Bab 5: Sebuah Kotak Hitam

Malam harinya..

Aeera berbaring terlentang diranjang kesayangannya. Ia menatap langit langit kamar. Aeera tersenyum kala membayangkan dirinya akan tinggal berdua dengan Bavendra. Pagi pagi sarapan bareng dan malamnya tidur bareng juga. Rasanya menyenangkan sepertinya.

Merasa bahwa ini sudah larut malam, ditandai dengan keadaan yang sunyi tak ada suara. Saking sunyinya, gerakan tubuh Aeera yang berpindah menghadap ke samping pun terdengar sangat jelas.

Ia menatap kearah jam dinding, dilihatnya jam itu dengan seksama. Seketika matanya terbelalak, bagaimana bisa tadi dia masuk kedalam kamar jam tujuh malam. Dan sekarang? Sudah jam sebelas malam.

"Astaga.. udah jam sebelas malem. Kok aku gak nyadar, ya? Pasti karna mikirin ayang Bavendra mulu nih, hihihi"

Aeera pun berdiri, berjalan kearah pintu. Ia membuka pintu kamar, lalu dilihatnya keadaan rumah yang sangat sepi. Ia pun mangut mangut.

"Oh, pasti udah tidur semua. Dahlah aku mau tidur. Soalnya kan, nanti besok mau jalan jalan sama ayang Bavendra"

Aeera memasuki kamarnya lagi. Ia pun berjalan dan duduk ditepi ranjang. Ia tersenyum, menyadari sifatnya yang sekarang berubah seratus delapan puluh derajat.

Tadinya Aeera adalah si kulkas berjalan yang sangatlah dingin. Tidak ada orang yang bisa membuatnya tersenyum, apalagi tertawa. Hanya dengan Bavendra esnya itu mencair.

Tok tok tok!

Aeera yang mendengar ketukan dipintu pun mengalihkan perhatiannya. Dilihatnya pintu kayu yang berwarna coklat gelap itu.

"Siapa ya? "

Tok!

"Ck iya iya sabar"

Dengan tergesa Aeera membuka pintu, lalu menatap pandangan kosong didepannya. Ia celingukan ke kanan dan ke kiri, tidak ada orang sama sekali.

"Umm.. Kok gak ada orang si? Tadi yang ngetok ngetok pintu siapa? "

Mengetahui kalau tidak ada orang, ia pun hendak memutar badannya untuk masuk kedalam kamar. Tapi, iris hitamnya tak sengaja melihat sebuah kotak agak besar berwarna hitam yang tergeletak di lantai.

"Uhn? Apa ini? "

"Ku ambil deh" Aeera mengambil kotak hitam itu, lalu ia pun memasuki kamarnya dan berjalan santai kearah ranjangnya sambil memutar mutar kotak itu. Agak berat sih, Aeera jadi semakin penasaran.

Gadis itu duduk ditepi ranjangnya. Ia membuka kotak itu perlahan lahan, dan isi didalamnya membuat Aeera langsung melempar kotak itu dari tangannya.

Saat kotak itu terlempar, kotak terbalik. Isi didalamnya masih berada disana. Namun, dari kotak itu secarik kertas melayang dan terbang kearah Aeera yang sedang meringkuk dipojokan kamarnya ini. Wajar, karna angin malam dari jendela yang menuju balkon terbuka lebar.

Aeera mengambil secarik kertas itu, ada sebuah tulisan disana. Ia segera membacanya, lalu seketika wajahnya berubah menjadi panik. Ia lantas berteriak teriak, memanggil semua orang yang ada di rumahnya.

"Aaaaa! Tolongggg ayah, ibu, Athifah pokoknya siapapun tolong aku huwaaa"

***

Athifah yang berada dikamar nya sedang tertawa, mendengar teriakan kakaknya Aeera dari lantai dua. Ia sudah menyusun rencana licik ini. Ia ingin, agar Aeera tidak bertunangan apalagi sampai menikah dengan Bavendra setelah mendapat kotak itu.

Didalam kotak itu ada sebuah tengkorak kepala manusia, memang terlihat seperti tengkorak kepala sungguhan. Dan, tengkorak itu berlumuran darah. Disana juga ada secarik kertas.

"JANGAN BERTUNANGAN APALAGI MENIKAH DENGAN BAVENDRA! DIA PUNYAKU! KAU TIDAK BOLEH MEREBUTNYA! KALAU TIDAK.. AKU AKAN MENGHABISI SELURUH KELUARGAMU SERTA DIRIMU DAN MENGAMBIL TENGKORAK KEPALA KALIAN, LALU KUMASUKAN KEDALAM KOTAK SEPERTI INI, SUPAYA BISA KUKIRIMKAN PADA BAVENDRA. PASTI DIA AKAN SEDIH MELIHAT CALON TUNANGAN BESERTA KELUARGANYA HANYA SISA TENGKORAK KEPALANYA SAJA. HAHAHAHHA!!! "

Begitulah isi dari secarik kertas berwarna putih itu. Athifah menyeringai, lalu berjalan membuka pintu kamarnya, dan berjalan dengan tergesa kearah ruang kamar Aeera dilantai dua.

"Ada apa ini? "Tanya Athifah saat melihat ibu dan ayahnya juga ada disana.

Aeera dituntun untuk duduk ditepi ranjang, lalu ia menangis dipelukan Zelda. Sementara Danu, ia menghampiri Athifah yang terlihat sedang pura pura kebingungan.

"Athifah, kakakmu Aeera menerima kiriman kotak hitam itu"tunjuk Danu pada kotak hitam yang terbalik. Dan bercak bercak merah terlihat di lantai, seperti bercak darah.

"Apa itu? "Tanya Athifah.

"Papa gak tau, ayo kita cek"jawab Danu.

"Ayo pah"

Saat Danu dan Athifah berjalan kearah kotak hitam itu, Aeera berteriak kencang. Dan menyuruh Danu dan Athifah untuk tidak mendekati kotak hitam itu.

"Jangan papa! Athifah jangan! Hiks.. Itu isinya tengkorak kepala yang banyak darahnya hikd.. huwaaa mama... "larang Aeera seraya sesenggukan dan kembali memeluk Zelda erat.

"T-tengkorak?! "Kaget Athifah.

"Gapapa Aeera, biar papa aja yang lihat. Athifah, kamu gabung sama kakakmu ya?"

"Baik, papa"

Danu perlahan mengangkat kotak hitam itu. Saat diangkat, terlihat sebuah tengkorak kepala tergeletak di lantai dengan banyak darah. Danu kaget, refleks ia membuang kotak hitam itu dan memegangi dadanya.

"Hmmm. Nak, sepertinya ada yang sengaja menjebak kita. Lihat ini, ini sepertinya bukanlah asli tengkorak kepala "ucap Danu lembut.

"Be-benarkah papa? "Tanya Aeera, dengan takut takut ia mengangkat wajahnya, dilihatnya tengkorak kepala yang terlihat memang bukan seperti asli.

"Sepertinya iya! Papa! Papa harus lapor polisi! Tindakan seseorang yang melakukan seperti ini sangat mengganggu orang lain" usul Athifah dengan menggebu gebu.

"Benar, Athifah. Kita harus segera lapor polisi, dan mencari siapa dalang dibalik semua ini"

"Ya, pa. Kamu harus mengusut semua ini. Lihat Aeera, di sangat ketakutan"ucap Zelda membenarkan.

Danu mengambil tengkorak kepala itu, lalu menempatkannya pada kotak hitam yang ia lembar tadi. Danu hendak menutup kotak hitam itu, tapi tiba tiba Aeera mencegat.

"Papa, suratnya ketinggalan "ucap Aeera mengingatkan.

"Surat? Surat apa? "Tanya Danu bingung.

Perlahan Aeera melepas pelukannya, lalu ia pun berjalan menuju tempatnya meringkuk ketakutan tadi.

"Ini pa, surat ini ada didalam kotak hitam itu"

"Coba papa baca"

Danu pun membacakan semua isi surat dengan suara setengah berteriak. Ia lantas tercengang, kenapa ada orang yang tak menyetujui jika putrinya bersama dengan Bavendra, toh itu juga keputusan bersama.

Dipandanginya wajah wajah kebingungan didepan sana. Danu menghela nafas, ia pun menyeret kursi rias milik Aeera dan duduk disana.

"Sepertinya, ada orang yang tidak menyukai rencana Bavendra untuk mempersunting Aeera"

"Papa benar! Kita harus segera membawa masalah ini ke jalur hukum! Berani beraninya mereka membuat masalah dengan keluarga kita"

"Ya ma, kita harus segera ke kantor polisi"

"Oke pah, ay-"

Drrttt.. drrttt.. drrrtttt..

Suara dering telpon seseorang menghentikan langkah mereka. Lantas Aeera pun mengambil ponsel diatas nakasnya. Dilihatnya telpon dari orang yang dia spesialkan, ia langsung menjawab telpon dari orang itu. Tak lain tak bukan ialah, Bavendra.

"Haloo! Bavendra kamu tau gak sih"

"Gak"

"Dih! "

"Iya apa"

Aeera pun menceritakan kejadian tadi dengan antusias. Aeera pun menyudahi curhatannya. Ia pamit, karna ingin ke kantor polisi.

***

Sedangkan Bavendra, ia sangat marah. Darahnya mendidih, saat mendengar cerita dari sang kekasih, Aeera. Ia pun lantas mengambil mobilnya, lalu mengendarai mobil, melaju dan membelah jalanan kota untuk sampai ke kantor polisi.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!