Keluarga Atau Alat

Di dalam mobil Aira terus saja melamun. Andai ia di besarkan orang tuanya sendiri mungkin sekarang nasibnya akan berbeda, ia tak akan menikah dengan Aldi yang cacat dan ia juga tak akan memiliki adik ipar yang sombong, dingin, kurang ajar serta menjengkelkan seperti Aldo.

...Lama Aira merenung akhirnya ia menepis segala pemikirannya, bagi dirinya di dunia ini nggak akan ada kata seandainya. Nasi sudah menjadi bubur, ia harus menerima Aldi dengan segenap hatinya. Meskipun Aldi cacat tapi ia peduli dan menghormati Aira, tidak seperti Aldo yang menjengkelkan....

Mobil milik keluarga Pangestu memasuki halaman rumah milik keluarga Sanjaya. Aira menghembuskan nafas beratnya, baginya ini memang rumah tempat ia di besarkan tapi di sini juga tempat ia banyak mendapatkan penderitaan.

Sesampainya di dalam rumah, Aira tidak begitu di sambut. Gisel terlihat begitu angkuh sambil memandang rendah pada Aira, ia terlihat begitu sinis.

..."Hmm, sepertinya gadis ini tidak di terima dengan begitu baik di sana, buktinya dia pulang hanya di antar oleh seorang pelayan tanpa di dampingi suami atau adik iparnya!" Gisel melirik ke arah Aira dan Burhan bergantian dan berbicara dalam hatinya...

"Nyonya Sanjaya, ini tanda permintaan maaf dari tuan saya, beliau merasa kurang enak badan sehingga dia tidak bisa menemani nyonya Aira datang berkunjung!" Burhan tersenyum semirik sambil mengulurkan selembar cek bernilai 2 milyar.

..."Apa! Banyak sekali, kenapa Aldi memberikan cek sebesar itu pada tante?" Gisel melongo sambil bicara dalam hatinya....

"Oh my good! Ternyata nak Aldi begitu menyayangi Aira ya, dia sampai repot-repot menyiapkan cek segala!" Gisel berbicara sambil tangannya langsung menyambar cek yang di ulurkan Burhan padanya.

"Sampaikan terima kasih ku untuk nak Aldi ya pak Burhan!" Gisel tersenyum lebar

..."Ternyata yang dikatakan Aldo memang benar, siapa yang datang tidaklah penting bagi mereka asalkan ada uang itu sudah lebih dari cukup. Ternyata aku memang terlalu polos!" Aira bicara dalam hati merasa pilu melihat keadaan dalam keluarga pamannya....

"Nyonya saya akan kembali ke kediaman Pangestu lebih dulu, nanti sebelum jam makan malam saya akan kembali menjemput anda!" Burhan bermpamitan pada Aira dan memperdulikan Gisel yang tengah asyik menatap cek dari Aldi.

..."Tidak perlu pak Burhan, nanti aku akan pulang sendiri.." Aira merasa tak enak hati....

"Tidak bisa begitu nyonya, anda adalah Nyonya keluarga Pangestu. Anda begitu berharga bagi keluarga Pangestu bagaimana bisa anda pulang sendiri, tuan pasti akan marah!" Burhan bicara sambil melirik ke arah Gisel.

"Kalau begitu saya pamit dulu nyonya!" Lanjutnya lagi.

"Burhan biar aku antar kamu keluar!" Gisel berusaha terlihat ramah di hadapan Burhan.

..."Tidak perlu" Burhan melambaikan tangannya ke atas sambil berlalu pergi meninggalkan rumah keluarga Sanjaya....

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki menuruni anak tangga.

"Ibu apakah itu cek?" Putri ke dua keluarga Sanjaya terlihat begitu heboh melihat cek yang di pegang ibunya.

..."Menyingkirkan, uang ini akan ibu gunakan untuk pesta ulan tahun Lita kakak mu!" Gisel menyingkirkan tangan Dona dari cek itu....

"Ibu kamu terlalu pilih kasih, aku juga putri mu dan lagi hanya pesta ulan tahun masa uang 2 milyar habis hanya untuk itu!" Dona menyilangkan tangannya di dada sambil manyun menahan kesal.

"Lita adalah anak pertama keluarga ini, dia adalah harapan keluarga ini untuk mendapatkan kehormatan dengan menjodohkan dia! Segala sesuatu tentangnya haruslah mewah!" Gisel tersenyum licik.

..."Menyingkirkan jangan mengganggu!" Lanjutnya lagi....

"Dona pergilah, minta pelayan untuk menyiapkan makan siang!" Gisel melirik ke arah Aira yang dari tadi hanya diam memperhatikan mereka berdua.

"Apa, aku... suruh saja Aira yang melakukannya! Bukankah biasanya dia yang melakukan itu" Dona melirik ke arah Aira dengan sinisnya.

..."Kamu pikir kamu sangat hebat karena sudah menjadi nyonya di keluarga Pangestu heh" Matanya menatap tajam ke arah Aira....

"Aku akan melakukannya tante..!" Aira merasa risih dengan tatapan tajam dari Dona.

..."Tidak perlu, kau istirahat saja aku akan menyuruh pelayan melakukannya!" Gisel segera beranjak memanggil pelayan agar segera menyiapkan makan siang....

Pelayan telah selesai menyiapkan makan siang, Gisel dan ketiga putrinya duduk makan siang bersama Aira. Andra paman Aira sedang bekerja di kantor jadi tak bisa ikut makan siang bersama mereka.

..."Hey Aira, apa kau sudah melihat wajah Aldi? Apakah wajahnya dan seluruh tubuhnya penuh dengan luka bakar? Oh ya ngomong-ngomong apakah senjata miliknya masih berfungsi dengan baik dalam keadaan kesehatannya yang begitu?" Dona memulai pembicaraan duluan sambil tersenyum mengejek pada Aira....

"Sebenernya apa sih maksud dia bicara begitu?" Aira berbicara dalam hati merasa risih dengan perkataan Dona.

..."Dona, jadi seorang wanita yang bermartabat kau harus punya etiket yang baik!" Gisel mencoba menghentikan tingkah putrinya....

"Cih, tidak di jawab pun aku sudah tahu jawabannya, terlihat jelas di wajahnya" Dona masih saja meneruskan aksinya.

..."Wajah menyedihkan yang bicara aku tak dapat kesenangan dan kepuasan seperti itu dari suami ku!" Dona bicara sambil menertawakan Aira yang tak juga menanggapi ucapannya....

"Sepertinya kamu punya banyak pengalaman dalam hal seperti ini Dona!" Aira menjawab dengan santai dan tersenyum ramah, meski dalam hatinya ia merasa dongkol dengan pernyataan Dona yang terus menerus mengejek Aldi suaminya.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Cinta yang tak dapat di rasa

Kasih yang tak pernah ada

Dunia yang begitu kejam

Seakan tak ada rasa yang bisa ku terima

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!