bikin ketawa
"uda jgan gombal, aku siap siap ke kampus dulu" ke kampus janjian sm teman teman
"mampir k rumah ya, aku tunggu " kata putra sebelum aku otw ke surabaya
seperti itulah rutinitasku sering sekali jombang surabaya kadang capek, kadang juga malas mau berangkat kuliah, karena perjalanan naik motor selama 2 jam dan kadang sudah jauh jauh dosennya yg gk masuk, pernah aku berangkat pagi pagi kehujanan sampai disana uda kering tp waktu sampai parkiran bertemu dosen mata kuliah saat itu.
"bu ada kelaskan sekarang?" tanyaku
"maaf nina ibu ada jadwal pertemuan ada tugas di meja saya silakan ambil" sambil mengambil motor dia berpamitan
"ya bu aku uda jauh jauh dari jombang, kehujanan sampai kering lagi, kenapa gk bilang dari semalam bu, kn cumak kelas ibu hari ini" protesku ke dosen itu
"iya maaf sekali ya, baru tadi pagi soalnya dpt telp ada pertemuan" alasan dosenku
" ya udah deh aku pulang aja lg" sambil siap siap gunakan jaket sarung tangan dan helm lagi
" maaf ya nina" wajahnya sangat merasa bersalah
itu pengalaman kekecewaanku saat sudah berkorban banyak tapi tak ada hasil, sejak saat itu sebelum berangkat aku selalu konfirmasi dulu dengan dosen dan teman temanku
tp saat ini tidak ada kelas hanya mau nongkrong sama sahabat sahabatku janjian bertemu di kampus dulu.
saat mau berangkat pasang headsed dan helm biar gak ngantuk di perjalanan aku biasa dengerin lagu, tp beda dengan sekarang sekarang putra telp jadi perjalanan ku sambil ngobrol dengan putra. dia meminta aku mampir ke rumahnya dan menunggu teman temanku di rumahnya saja karena rumahnya juga dekat dengan kampus.
sesampainya di sana aku konfirmasi dulu teman temanku agar ke rumah putra, lalu aku dan putra ngobrol ngobrol, sambil nunggu teman teman, membahas rencana kedepannya, keseriusannya krna jujur saja aku ragu jika secepat ini
"nanti aku aja yang ngomong sm ibu" pintanya
"yakin berani? kalau ibu gk setuju gimana?" mencoba memberikan gambaran
"kalau ibu gk setuju ya aku akan berusaha agar ibu setuju" jawabnya penuh keyakinan
"gimana caranya?" aku sangat penasaran kenapa dia seyakin itu
"ada dech" membuatku jengkel
"jangan jangan kamu mau guna guna ibuku ya?? awas aja kalau berani" lalu kami bercanda ketawa ketawa dan sepertinya dia benar benar menginginkanku, lalu hpnya berdering tampak sebuah nama yang membuatku sangat kecewa
"reta?" ucapku
lalu dia menatapku
"angkat aja" pintaku
saat dia ngobrol entah bicara apa, aku beranjak dari sofa dan tangannya menarikku untuk duduk, lalu dia mematikan telpnya.
"kenapa pergi, kamu yang nyuruh aku angkat telpnya" mempertanyakan sikapku
jujur saja kala itu aku merasa sangat kecewa, cemburu ya mungkin niatku gk pakai hati dulu takut terluka lagi, tp hati ini selalu ikut hingga aku tak bisa mengesampingkannya.
"gk papa lebih baik urungkan niatmu untuk bersamaku, lebih baik aku sendiri dulu" jawabku dengan menahan amarah dan air mata
"km gk percaya? dia cumak mantan, mantan yang ninggalin aku demi pria lain" putra mencoba menjelaskan
"dia ninggalin kamu tp kamu sepertinya masih ada rasa" ku ungkapkan apa yang aku fikirkan
"tidak, aku sudah temukan masa depanku, buat apa lagi nyimpen rasa buat org yg memilih org lain, aku hanya berteman biasa dengannya" menjelaskan itu padaku
"sebaiknya aku pergi, dan tolong jangan hub aku lagi, Aku gk bisa jd pelarian" ucapku padanya sambil melangkah keluar
dan lagi lagi di depan pintu dia menahanku, menahan tanganku dan menangis, pikirku ternyata dia cengeng sekali dan lelaki lemah, aku yang terluka kenapa dia yang menangis, akhirnya aku duduk kembali.
"tolong jangan seperti ini, aku mencintaimu hanya mencintaimu jangan pergi, aku hanya berteman dengannya tidak lebih" sambil jongkok di depanku dia ucapkan itu
"bagiku tidak ada pertemanan dengan mantan kecuali masih ada rasa" jawabku singkat
"aku sudah tidak ada rasa padanya, percayalah"
"kenapa dia menelepon mu?" tanyaku
"dia mintak tolong editkan tugasnya, yang sudah di kirim di email" jawabnya
"jadi dia sering berhubungan denganmu? aku bertanya dengan tenang lebih tepatnya berusaha tenang karena hati ini penuh dengan amarah
"saat mintak tolong aja" jawabnya
"jd kamu masih mau menolongnya, setelah km di tinggalkan" aku semakin kesal
sebelum dia menjawab aku memotong ucapannya
"jujur aku gk tau harus nilai kamu seperti apa, kamu itu baik atau bodoh, km hanya di manfaatkan tp km masih bantu, aku semakin yakin akan mundur saja, karena sikapmu itu, dia akan selalu jadi duri dalam rumah tanggamu, dan aku tidak mau terluka karena orang murahan seperti itu". ku penjelasan seperti apa pandanganku terhadap mereka
"jangan pergi, aku tidak akan berurusan lagi dengannya" mencoba memperbaiki hub kami
"apa buktinya km tidak berhubungan lagi dengannya" aku perlu kenyamanan tak mau di ganggu
"aku blokir semua tentangnya" dia blokir dan menunjukan semua padaku
"kalau aku tau lagi km berhubungan dengan masa lalu, aku pastikan aku tak akan pernah kembali padamu, krn aku jijik dengan orang yg sudah di buang tp masih mengemis pdnya." ungkapku
aku sudah memastikan tak ada akun media sosialnya yang belum di blokir, email pun sudah terblokir.
akhirnya teman temanku datang dan putrapun harus berangkat kerja.
aku pura pura biasa aja di depan teman teman dan semoga di belakangku dia tak membuka blokiran dan menghubungi mantannya kembali.
akupun pergi jalan jalan bersama teman dan putra berangkat ke kantor, aku kalau uda jalan jalan atau nongkrong uda lupa kalau punya masalah karena aku ini bukan tipe pendendam hanya sedikit pemarah saja hehehe, tp setelah itu semua masalah seakan hilang lenyap bersama perginya angin. aku hanya berharap jika dia pria yang tepat agar aku tidak perlu mencari hati yang cocok, saat aku melihatnya aku melihat sosok ayah di dirinya, caranya berpakaian, caranya menyisir rambut dan mambawah sisirnya kemana mana, dan rambut ikalnya hanya perbedaan putra agak gemuk sedangkan ayah kurus susah gemuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments