Seharian ini Tara sibuk mencari penginapan, dia berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai. Tara bingung kemana lagi mencari penginapan dengan harga murah.
"Kenapa harus aku yang mencari penginapan, sih." Tara menendang batu. "Padahal si NUSA menyebalkan itu hanya keluyuran tidak jelas."
Tara benar-benar kesal, rasanya dia ingin menghancurkan seluruh kota. Dia terus menendang batu di sepanjang jalan, menyebabkan belasan tembok rumah berlubang akibat ulahnya.
‘’Arghh..." Tara meninju dinding sampai porak-poranda.
"Apa yang kau lakukan, Nona!" bentak pemilik rumah marah.
"Aku tidak melakukan apapun," jawab Tara dingin. "Jangan berani mengancamku, Tuan."
Pemilik rumah mengambil pedang, bergegas menghampiri gadis malang itu. "Kau pikir aku orang bodoh, Hah! Jelas-jelas rumahku hancur karena ulahmu, Nona." Pemilik rumah melotot, menodong Tara dengan pedang tajamnya.
"Aku bilang jangan mengancamku!" Tara berseru galak. Dia mencengkram pedang sampai hancur.
BUM... Satu pukul keras menghantam perut si pemilik rumah. Pukulan Tara menyebabkan lubang besar yang menganga.
"Aku tidak ingin berurusan dengan orang menyebalkan." Tara memercikkan darah di tangannya. Dia bergegas pergi dari gang sempet itu.
Di ujung gang, Tara menyipitkan mata. Sesosok makhluk paling menyebalkan tersenyum sambil melambaikan tangan.
"Kamu dari mana saja, Nusa!" sergah Tara. "Aku lelah mencari penginapan murah di kota."
"Kebetulan aku baru saja menemukan penginapan murah. Kita pergi ke sana." Nusa melipat celananya yang kepanjangan.
’’Oh iya, aku punya kabar baik dan buruk untukmu,’’ ucap Nusa santai.
"Apa maksudmu?!" tanya Tara serius.
"Pertama kita berada di Kerajaan Bhayangkara, tepatnya di kota Carani. Kota ini tidak terkenal, tidak memiliki pemasukan stabil dan juga rawan hancur. Satu-satunya kelebihan kota ini hanya pemandangannya yang indah serta penduduknya yang ramah. Itu kabar baiknya."
"Lalu kabar buruknya."
"Kabar buruknya adalah kita berdua sudah mati. Entah bagaimana caranya, kita terlempar ke dunia game yang sering dimainkan. Game Jelajah Benua."
Wajah Tara berubah pucat, keringat dingin mengucur di sepanjang jalan. Bagaimanapun kini dia dan Nusa telah tiada di dunia nyata. Sekarang keduanya kemungkinan terjebak di dunia baru bernama Jelajah Benua.
"A-apa mungkin kita bisa pulang ke rumah, Nusa." Tara berkata serak.
Nusa tersenyum jahat. "Untuk apa kita pulang, Ra. Sekarang kita berada di dunia Jelajah Benua. Artinya kita bebas untuk melakukan apapun. Misalnya kita bisa mencuri atau mengambil separuh atau semua harta orang lain tanpa batas."
"Kamu tidak memikirkan perasaan orang yang hartanya di rampas. Mereka juga berhak bahagia!" Tara bersungut-sungut.
"Dengar ya, Tara. Sekarang kita tidak tinggal di bumi lagi. Jadi kita bebas untuk mengambil harta orang lain, yang kuat yang berkuasa! Lagi pula mereka tidak perlu sedih, kenapa? Karena setelah kita ambil hartanya, mereka tinggal kita bu..."
"Oke, aku setuju!" potong Tara tegas. "Bilang dari awal. Maaf aku sedikit emosi."
Nusa kembali tersenyum, dia berhasil meyakinkan Tara.
...********...
Delapan jam berlalu, Nusa menatap gelapnya langit, dia terpesona melihat gugusan bintang-gemintang yang indah.
Nusa menatap kota, bangunan warga nampak kecil di atas penginapan yang terletak di ujung bukit.
"Hachii..."
Nusa mengelap lendir di hidung. Angin dingin menusuk tubuhnya dengan ganas. Membuat pemuda itu terkapar di atap penginapan.
"Dingin sekali malam ini," gumam Nusa. "Andai aku tau Tara tidak suka berbagi. Mungkin aku memesan dua kamar."
Nusa menggigil kedinginan. Dia akhirnya masuk ke dalam kamar, melihat Tara sedang tertidur pulas berbalut selimut tebal.
"Mizufusen!" Nusa mengangkat tangan, lingkaran aneh muncul di depannya.
Tiba-tiba gumpalan air menyelimuti Tara. Tara yang tidak siap langsung terbangun, tangannya mencoba meraih sesuatu untuk keluar. Sayangnya balon itu sangat kokoh, tidak pecah walau di pukul kencang.
Tara menggeliat, dia terus meminum air tanpa henti. Tenaganya hampir habis, dia seolah berada diambang kematian.
Keadaan Tara semakin genting, pandangannya mulai kabur. "Nu-nusa tolong aku!" Tara melambai ke arah sahabatnya.
Nusa tidak bergeming, dia bahkan memalingkan wajah.
Tara mengigit bibir kuat, darah segar mewarnai balon air. Tiba-tiba Sabit besar muncul di tangan kanannya. Sabit itu menghisap semua air sampai tak tersisa.
"Apa yang kamu lakukan, Nusa." Tara mencengkram kerah pakaian Nusa.
"Hehehe... Maaf aku cuma iseng, gada kerjaannya soalnya." Nusa cengengesan tidak jelas.
"Oh!" Tara memegang baju Nusa lalu melemparkannya keluar jendela.
"Death Boost!"
Tubuh Nusa melesat kencang keluar jendela, dia bak peluru yang dilepaskan dari senapan. Nusa terlempar jauh sampai keluar kota.
Sihir yang Tara gunakan sangat mengerikan. Dia bisa membuat benda yang disentuhnya meluncur kuat seperti peluru. Jika sihir itu digunakan pada makhluk hidup, maka 10 detik setelah sihir itu dilepaskan tubuh makhluk itu akan hancur berkeping-keping.
Sayangnya itu tidak berlaku untuk makhluk menyebalkan seperti Nusa. Dia tidak mengalami luka, padahal kepalanya menghantam batu besar hingga terbelah dua."
"Destroy." Nusa menyentuh batu besar itu.
Batu raksasa itu hancur berkeping-keping. Nusa tidak melihat apapun kecuali bola kristal berwarna gelap yang jatuh tepat di bawah kakinya.
Nusa mengepal-ngepalkan tangannya" Aku rasa kekuatan sihirku tersegel 80%. Namun semua skillku terbuka 100%. Ya, walaupun begitu, sekarang aku lega karena sudah membebaskan Sihir Tara yang tersegel."
Nusa merapal 2 sihir sekaligus. Dia menyembunyikan sihir pelepas segel dalam sihir gelembung air. Dan pada akhirnya Nusa terkena karma karena sudah menyiksa Tara. 80% sihirnya tersegel dan tidak bisa dilepas dalam waktu lama.
Nusa berjalan ke dalam hutan. Dia mengubah penampilan.
Nusa memakai kaos lengan panjang berwarna biru, di hiasi warna putih. Dia juga memakai celana hitam pendek, dipadukan dengan sandal jepit ala anak pantai. Sementara kepalanya ditutupi topi jerami berwarna emas. Penampilan Nusa sekarang mirip kapten bajak laut.
Nusa kembali ke kota, berjalan di gang yang sepi. Sebelum keluar dari gang langkahnya terhenti, seluruh tubuhnya mendadak merinding tidak karuan.
"Aku merasakan ada aura misterius disekitar sini." Nusa mengusap bulu roma.
Tiba-tiba sebuah tangan dengan kuku panjang hitam dan kulit pucat memegang bahunya. Saat Nusa membalikkan badan, sesosok wanita berambut panjang menatapnya dengan mata merah menyala.
Nusa yang terkejut berteriak histeris layaknya wanita.
"Nusa! Sadar Nusa! Ini aku, Tara."
Nusa takut bukan tanpa alasan. Itu semua karena skill pasif milik Tara, yang membuat lawannya berhalusinasi, lalu memberikan tekanan yang mengerikan.
Butuh tiga puluh menit menenangkan Nusa. Dia benar-benar dibuat trauma melihat ilusi yang mengerikan.
"Aku tidak mau lagi melihat hantu." Nusa meneguk air. "Hantu itu menyeramkan."
"Siapa suruh membuat karakter hantu di dunia ini." Tara tertawa. "Orang penakut sepertimu tidak cocok hidup di dunia ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments