Di salon, sambil kepalaku dipijat kubuka kembali akun stagramku. Entah kenapa aku masih belum bisa menghentikan kebiasaan Burukku ini. Ada postingan story baru. Ini foto Harun, iya benar ini Harun. Tampan sekali dia sekarang, wajahnya semakin manis dengan lesung pipi di pipi kirinya. Semakin manis dengan sisa senyum yang masih terlihat. Dan benar kata Dila, lagi-lagi tempatnya sama. Tempatnya seperti coffee shop dan minuman Harun seperti es kopi. Wahh sama dong kayak kopi yang barusan aku minum. semoga kopi itu adalah good day freeze. Hahaha...
Tidak ada obrolan banyak dengan Dila hari ini. Dia sangat menikmati perawatannya, sama seperti aku, dia memilih hair mask dan perawatan kuku. Dia terlihat sangat lelah, meskipun tidak bercerita tapi aku tahu dia baru saja menangani orang melahirkan. Sama seperti aku, setiap hari ada saja orang melahirkan. Dan aku sangat menikmati pekerjaanku ini, menjadi saksi hadirnya kehidupan baru, wajah bahagia sepasang orang tua baru.
Sampai di kosan, kulepas hijabku dan kupandang lekat-lekat wajahku di cermin. Suka sekali dengan rambut yang terlihat rapi dan wangi setelah di Hair mask. meskipun ketika keluar kamar tidak pernah terlihat tapi aku terhitung rajin perawatan rambut, dari hair mask, kadang creambath, kadang aku catok lurus kadang aku buat ikal, nge blow. Suka saja, tidak untuk dilihat dan dipuji orang, hanya untuk diriku sendiri.
Ada pesan masuk dari Doni.
" mbak, yang pesan unit parkit udah konfirmasi kalo dia setuju. pilih unit yang no 8. Sudah ditransfer uang sewanya untuk datu tahun dan mulai ditempati bulan depan katanya."
" oke Don, makasih ya"
" ini uangnya juga sudah aku transfer ke rekening mbak Fatma"
" iya, makasih banget ya Don"
" sama-sama mbak"
"bentar lagi aku kesitu, sudah siap jualannya?"
"sudah mbak, ini udah buka"
Setelah siap siap untuk shift malam, aku langsung ke angkringan Doni, mencari bekal untuk makan malam di Rumah Sakit nanti.
" Aku ambil ini ya" kutunjukkan pilihanku ke doni agar dibungkus. Satu bungkus nasi putih dan satu bungkus rica-rica ayam.
" yang sewa parkir itu yang punya coffee shop depan itu lo mbak, yang lagi bangun minimarket depan itu juga "
" oh.. belum buka ya coffee shop nya"
" belum mbak, katanya bulan depan mbak, biar selesai semuanya."
kata Doni sambil mengaduk jahe anget pesananku.
" orangnya lagi bangun rumah putih di seberang jalan itu mbak, tapi karna mungkin agak lama selesai pembangunannya, jadi dia ngontrak dulu di perumahan belakang."
" oh... iya iya" kataku sambil mengangguk.
" kuliahmu gimana Don?"
Doni ini baru masuk kuliah, baru masuk semester dua, awalnya dia tidak mau melanjutkan kuliah, padahal sebenarnya ingin, hanya karena kurang biaya dan tidak ingin membuat ibunya banyak pikiran. Lalu kubujuk dia agar mau kuliah dengan biaya sendiri dengan jualan nasi kucing dana mengelola parkiran, dari mulai mengurus penyewa sampai menjaga kebersihan dan keamanan. Dengan jualan di angkringan malah hari Doni bisa nyambi menjaga keamanan di malam hari.
Dan satu lagi, Doni sedang membantu aku mengurus pembangunan kamar di samping parkiran. Yang kamar, ku sebut kamar karena memang di dalamnya ada sebuah kamar tapi ada lebihnya sedikit ada ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Aku ingin pindah di dekat parkiran saja dari pada nge kos, Dila sudah pindah rumah setelah menikah dan aku masih sendiri. Aku ingin dekat dengan Bu Anik. Biar gampang kalau lagi lapar.
"Lancar mbak, udah masuk semester dua. makasih ya mbak kemaren juga sudah beres administrasinya."
"Alhamdulillah"
kataku sambil tersenyum. Doni ini penurut sekali orangnya, tanggung jawab dan nggak neko-neko. sampai saat ini dia masih menjomblo. katanya mau sama-sama jomblo kayak aku. mau mencari pacar setelah nanti lulus kuliah dan sudah bekerja saja. Tidak mau punya pacaran, langsung menikah saja.
"sudah ya Don aku berangkat dulu, itu ojek online ku sudah datang"
" iya mbak, hati-hati ya mbak"
Aku memang terbiasa naik ojek online. bahkan tiap hari setiap ada jadwal malam. untuk pagi hingga sore selagi masih ada angkot aku memilih naik angkot saja.
Dari boncengan ojek yang berjalan aku melihat bangunan coffee shop ada plang bertuliskan "Fa coffee" dan sebelahnya " Fa mart" lucu sekali namanya. orang mana ini yang punya. di sebelahnya ada bangunan rumah dua lantai berwarna putih, belum selesai semua pembangunannya sepertinya baru 80%. Rumahnya bagus sekali, putih, tinggi banyak jendela kacanya.b
Ada pesan dari Dila
"Beb, kamu dimana?"
" di rumah sakit, ada apa Dil?"
"Aku lagi pengen banget rujak, tapi nggak mau ngerujak sendirian."
" ya udah besok pulang dari rumah sakit aku ke rumah kamu, siapin sarapan juga ya, aku langsung ke rumahmu aja, dari pada bolak balik ngangkot. yakan.... "
Sepertinya Dila lagi hamil.
" oke siap beb,"
Aku teringat kembali dengan Oki. Oki apa kabar ya, kulihat stagramnya, sudah tidak aktif, terakhir aktif sudah lama sekali. Punya Yusuf juga, sebelum mereka menikah. sayangnya hanya ada tiga kontak teman SMA di ponselku, hanya Harun, Oki dan Yusuf. Bukan karena aku tidak ingin menyimpan, dulu tersimpan semua tapi karena ponselku hilang dan aku membeli ponsel baru hanya nomor mereka yang aku ingat. Oh iya, benar saja Harun nggak pernah telfon atau kirim pesan ke aku, kan nomor ponselku ganti tidak ada yang tahu. Salahku juga tidak memberi tahu Harun kalau nomor ponselku ku ganti, sedangkan untuk menghubunginya dulu aku malu.
Aku sampai Rumah Sakit lebih cepat, masih ada setengah jam untuk pergantian shift. Aku duduk di bangku taman rumah sakit, ada anak kecil yang bermain di taman, ini bukan taman bermain ya, ini Rumah Sakit, jangan salah mengira ya dear.... dia itu Kesya, usia sekitar 3 tahun. Dia pasien di rumah sakit ini, dia habis jatuh dari sepeda dan kakinya terkilir, sekarang sedang terapi berjalan kembali.
Cantik sekali Kesya, kalau anak menikah di usia yang sama dengan Dila, mungkin sekarang aku sudah punya anak seumuran kesya atau Kevin.
Bapak dan Ibu di desa sudah berkali-kali menyinggung tentang calon suami. Aku selalu mengalihkan pembicaraan saat mereka membahas jodoh dan pernikahan. Bahkan hampir saja aku dijodohkan.
"Aku belum bisa bu, aku belum bisa, aku masih menikmati sendiri, menikmati pekerjaanku saat ini" jawabku pada ibu saat bertanya tentang jodoh.
" Tapi setelah menikah kan masih bisa jadi bidan nduk, menikah bukan untuk memutuskan hubungan dengan kehidupan sebelum menikah, tapi menikah untuk menyempurnakan kehidupanmu, kamu jadi ada teman hidup, kemana-mana nggak sendirian, ada yang menemani, bapak ibu juga akan lebih tenang"
Begitulah setiap aku pulang ke desa, selalu saja ditanya soal pernikahan. Ini yang membuat aku jarang pulang ke desa. Aku tidak siap mendengar pertanyaan-pertanyaan yang sulit kujawab. Dan tidak mungkin juga aku bilang kalau aku masih menunggu Harun. Bisa-bisa nanti ibu bilang langsung ke ibunya Harun. Jadi tambah malu aku nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments