Mereka terkejut melihat wajah temannya telah berubah, segara wajah Nusa dan Tara menjadi pucat, lalu mereka berdua berteriak kencang.
Hanya wajah mereka yang berubah, sementara suara Nusa dan Tara sama sekali tidak ada perubahan.
Tangan Nusa memegang wajah Tara, begitu juga Tara memegang wajah Nusa. Nusa sekarang memiliki rambut pendek berwarna hitam, iris matanya berwarna biru tua. Nusa mengenakan kaos, celana, dan sepatu berwarna hitam, ditambah ia juga memakai jubah berwarna hitam.
Sementara Tara memiliki rambut sebahu berwarna putih, iris matanya berwarna merah muda. Tara mengenakan seragam seperti anak sekolah smp di Jepang. Ditambah Tara juga mengenakan jubah hitam sama seperti Nusa.
Tara menatap Nusa dengan tidak percaya lalu berkata.’’Tunggu, bukankah kita berdua sudah tewas?‘’ tanya Tara sambil mengingat-ingat sesuatu,’’tidak mungkin kita selamat dari ledakan dasyat itu.’’
Nusa melepaskan tangannya dari wajah Tara kemudian berkata.’’Sepertinya kita berdua sudah tewas. Aku sudah membuat cairan itu dengan daya ledak yang besar.’’ Nusa memegang dagunya dengan sebelah tangan lalu berkata lagi.’’Cairan itu sangat sensitif dengan panas, bahkan sinar matahari saja dapat memicu ledakan. Itu sebabnya gorden kamar tidak pernah aku buka.’’
Tara memegang kerah baju Nusa sambil berkata.’’Kamu gila ya! Untuk apa kamu buat bahan peledak itu?! Lihat sekarang hasilnya, kita berdua mati!’’
‘’Maaf Tara aku sangat menyesal...,’’ jawab Nusa pelan sambil menundukan kepala,’’Eee…sebenarnya cairan itu mau aku pakai buat ledakin kampus, hehehe….’’ sambung Nusa dengan malu-malu.
Tara melepaskan Nusa, dia tahu Nusa diskor dari kampus selama satu minggu karena merusak laboratorium.Tapi Tara tidak menyangka Nusa berniat meledakan kampus. Menurut informasi dari teman-teman Nusa di kampus, Nusa sudah satu bulan tidak masuk kampus.
Tara duduk lemas di atas rumput, dia memegang lututnya dan mulai terisak. Nusa mengusap kepala Tara, mencoba menenangkannya. Tara menepis tangan Nusa dan berkata.’’Harusnya aku gak ketemu kamu hari ini. Coba kamu pikir, sekarang kita sudah mati! Terus, ayam goreng yang aku pesan siapa yang makan?! Mana tv lupa aku matiin lagi, bulan depan tagihannya pasti naik.’’
Tara menghela napas berat, dia menatap Nusa dengan sedih lalu berkata lagi.’’Nusa…,sebelum aku pergi ke kontrakan kamu, aku selalu gelisah.’’
‘’Kamu gelisah kenapa?’’ tanya Nusa heran karena Tara sebelumnya tidak pernah gelisah.
Tara menunduk lalu berkata dengan malu-malu.’’Sepertinya aku gelisah karena belum membunuh orang. Kalau bisa aku peng—‘’
Sebelum menyelesaikan perkataannya Nusa sudah memotong dan berkata.‘’Itu ada orang.’’ Tara langsung berdiri dan melihat ada seseorang di ujung hutan.
Tara berlari cepat menghampiri orang itu. Tiba-tiba sebuah sabit muncul dari tangan kanan Tara. Tara memegang kuat sabit itu, tanpa basa basi Tara langsung menebas tubuh orang itu. Satu tebasan, dua tebasan, tiga tebasan, Tara terus menebas sampai 84 tebasan. Orang itu terpotong-potong seperti dadu. Sabit Tara bercucuran darah segar, dalam sekejap mata darah itu menghilang terserap kedalam sabitnya.
Tidak lama sebuah rombongan keluar dari dalam hutan, mereka seperti rombongan bandit yang bengis. Tara berlari menyerang rombongan itu. Mereka yang tidak menyadari kedatangan Tara sangat terkejut dan tidak siap menghadapi serangan Tara.
Tara berlari dengan cepat, dia mengayunkan sabit besarnya ke arah 2 pria yang memegang pedang. Tara mengayunkan sabitnya secara horizontal, tubuh ke-2 pria itu langsung terbelah menjadi 2, Tara membalikkan badannya dan menebas 1 pria yang memegang tombak dan perisai menjadi 7 bagian
Seorang pria mengayunkan pedangnya ke arah Tara, Tara melompati tubuh pria itu. Pria itu terkejut melihat Tara melompatinya, kepalanya mengikuti tubuh Tara. Saat kepala pria itu sepenuhnya berbalik ke belakang, ujung sabit Tara menusuk hidungnya lalu menariknya seperti kail pancing. Kepala pria terbelah menjadi 2 bagian.
Kini tersisa 1 pria berbadan kecil, pria itu sangat ketakutan. Saking takutnya pria itu sampai terkencing di celana, dia berteriak histeris sambil merangkak menjauhi Tara. Tara tersenyum jahat, dia sangat menikmati penderitaan pria itu.
Tara menginjak tubuh pria itu lalu mengayunkan sabit besarnya, pria itu tiba-tiba menjadi diam. Rupanya kepala pria itu sudah terpisah dari tubuhnya. Tara terlihat puas setelah membantai semua rombongan itu.
5 mayat tergeletak didekat Tara, mereka semua mati dalam keadaan mengenaskan. Tetapi tidak ditemukan bercak darah di tubuh mayat-mayat itu karena terserap ke dalam sabit milik Tara.
Nusa menghampiri Tara, dia mengambil barang-barang yang di tinggalkan rombongan itu lalu menyimpannya di ruang tunggu miliknya.
Saat didekati Nusa, Tara tersenyum malu-malu, dia lalu pergi ke dalam hutan meninggalkan Nusa sendiri. Tidak lama terdengar suara pohon tumbang dari dalam hutan, suaranya terdengar kencang. Tidak hanya satu kali, tapi suara itu terdengar beberapa kali.
Ternyata itu ulah Tara yang mencoba sabit besar miliknya.
Tara melihat sabit besar di tangannya dan berkata.’’Sabit ini luar biasa, selain sangat tajam, dia juga ringan saat di ayun. Cocok untuk membunuh dalam jumlah banyak. Oh iya, kenapa aku lari dari Nusa? padahal dia tidak berbicara sepatah katapun!’’
Tara tersenyum girang dan keluar dari hutan, dia melihat Nusa sedang berlutut dan fokus memperhatikan sebuah batu. Setelah Tara sampai, Nusa berkata.’’Tara sekarang kita tidak perlu khawatir. Aku sudah tau kemana kita akan pergi.’’
Tara bingung melihat Nusa sangat percaya diri lalu berkata.’’Sekarang kita harus pergi kemana?’’
’’Tara kamu liat di batu ini ada lumut. Jadi kita akan pergi ke arah lumut ini. Karena lumut selalu menunjuk ke peradaban.’’ jawab Nusa sambil menunjuk ke arah sebuah batu.
Tara tertawa dan mengejek Nusa karena percaya dengan mitos lumut adalah penunjuk peradaban. Tara tidak percaya mitos-mitos seperti itu dan memilih berjalan berlawanan dengan lumut itu. Nusa mengikuti Tara tanpa banyak bicara. Tanpa disadari jalan yang dipilih Nusa dan Tara adalah daerah yang berbahaya. Sedangkan lumut itu menunjuk ke sebuah kota besar.
...*****...
‘’Tara lari!’’ Kaki Nusa bergerak sangat cepat di dalam hutan, Nusa melompat dari pohon satu ke pohon lain.
Dari arah belakang seekor ular raksasa mengejar Nusa dan Tara. Ular itu terlihat marah dan mengamuk menghancurkan hutan.
‘’Nusa makhluk apa itu?! Mustahil ada ular sebesar gajah,’’ teriak Tara panik sambil berlari menghindari gigitan ular yang mengganas.
‘’Mana aku tau?! Mungkin saja itu bapak konda.’’ Nusa melempar batu kecil ke arah Tara dan berkata kembali.’’Tara pakai sabit kamu untuk membunuh ular itu.’’
Tara masih sibuk menghindari akar-akar pohon didepannya, akar-akar itu seperti siap menjeratnya kapan saja.
’’Sabitnya sudah menghilang, dia gak mau keluar lagi. Kalaupun ada, mustahil aku bisa membunuh bapak konda itu.’’ teriak Tara panik sambil berlari kencang.
Tara yang panik tidak bisa berpikir jernih dan terus saja berteriak ketakutan. Nusa meminta Tara untuk lari mengikuti cahaya, sementara Nusa berbalik arah siap melawan ular itu. Tara menuruti permintaan Nusa, dia berlari lurus mengikuti cahaya.
Bomm...
Suara ledakan terdengar dari dalam hutan, burung-burung mulai berterbangan keluar dari hutan. Tara tidak memperdulikan itu, dia terus berlari. Perlahan cahaya terang menyinarinya, membuat Tara mengerutkan matanya karena silau.
Tara terkejut melihat Nusa sudah ada didepannya. Nusa berdiri tegak sambil memegang suatu benda di tangannya, benda itu nampak berkilau. Tara menghampiri Nusa dengan terengah-engah, napas Tara terasa hampir habis.
Nusa memasukan benda itu ke dalam saku dan berkata sambil tersenyum.’’Mau minum dulu?’’ Nusa menyodorkan satu botol air pada Tara, botol itu berwarna coklat gelap dan terbuat dari labu madu. Tara mengambil botol minum itu lalu meminumnya dengan tergesa-gesa.
‘’Tara, sepertinya kita sudah keluar dari hutan menyeramkan ini. Coba kamu lihat disana! Ada sebuah benteng besar, otomatis di dalamnya ada kota.’’ Telunjuk Nusa mengarah lurus ke depan.
Nusa dan Tara berjalan menuju benteng tersebut. Mereka sangat senang bisa keluar dari dalam hutan setelah 13 hari tersesat dan hampir mati dimakan monster-monster ganas.
...******...
"Tolong! siapapun tolong kami!" teriak seorang ganis dengan panik.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?" ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba saja muncul dari belakang sang ganis.
Ganis itu menyeka air matanya lalu berkata sambil terisak. "Tolong selamatkan teman saya tuan, saya janji akan melakukan apapun asal teman saya selamat."
Laki-laki itu melihat teman sang gadis yang terluka parah, dia memiliki beberapa luka sayatan di tubuhnya serta kedua tangannya terputus.
Laki-laki itu meletakkan tangannya di dahi teman si ganis, tiba-tiba muncul cahaya keemasan dari tangannya. Luka teman si ganis perlahan menutup, bahkan tangannya yang putus kembali seperti semula.
Teman si ganis berhasil melewati masa kritis, dia berterima kasih pada si lelaki itu. Lelaki itu mengusap kepala si ganis dan berkata. "Nona jangan sungkan, kalau ada masalah Nona bisa minta bantuan pada saya. Oh iya, nama saya Nusa. semoga kita bertemu lagi."
Pria itupun pergi dari hadapan sang wanita dan temannya yang belum sadarkan diri.
...******...
Gerbang kota itu nampak besar dan kokoh. Orang-orang mengantre di luar benteng, antrean itu cukup panjang. Setiap orang diperiksa identitas serta barang bawaannya. Jika mereka tidak bisa menunjukan identitasnya maka akan di curigai sebagai kawanan bandit.
Wajah Tara sedikit pucat, dia tidak memiliki kartu identitas. Tara berpikir dirinya akan dicurigai sebagai bandit. Sementara itu Nusa menghilang entah kemana.
Orang-orang mulai membicarakan Tara secara diam-diam, mereka terpesona melihat pakaian Tara yang sangat indah serta kecantikannya yang membuat siapa saja terpana.
‘’Selanjutnya!’’ kata seorang penjaga sambil menulis sesuatu di kertas. Tara menghampiri sang penjaga yang duduk di kursi, penjaga itu meletakan pena dan kertasnya di atas meja lalu berkata dengan dingin. ’’Tolong tunjukan kartu identitas kalian!’’
Tara terkejut mendengar perkataan si penjaga, karena dia merasa mengantre sendirian. Dia memutar kepalanya, ternyata Nusa ada dibelakangnya.
’’Saat di perjalanan, kereta kuda kami dimakan oleh monster, semua barang bawaan kami di makan, termasuk kartu identitas yang disimpan di dalam pedati.’’ ucap Nusa dengan nada memelas.
Penjaga itu menghela napas dan berkata.’’Dimana kalian bertemu moster seganas itu.’’ Nusa juga menghela napas lalu berkata sambil tersenyum pahit.’’Kami diserang di dalam hutan besar Erih, tepatnya disebelah utara kota ini.’’
Mendengar perkataan Nusa, sang penjaga mengubah posisi duduknya menjadi tegak dan sangat serius mendengarkan cerita Nusa. Dia beranggapan orang-orang yang memasuki hutan besar Erih sangat kecil kemungkinan untuk selamat, apalagi jika mereka bertemu dengan monster.
Sang penjaga memberikan dua lembar kertas polos berwarna coklat, ia meminta Nusa dan Tara menempelkan tangannya di atas kertas tersebut. Tidak lama muncul tulisan di atas kertas polos itu.
[IDENTITAS]
NAMA : TARA KIRANA
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
TINGGI BADAN : 167 CM
RAS : KUYANG
UMUR : 15 TAHUN
GELAR : BANGSAWAN GOLD III
PEKERJAAN. : PELAJAR
Sementara isi kertas milik Nusa seperti berikut.
[IDENTITAS]
NAMA : NUSA WIRA
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
TINGGI BADAN : 175 CM
RAS : MANUSIA
UMUR : 17 TAHUN
GELAR : GELANDANGAN
PEKERJAAN : MENGEMIS
Semua orang terkejut mengetahui ada bangsawan ikut mengantre. Para penjaga yang duduk langsung berdiri dan memberikan hormat. Nusa dan Tara dipersilahkan masuk tanpa perlu melewati pemeriksaan lainnya.
Masuk ke dalam kota, Tara dibuat takjub dengan keadaan kota yang indah. Jalanannya terbuat dari bebatuan yang disusun rapi, terdapat beberapa air mancur serta tiang-tiang kecil guna menerangi jalan. Orang-orang banyak berkumpul di alun-alun kota. Dipinggir jalan terdapat toko-toko yang menjajakan aneka jenis makanan serta kebutuhan sehari-hari. Tara berlarian di tengah jalan, dia tidak bisa menahan pesona kota.
Setelah puas berlarian kesana-kemari, Tara menghampiri Nusa.Tara melihat pakaian Nusa berubah menjadi lusuh dan terdapat banyak lubang. Tara memperhatikan Nusa dan berkata.’’Nusa, sebelum kita diperiksa, baju kamu masih keren. Tapi sekarang, kamu kaya gembel.’’ Tara tertawa melihat temannya berubah menjadi gelandangan.
Nusa mengerutkan dahinya, dia sedikit kesal dengan Tara yang mengejeknya. Nusa berkata. ‘’Ini namanya penyamaran. Lagi pula sebelum kita mengantri aku sudah mengubah penampilan. Kamu aja kurang memperhatikan.’’
Tara tidak henti tertawa, dia memegang perutnya karena tidak kuat melihat penampilan Nusa. Nusa mencubit hidung Tara sampai memerah, Tara akhirnya berhenti tertawa.
Nusa melepaskan hidung Tara dan berkata.’’Kamu pergi cari penginapan, usahakan penginapannya murah. Aku mau pergi sebentar lalu kita bertemu di alun-alun ini pada sore hari."
Nusa memberi Tara beberapa keping uang logam, lalu dia berjalan ke arah kerumunan dan menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
☬Wil-kun
agak laen nih cerita
2022-12-24
2
V.MaryGrace
Spongebob njirrr
2022-11-18
1
Yuzaki Kazu
dapet uang dari mana
2022-10-11
1