5. Pagi Hari Di Rumah Dila

Sepulang di rumah sakit aku langsung ke rumah Dila, membayangkan ngerujak pagi-pagi sudah ngilu duluan aku. Turun dari angkot kebetulan ada tukang bubur ayam lewat. Sekalian saja aku beli 2 porsi untuk sarapan. Hanya dua karna kevin pasti sudah berangkat ke sekolah.

Sampai di rumah Dila, riweh sekali dia pagi ini. Di meja makan sudah berserakan aneka buah, ada mangga, timun, bengkoang, belimbing, jambu, gula merah, cabe dan cobek hitam.

" wah, ngerujak beneran ini, lengkap banget " kataku terheran-heran melihat buah yang begitu banyak hanya untuk dua orang saja

" iya beb, biar puas, sisanya juga bisa disimpan di kulkas nanti"

" ini ada bubur ayam, tadi pas turun dari angkot ada tukang bubur yang lewat"

"wah, enak banget kayaknya" mata Dila berbinar-binar hanya melihat bubur ayam.

Dila langsung mengambil dua mangkok dan menuangkan bubur ayam.

"Beb, ini buburnya buat aku semua ya, aku kan berdua"

"iya iya buat kamu semua gak papa" kataku sambil tersenyum nyaris tertawa tapi aku tahan takut kena amuk bumil.

" tak ganti pake ini ya" Dila menyodorkan semangkok besar mi instan rasa laksa Singapore

" wah Dil, enak banget ini, ini kok banyak banget porsinya?"

" iya itu mi nya dua bungkus, aku tahu kalo kamu lope banget sama mi itu" Dila terkekeh

"sama ibu juga, baik kan aku"

"iya baik banget, " kataku sambil menyedot good day freeze yang es nya banyak.

sambil makan mi buatan Dila,

" udah berapa minggu? " tanyaku

" udah 6 minggu beb"

" Alhamdulillah, seneng ya kak kevin mau punya adek."

" iya, hehe"

Dalam hatiku, seandainya aku sudah menikah mungkin aku sudah punya anak kali ya, tapi menikah dengan siapa? aku maunya sama Harun, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda yang menjurus ke aku dan Harun. Duh Gusti, pripun niki Gusti?

" eh, kok ngalamun? mi nya dimakan jangan cuma diaduk aduk. ini aja udah habis bubur ayamku" kata Dila membuyarkan lamunanku.

" iya iya ..."

"mikirin apa sih?" selidik Dila

" Harun lagi?" tambahnya

"Bukan" jawabku sekenanya

" Dil, aku kemaren lihat ada bangunan rumah belum jadi tapi bagus banget Dil, kayak rumah impian aku jaman dulu."

"Di mana? di seberang parkiran"

" punya siapa? tanya Dila

" kata Doni sih punya orang yang yang mau nyewa parkiran."

" semoga dia masih single ya Beb. hehehe" Dila nyengir, dia tahu aku lebih seneng dengan kata sibgle daripada jomblo.

"ayo mulai aja yuk ngerujak nya."

"iya , iya aku ikutan ngiler juga nih, buahnya seger seger. beli dimana?"

" di toko buat depan sekolah kevin itu lo, lengkap banget di sana, bagus-bagus juga"

Aku mulai mengupas buah dan mencucinya, biar nanti Dila sendiri yang memotong buahnya, mau di iris atau di parut biar bumil aja. Dila mengulek sambel gula merahnya semangat banget, dan banyak. memang habis segitu banyaknya.

sambil nunggu Dila ngulek, iseng iseng aku cekrak cekrek buah dan Dila yang sedang ngulek.

"kirim ke aku ya fotonya"

"hahaha iya jelas dong, bumil sadar kamera ternyata"

"iya dong, sekalian buat story di wa kamu, siapa tahu ada yang mau ikutan ngerujak di sini. "

" ide bagus, banyak juga rusaknya"

sudah aku post. ada beberapa yang sudah melihat. ada sebuah pesan balasan.

'ngerujak mbak ma? aku ikutan dong, jenuh aku di rumah sendiri '

"Dea mau ikut ngerujak Dil"

"Dea temen kamu?"

"iya"

"boleh boleh, selama yang mau ikut para wanita bolehin aja Beb"

' iya ke sini aja, yuk ditunggu, ini lagi di rumah Dila, temenku yang rumahnya di perumahan asri indah , tahu kan? '

' o iya tau '

Semoga Dea nggak kesasar, batinku

"Dil, Dea ini perawat baru yang lagi di deketin Dokter Reno"

" iya po? wah kebetulan nih, penasaran aku"

"tapi kami nggak papa kan beb?" tambah Dila.

" tentu saja gak papa Dil, emang aku kenapa? aku sama Dokter Reno juga nggak ada hubungan apa-apa. pikiran dan hatiku masih penuh dengan tulisan Harun Ar-Rasyid, pria dari desa anak Pak Mijo petani kopi yang kopinya uenak, tapi masih enak good day freeze. hahahaha" kataku sambil tertawa.

" kamu itu lo, kalau beneran jadi mantunya apa masuh berani ngeledek gitu?"

" berani kalau cuma sama kamu, kalau ada Pak Mijo aku mengkerut, gak berani boros nafas aku, takut dikira rebutan" kataku masih tertawa.

" semoga ya Beb bisa segera ketemu Harun, aku yakin Allah mendengar doaku dan doamu."

ponsel Fatma berdering,

"Halo mbak, aku udah di luar" telfon dari Dea rupanya.

" o iya bentar ya"

"nggak kesasar kan" tanya ku

"nggak mbak, kemaren malam aku habis ke sini jadi nggak mungkin kesasar? hehe" jawab Dea.

"kamu kesini?"

" Iya mbak, aku sama Dokter Reno nganterin martabak titipan Dokter Pandu."

"kamu sama Dokter Reno? bentar, bentar" aku mengernyitkan dahinya.

" sudah sampai sini ya mbak Dea"

" iya mbak" jawab Dea tersenyum.

" Tadi malam Dea dari sini ya Dil?" selidikku

Dila sendiri terlihat bingung.

" maaf mbak, kemaren malam sebenarnya saya kesini sama Dokter Reno nganterin martabak " jelas Dea malu-malu.

" ohh iya iya, kemaren malam pengen banget makan martabak, setelah lihat storynya mas Reno lagi makan malam di pujasera kan ya? nah di background nya itu ada banner warung martabak. hehehe pengennya cuma martabak itu. mau pesen lewat jemputfood kayake blm daftar jadi nggak ada. maaf ya jadi ngrepotin" kata Dila panjang lebar. Memang kehamilan Dila ini ada banyak ninu-ninunya.

Aku tersenyum sendiri, 'berhasil juga Dokter Reno, dan gerak cepat sat set'. rasanya ingin tertawa keras. tapi tidak mungkin, nanti aku dikira gila ketawa sendirian tanpa sebab yang jelas juga.

" kapan jadian sama Mas Reno? kok mas Reno nggak pernah cerita?" tanya dila sambil memotong buah yang sudah aku cuci tadi

" nggak jadian mbak, tapi saya bingung, karena mas Reno mau langsung melamar katanya."

" maaf mbak mbak saya bingung mau curhat sama siapa, saya baru satu bulan di sini. belum punya banyak teman, baru kenalnya sama mbak Fatma" wajah Dea benar-benar bingung.

"iya nggak papa De cerita aja, oya ini dimakan rujaknya," kata Dila sambil menyodorkan baskom berisi aneka potongan buah yang dicampur aduk.

" wah seger nih..." langsung kuambil sepotong bengkuang, dan kucocolkan ke sambel rujak.

enak tapi pedes, memang mantap selera Dila.

" Trus kamu gimana perasaannya ke Mas Reno?" tanya Dila to the point.

Dea cuma tersenyum malu.

"karena Mas Reno itu orangnya gercep jadi kamu juga harus sat set. kalo kamu iya, ya bilang iya," mantap sekali kata kata Dila.

Dea tampak berfikir sambil ngunyah rujak.

" iya mbak, Terimakasih ya mbak, awalnya saya ragu, masak iya baru kenal langsung dilamar, tapi setelah lihat Dokter Reno baik, nggak ada alasan buat nolak ya mbak" kata Dea.

Aku dan Dila ngangguk dan tersenyum.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!