"Esme, bagaimana mungkin kamu bisa seberuntung ini, Nak? Aku sangat bersyukur bahwa cucuku selamat berkat pemuda baik hati itu."
"Neneeek ... apa yang sedang Nenek bicarakan ini? Pemuda yang mana yang Nenek maksud baik hati? Apakah pria menyebalkan itu?" kata Esmeralda sembari merengek manja.
"Tentu saja Maheer, Esme. Memangnya siapa lagi pemuda yang menjagamu semalaman!" tandas Rossalinda.
"Ya ampun, Nenek. Sebenarnya, apa yang dikatakannya pada Nenek? Kenapa Nenek seolah menganggapnya seperti pahlawan? Ini tidak benar," tutur Esmeralda yang tidak sepakat.
"Dia tidak mengatakan apa-apa, Esme. Bahkan, diamnya saja sudah cukup menjelaskan kebaikannya," jawab Rossalinda bersikukuh.
"Huweeek, baiklah, Nek. Aku mulai ingin mengeluarkan isi perutku mendengar pujian Nenek untuknya." Esmeralda berakting ingin muntah, lantas berlalu menuju kamar yang sudah disediakan oleh Rossalinda untuknya.
"Anak ini benar-benar keras kepala. Untung saja Maheer tahan pada sikapnya selama semalaman bersama dia." Rossalinda menggerutu sambil menggelengkan kepalanya.
"Esme, mandi dulu jangan langsung tiduran!" teriak Rossalinda mengingatkan cucunya tersebut.
"Nanti saja, Nek. Kecantikanku bisa luntur kalau terlalu sering terkena air. Lagi pula, pantulanku di cermin mengatakan bahwa aku masih cantik dan menawan, Nek. Jadi aku tidak perlu sering-sering mandi," alibi Esme menolak untuk mandi.
"Terserah padamu saja, Esme. Kurasa darah tinggiku akan kambuh karena bicara denganmu," balas Rossalinda dengan nada kesal.
"Sebaiknya Nenek memang diam saja, Nek. Supaya kerutan di wajah Nenek tidak semakin bertambah," ledek Gadis itu lagi.
"Dengar itu, dia meledekku! Lebih baik aku diam saja dari pada menasehati Gadis bar-bar itu," cicit Rossalinda mulai pasrah.
Beberapa saat kemudian, suara sahut-sahutan antara cucu dan neneknya pun sudah tidak terdengar lagi. Rossalinda sibuk dengan rutinitasnya, sedangkan Esmeralda merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk dan menatap lurus ke langit-langit kamar. Dia memutar ulang ingatannya saat bersama Maheer di hutan bekas pemukiman itu.
"Huuft, aku akui dia memang tampan dan memiliki otot yang sangat kekar. Aku dapat melihatnya dengan jelas saat dia mengangkat tubuhku," kenang Esmeralda terbayang sosok Maheer.
"Ahh, tapi kenapa aku perduli? Lelaki macam apa dia? Baru bertemu saja sudah menodai bibirku yang ranum dan murni tiada bandingnya ini. Apa kata dunia kalau orang-orang mengetahuinya?" gerundal Gadia cantik itu.
***
Di taman belakang rumah Tuan Ferdi, yang tidak lain adalah ayah Maheer dan merupakan saudagar kaya di desa penjahit. Ada Maheer dan Ferdi sedang duduk berbincang penuh kehangatan, layaknya seorang ayah dan anak yang saling menyayangi satu sama lain. Sesekali gelak tawa dan asyiknya cengkerama terdengar menghiasi kebersamaan mereka.
"Maheer, jadi kapan kamu akan mengenalkan seorang gadis yang akan menjadi istrimu pada kami? Ayah dan Ibu sudah tidak lagi muda, Nak. Lagi pula, umurmu juga sudah cukup untuk menikah," ujar Ferdi.
Ternyata, di balik kesaudagarannya, Ferdi memiliki mimpi yang belum terwujud yaitu melihat Maheer menikah dan mempunyai anak. Meski dia kerap mengingatkan Maheer tentang jodoh dan pernikahan, tapi Maheer menanggapinya dengan santai dan biasa saja. Jujur, sebenarnya hal itu membuat Ferdi kepikiran.
"Ayah, sebaiknya jangan risau mengenai jodohku. Berikan saja restumu padaku, Yah. Mudah-mudahan gadis yang aku incar sejak kemarin sore itu akan membawa kebahagiaan pada keluarga kita," papar Maheer penuh percaya diri.
"Benarkah begitu, Maheer? Itu artinya kamu sedang dekat dengan seorang gadis? Ho ... ho! Ini benar-benar kabar yang sangat baik. Ferdi langsung memberikan pelukan bangga pada Maheer.
"Ya, Ayah ... berharap saja dulu. Walau sebenarnya, aku sendiri belum tahu pasti apakah Esme mau padaku atau tidak?! Oughh, gadis itu membuatku tergila-gila hanya dalam jarak temu satu malam saja," batin Maheer.
"Ceritakan pada Ayah, Nak. Bagaimana ciri-ciri calon menantu Ayah itu?" pinta Ferdi antusias.
"Aduuuh, Ayah. Pokoknya dia terlalu indah hingga aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata," ucap Maheer.
Ferdi tersenyum sembari mengusap-usap janggut lebatnya. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan gadis yang berhasil membuat Maheer jatuh hati tersebut. Pasalnya, selama ini putranya itu sulit sekali diluluhkan. Sudah banyak wanita yang berakhir frustasi karena ditolak mentah-mentah oleh Maheer.
"Kapan dia akan diajak ke rumah kita, Nak?"
"Semoga secepatnya, Yah."
" Mampus .... Aku telah mepersulit hidupku sendiri," batin Maheer mengumpat, dan mulai ragu pada dirinya sendiri.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
ujang komar
ayo maheer semangat untuk membawa esme kerumah ortumu yg sudah memberi lampu hijau
2022-11-02
1
gulla li
Esme karungin aja, baru deh bawa 🤣
2022-10-05
1
Arandiah
lanjut yang banyak 😭🙏
2022-10-03
1