4. Keputusan

Di rumah utama keluarga Abhivandya—beberapa jam yang lalu sebelum Bintang berbicara dengan Papanya, tengah terjadi keributan besar di ruang keluarga.

Langit melempar undangan pernikahannya bersama Bintang ke lantai dengan kasar. Ia merusak dekorasi yang telah dipasang di rumah utama untuk menyambut pengantin baru di hari H.

“Kamu apa-apaan sih, Nak?” teriak wanita paru baya berumur 45 tahun itu, saat melihat perbuatan Langit. Wanita itu menarik tangan Langit dan membawanya duduk di sofa ruang keluarga.

“Aku cuma enggak suka semua ini, Mom.” Langit mengedarkan pandangannya ke dekorasi yang sudah ia hancurkan. Ada perasaan sesak di dadanya, tapi perasaan itu mengalahkan perasaan amarahnya yang kian membuncah.

“Apa yang kamu tidak suka, Nak? Mommy sudah berusaha sebaik mungkin bersama Daddy kamu. Supaya setelah pernikahan, kalian disambut dengan dekorasi yang indah di rumah utama,” tutur lembut wanita itu, menyebut dirinya Mama.

Langit kemudian menatap wanita yang ia panggil ‘Mom’ dengan emosi tertahan setelah mendengar ucapannya.

Wanita paru baya itu adalah Nyonya Rania Abhivandya—istri dari Tuan Alam Abhivandya— yang memiliki Putri kandung bernama Bunga dan ia menjadi Ibu tiri dari Langit.

Meski Langit tau kalau wanita di depannya adalah Ibu tirinya, Langit sangat menghormatinya karena ia sudah menganggap Mommy Rania seperti Ibu kandungnya—begitupun sebaliknya.

Mommy Rania menikah dengan Daddy Alam, dua tahun sebelum mengetahui kehadiran Langit. Dan saat mereka mengetahui kehadiran Langit, saat itu juga Mommy Rania sudah melahirkan Bunga.

Langit adalah anak dari mantan kekasih Daddy Alam yang sudah meninggal saat memberikan Langit pada Daddy Alam, karena penyakit kanker yang diderita.

Mommy Rania meneliti wajah putranya yang penuh emosi. Ia tau putranya memang memiliki sifat yang dingin dan kaku, tapi ia juga tau kalau putranya sudah berubah sedikit ramah dan sering tersenyum semenjak berpacaran dengan Bintang. Perubahan sifat itulah yang membuat keluarga Abhivandya menyetujui pernikahan mereka, karena mereka berfikir bahwa pernikahan ini akan membuat kedua insan ini tambah bahagia.

“Sebenarnya, apa yang mengganggu pikiranmu, Nak?” tanya Mommy Rania mengusap bahu Langit yang sudah ia anggap putra kandungnya.

Langit hanya terdiam mendengar pertanyaan itu. Wajahnya sudah memerah karena amarah. Wajar saja jika Mama Rania mengetahui emosi anaknya itu.

Langit kemudian mengusap wajahnya kasar sebelum mengatakan perkataan dengan penuh penekanan, yang membuat Mommy Rania tidak percaya, “Aku ingin membatalkan pernikahanku dengan dia, Mom.”

Mommy Rania membulatkan matanya dan kedua tangan yang menutup mulutnya karena terkejut. Apakah benar ini perkataan anaknya yang selalu merengek padanya agar dinikahkan dengan Bintang? Lalu mengapa sekarang, anaknya ini meminta pembatalan pernikahan mereka?

Mommy Rania menormalkan kembali ekspresinya seraya mengedipkan sekali matanya. Ia kemudian bertanya untuk memastikan pendengarannya, “Kamu tidak salah ucap ‘kan, Nak? Bilang kalau Mommy salah dengar.”

“Mommy tidak salah dengar. Langit memang ingin membatalkan pernikahan Langit dengan Bintang,” Bumi mengulang ucapannya dengan menatap ke arah undangan yang sudah berserakan di lantai.

“Jangan asal bicara, Nak. Pernikahannya akan diadakan besok. Jangan bercanda disaat situasi seperti ini,” tegas Mama Rania menepuk punggung Langit.

Langit menoleh pada Mommy Rania sebelum berkata, “Sayangnya, aku tidak sedang bercanda, Mom. Aku ingin memutuskan pernikahan ini. Dan itu sudah menjadi keputusanku.”

Pernyataan yang dibuat Langit membuat Mommy Rania berfikir bahwa putranya pasti sudah gila atau memutuskan dengan tergesa-gesa. Dan ia sangat takut jika keputusan itu malah membuat Langit menyesal dikemudian hari.

“Aku memutuskan ini dalam keadaan waras, Mom. Jadi Mommy tak perlu khawatir. Dan keputusan ini sudah bulat,” sahut Langit kembali pada Mommy Rania. Seolah ia sudah tau pikiran Ibunya sekarang.

“Tunggu di sini. Mommy ke atas dulu,” ucap Mommy Rania tergesa-gesa seraya berlari ke lantai atas, meninggalkan Langit yang masih terduduk di sofa dengan wajah memerah karena amarah.

Di dalam kamar, Mommy Rania mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang diseberang sana untuk segera pulang ke rumah utama. Ia sungguh tidak tau harus berbuat apa. Pikirannya kalut menghadapi keputusan yang dibuat putranya.

Setelah panggilan terputus, Mommy Rania segara turun ke bawah untuk berbicara lagi pada putranya. Tapi langkahnya berpapasan dengan langkah tergesa-gesa dari putrinya—Bunga.

“Sayang, kamu sudah pulang, Nak?” tanya Mommy Rania pada putrinya itu.

“Mom, Kak Langit di mana?” tanya Bunga dengan wajah cemas seraya menatap ke segala arah.

“Itu—” ucapan Mommy Rania terputus saat menunjuk tempat terakhir Langit duduk.

“Kakak kamu mana, Nak? Kok enggak ada sih.”

“Loh, kok Mommy malah tanya Bunga sih. Kalau Mommy tanya Bunga, terus Bunga tanya sama siapa dong?” Bunga mengerucutkan bibirnya.

“Tadi kakak kamu ada di sana. Tapi sekarang, kok hilang?”

“Yasudah kalau gitu, biar Bunga cari sendiri,” ucap Bunga seraya tersenyum lembut pada Ibunya. Kemudian ia menatap sekelilingnya dan bergumam lirih, “rumah ini sudah seperti kapal pecah. Semoga saja Kak Langit tidak membatalkan pernikahannya seperti yang dia bilang.”

Bunga kemudian berlari meninggalkan Mommy Rania yang menatap putrinya dengan penuh tanya. Mommy Rania masih mendengar gumaman Bunga dan tidak bisa untuk bertanya dalam pikirannya, “Dari mana Bunga tau?” Mommy Rania membuang pertanyaan itu dan segera pergi menyusul putrinya. Ia melihat putrinya berlari ke luar rumah.

"Kakak!" pekik Bunga saat melihat Langit sedang merobek salah satu undangan pernikahan calon kakak iparnya.

Bunga berlari ke arah Langit yang sedang duduk di bangku taman. Ia menarik undangan yang sudah rusak dari tangan Langit setelah sampai di depan kakaknya.

"Kak Langit apa-apaan sih? Kenapa undangannya di rusak kayak gini! Besok 'kan kakak nikah," gerutu Bunga menatap kesal pada sang Kakak.

"Tidak masalah. Lagi pula, Kakak akan membatalkannya!" seru Langit dengan penuh penekanan.

Bunga menganga mendengar jawaban kakaknya. Ternyata yang ia khawatirkan benar-benar terjadi. Tadi ia segera ke rumah utama dan meninggalkan Bintang di salon hanya karena khawatir dengan perkataan Harry yang meneleponnya dan mengatakan bahwa kakaknya akan membatalkan pernikahan yang akan berlangsung besok. Dan ternyata yang Asisten kakaknya katakan padanya itu benar-benar terjadi.

"Tapi kenapa?" Bunga mengucapkan isi pikirannya pada Langit. Namun Langit tidak menjawabnya. Ia malah berlalu meninggalkan Bunga yang terbengong dengan pikiran semerawut.

Mommy Rania menarik tangan Langit di balik pintu setelah melihat Langit memasuki rumah. Ia tadi hanya melihat dari dalam rumah interaksi antara kedua anaknya itu. Berharap jika apa yang sudah Langit putuskan tentang pernikahan itu, tidak benar atau hanya sekedar bualan belaka.

Tapi ternyata, pembatalan yang keluar dari mulut Langit bukan sekedar bualan.

"Apa alasanmu ingin membatalkan pernikahan ini, Nak?" tanya Mommy Rania mewakili pertanyaan yang akan merundung pikiran semua orang setelah mendengar keputusan Langit.

Tapi sebelum Langit membuka mulutnya, ia sudah terkapar jatuh ke lantai. Mommy Rania yang melihatnya, segera memapah putranya itu. Lalu melihat kedua pria paru baya yang tidak ia sadari kehadirannya.

Sebuah pukulan keras di layangkan oleh Papa Zidan—Ayah dari Bintang—ke rahang Langit hingga tersungkur ke lantai. Ia sungguh kaget dan marah mendengar tentang pembatalan pernikahan putrinya. Dan yang membuat ia tak habis pikir, pembatalan pernikahan ini diinginkan oleh pria yang selama ini katanya, mencintai putrinya.

Papa Zidan tidak bisa mengontrol amarahnya. Rahangnya mengeras menatap tajam pria yang sangat dicintai putrinya. Jika ia saja sudah seperti ini, lalu bagaimana luka di hati putrinya nanti, jika mengetahui hal ini?

"Kau ingin membatalkan pernikahan ini?! Hah?! Jawab aku, Bajingan!" bentak Papa Zidan yang menarik kerah kemeja Langit. Langit hanya meringis merasakan bibirnya yang sepertinya sedikit robek.

Kekacauan benar-benar terjadi diruang keluarga Abhivandya. Kedua pria yang seharusnya akan menjadi mertua dan menantu sedang memanas karena masalah pembatalan pernikahan. Sedangkan Daddy Alam hanya duduk di sofa sambil memandang pertengkaran antara anak dan pengawalnya itu. Ia sejujurnya marah akan keputusan putranya, tapi ia tidak bisa memukul putra kesayangannya itu. Biarlah pengawalnya yang memberi pelajaran untuk anaknya, namun jika sudah diluar batas, maka ia yang akan bertindak.

"Kau ingin membatalkan pernikahan ini?! Hah?" ulang Papa Zidan.

"Iya, Pa." 

"Cuih, Jangan panggil aku papa, Bajingan!" seru Papa Zidan melepas kasar kerah kemeja Bumi.

Papa Zidan merasa hatinya sangat sakit mendengar jawaban 'iya' dari calon menantunya—atau lebih tepatnya mantan calon menantunya. Lantas bagaimana dengan perasaan anaknya? Hanya itu yang sekarang ada di pikirannya.

Papa Zidan mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu menatap Langit dengan perasaan menyayat hati. Matanya sudah memerah karena emosi yang tidak tertahan lagi. Ingin rasanya ia membunuh pria itu.

"****! Katakan sekali lagi dengan jelas, Brengsek!" 

Langit yang mendengarnya, segera mengatur nafas. Ia mengusap bibirnya yang terasa sakit. Lalu menatap Papa Zidan dengan wajah dingin dan penuh ketegasan.

Langit menekan semua emosi di dalam jiwanya. Entah kenapa, seperti ada rasa sakit yang menyeruak di dadanya. Tapi ia menampik hal itu, karena terlalu banyak amarah di hatinya.

"Saya, Bumi Abivandya! Hari ini memutuskan untuk membatalkan pernikahan saya dengan Bint—"

.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

berat ya, keputusan yang diambil, aduh kasihan ya

2022-11-09

0

Sarah

Sarah

Iya makanya... aku aja kesel.
Kau yang memulai, kau juga yang mengakhiri. nyesek

2022-10-28

2

Sarah

Sarah

Iya ini sebenarnya kenapa ya? Apa hubungannya dengan si Harry itu?

2022-10-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!