BAB 4 Sangat Besar Dan Kuat

Maheer membuka matanya lebih dulu, dan mendapati Esmeralda masih tertidur dengan posisi kepala berada di atas dadanya. Lelaki itu kemudian menyibak rambut Esme, yang terurai menutupi wajahnya dengan sangat perlahan. "Esme ...," gumamnya seraya mengulum senyum.

Fajar yang datang mengusir malam, semakin berani membawa secercah sinar mentari yang membias di ufuk timur. Beriring tetesan embun pagi dan sisa air hujan yang masih betah berada di ceruk dedaunan, Esme pun turut terbangun. Dia mengucek pelan matanya dan menyadari bahwa dirinya tidur dengan berbantal dada bidang Maheer.

Maheer yang tahu Esme terbangun, lantas pura-pura tidur lagi. "Kenapa kamu bangun sekarang? Aku 'kan masih ingin berlama-lama menatapi wajah indahmu yang polos itu saat tertidur," batinnya.

"Ohh tidak! Aku sudah ternoda," gerundal Esme dengan rasa penuh sesal.

"Aaaaaaa!! Bangun! Bangun! Bangun!" jerit Gadis itu membangunkan Maheer dengan sangat nyaring.

"Ya ampun! Kenapa kamu senang sekali berteriak seperti itu, huh?" sentak Maheer.

"Kamu telah berani menodaiku. Aku sudah tidak suci lagi sekarang. Kamu harus bertanggung jawab atas semuanya!" tegas Esme menggebu-gebu.

"Apa maksudmu dengan menodai dan merenggut kesucianmu? Aku tidak melakukan apa pun!" terang Maheer tidak terima dengan tuduhan Esme.

"Enak sekali kamu menyangkalnya. Sudah jelas-jelas-"

Kalimat Esme terjeda oleh Maheer. "Apa? Jelas-jelas apa? Kamu saja tidak jelas. Tidak ada yang benar-benar jelas di sini!"

"Huhuhu .... Nenek, Pria ini sangat jahat. Dia membentak cucu kesayanganmu." Esmeralda meraung sembari mengadu pada neneknya yang tidak ada di sana.

"Ha! Dia mulai playing victim seperti pemeran antagonis di film-film novela. Kurasa dia memang salah satu aktris yang membintangi film itu," beo Maheer.

"Sudah jangan menangis! Lagi pula, nenekmu tidak bisa mendengarmu," olok Maheer.

"Aku tidak mau tahu. Pokoknya kamu harus mengantarkan aku!"

"Baiklah, tapi kita akan pergi berjalan kaki," kata Maheer.

"Aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada kaki indahku jika dipakai berjalan terus-terusan," rengek Esme.

"Kalau begitu kamu tinggal saja di sini sendiri. Sudah tahu mobilnya mogok. Lagi pula, Tuhan menciptakan kaki untuk berjalan dan berlari, bukan? Kenapa kamu menyalahi kodrat."

"Helloooo .... Dasar menyebalkan! Tidak bisakah kamu berlaku lembut pada wanita secantik diriku ini? Lihat! Bahkan, kekerenanku semakin memudar setelah bertemu dengan pria sepertimu."

"Sudah diam!"

Maheer yang sudah geram pada sikap kekanak-kanakan dari Esmeralda pun langsung menggendong tubuh Gadis itu, dan membawanya keluar dari mobil. Lantas, dia berjalan bak pangeran yang gagah berani menggendong seorang putri raja menuju tempat tujuannya.

Esme hanya diam dan terus memandangi wajah Maheer. Waaaah ... ternyata dia sangat tampan, dia juga sangat besar dan begitu kuat," batin Esme memuji Maheer.

Sekitar lima belas menit kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan yaitu rumah Rossalinda, neneknya Esme. Entah bagaimana, tapi sepertinya Maheer mengetahui rumah nenek Esme tersebut, padahal Esme hanya mengatakan nama desa dan nama Rossalinda saja, tidak menjelaskan secara detil tentang rumah atau tempatnya.

"Permisi, Nenek Rossa!" seru Maheer.

"Apa? Kenapa dia tampak akrab sekali dengan nenekku?" kata Esme di dalama hati seraya mengerutkan dahinya.

"Maheer!" ucap seorang wanita tua yang tidak lain adalah Rossalinda atau neneknya Esme.

"Mati aku!" batin Esmeralda. Dia langsung melompat turun dari gendongan Maheer.

"Esme! Kamu rupanya, Nak," ujar Nenek Esmeralda seperti terkejut.

"Nenek! Kenapa Nenek tega sekali. Nenek mengenalinya terlebih dulu dari pada mengenali aku," rajuk Esme.

"Hehehe ... masuklah dulu, Sayang. Ayo Maheer, masuk dan minum teh dulu," sambut Rossalinda mempersilakan mereka masuk.

Di sana Maheer tampak tak banyak bicara. Dia hanya mendengarkan celotehan Esmeralda yang bercerita panjang dan lebar pada Rossalinda, soal dirinya yang tersesat. Sementara itu, Rossalinda hanya tersenyum menanggapi aduan Cucu kesayangannya itu.

"Nenek, dari mana Nenek kenal Pria ini?" tanya Esme sembari menunjuk Maheer dengan mengarahkan pandangannya.

Rossalinda tersenyum. "Kamu akan jatuh cinta kalau Nenek menjelaskan tentangnya, Esme," lontar Rossalinda.

Maheer tersenyum, sedangkan Esme membelalakkan matanya dan tidak percaya pada kata-kata Neneknya. Esme menggembikkan bibirnya dengan tatapan mengolok.

"Nenek, kalau begitu Maheer pulang dulu," pamit Maheer tanpa menghiraukan Esmeralda.

Rossalinda mengantarkan Maheer sampai ke depan pintu dan membicarakan sesuatu dengan Maheer sebelum dia benar-benar pergi. Akan tetapi, tidak tahu apa yang mereka bicarakan itu. Esme yang menyaksikan hal itu saja tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

"Nenek! Bisa-bisanya Nenek seakrab itu dengan lelaki menyebalkan seperti dia," cerca Esme merasa geram.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Arandiah

Arandiah

ini sangat menjurus ke anu 😵

2022-10-03

1

Vita Zhao

Vita Zhao

Astaga, judulnya bikin otakku travelling, isi tak sesuai dengan cover🤣🤣🤣🤣

2022-10-02

1

gulla li

gulla li

Gila! aku rasa aku sudah gila. Aku gak bisa berenti ketawa, novel ini membuatku benar-benar gila 🤣🤣🤣

2022-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!