Leo segera membuka kamar hotel dan membaringkan tubuhnya yang terasa lelah akibat perjalanan dari kota J ke kota S yang memakan waktu kurang lebih 3jam.
Bintang pun mengikuti Leo dan masuk kedalam kamar hotel yang sama.
"Tuan paijo.. Tuan hanya pesan satu kamar?"
Baru saja Leo memejamkan matanya, mata itu harus terbuka kembali kala mendengar suara cempreng dari seorang yang berdiri di samping ranjang.
Ah sial! kenapa aku lupa jika aku membawa wanita aneh ini.
"memang kau pikir aku mau pesan berapa kamar?"
"dua"
"kau pikir aku akan memesankan satu kamar untukmu? percaya diri sekali kamu? saudara bukan, adik bukan, kakak bukan, pacar juga bukan.. "
"kalau begitu jadikan aku pacarmu tuan"
Leo mendudukkan dirinya dan menonyor pelan kepala Bintang "aku ini masih waras"
"hey..! apa tuan sedang berfikir hanya orang yang tidak waras yang mau menjadi pacarku?"
"aku tak bicara seperti itu! bukankah kau sendiri yang baru saja mengatakannya?"
"ihh... tuan Paijo, kau itu menyebalkan sekali!"
Leo lantas berjalan menuju masuk kamar mandi dan meninggalkan Bintang yang terus menggerutu.
"jangan menggerutu tentangku kalau kau tak mau aku tendang dari sini!"
ditendang? oh tidak tidak, aku baru saja kerampokan, aku tak punya baju, tak punya uang, aku juga tak punya tempat tinggal. Aku tak boleh bersikap kasar. Aku harus bersikap manis pada tuan Paijo. ya, untuk saat ini, hanya tuan paijo yang bisa aku mintai bantuan. Aku harus bertahan sampai aku punya tempat tinggal dan punya pekerjaan untuk menyambung hidupku disini
Lima belas menit kemudian Leo keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang hanya ia lilitkan sebatas pinggang.
"aaaa" teriak Bintang sembari menutup matanya. Demi apapun juga, ini adalah hal pertama yang ia alami. Melihat tubuh kekar lelaki tanpa baju dan celana.
"kau itu kenapa sih? berisik sekali! tidakkah kau tau bahwa suara cemprengmu itu sangat menyakiti telingaku"
"hey Tuan paijo, berani sekali kau mengatai suaraku cempreng! awas ." Bintang tak meneruskan ucapannya kala ia teringat harus bersikap baik pada tuannya itu.
"awas apa? kenapa gak diteruskan?"
"itu.. mm.. anu tuan.. itu.." aha! tiba tiba sebuah ide terlintas di benak Bintang "awas handuknya lepas Tuan" Bintang menarik pelan namun dengan derakan cepat lalu berlari ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut, hingga membuat Leo melongo tak percaya. Untungnya leo sudah meakai boxer pendeknya, jika tidak, mungkin burungnya akan terbang mencari sarang.
kenapa ada gadis seberani itu? apa dia sama sekali tidak takut denganku? benar benar gadis yang sangat aneh!
Leo tak memakai handuknya kembali. Ia malah mendekati ranjang tempat persembunyian gadis aneh itu. Perlahan Leo merangkak naik mendekati Bintang.
"nah loh.. kenapa sepertinya ada mendekatiku? duhh! kenapa tuan paijo malah naik kesini? aku takut kalau dia marah dan memperkosaku! oh tidak, bagaimana ini?"
Leo memeluk bintang dari balik selimut. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulut Bintang. Ia hanya menggerakkan badannya kesana kemari ingin melepaskan diri.
"Tuan.. tolong lepaskan aku" akhirnya Bintang buka suara
"kenapa harus di lepas? bukankah kau yang memulainya?"
"Tuan.. maafkan aku yang telah lancang. Ampun tuan. Tolong jangan nodai aku"
Leo mengurai pelukan itu hingga Bintang dapat bernafas lega dan mengeluarkan kepalanya dari balik selimut secara pelan pelan.
"Tuan.. maafkan aku"
"makanya lain kali jangan menyalakan api jika tak ingin terbakar"
"Tuan, apa aku boleh numpang mandi?"
"pergilah! aku tak ingin ada kuman dan bakteti di kamar ini!"
"terimakasih Tuan"
Bintang lantas berlari cepat dengan sedikit terseok menuju kamar mandi dan masuk ke dalam bathup, merendam tubuhnya dengan air hangat guna merelaksasi tubuhnya yang terasa sangat capek.
Setelah selesai berendam, Bintang mengangkat dirinya dari air yang sudah mendingin itu.
"oh god, aku lupa tidak memakai handuk! gimana ini?"
Hampir satu jam Bintang berada di kamar mandi. Leo yang sedang memainkan ponselnya melirik ke arah kamar mandi.
"Gadis aneh! kau itu sedang mandi atau sedang tidur? kenapa lama sekali?" Akhirnya Leo memutuskan mendekati pintu kamar mandi.
Bintang yang sejak tadi mondar mandir langsung berhenti kala mendengar suara dari balik pintu.
"Tuan.. aku lupa tidak membawa handuk. Bajuku sudah aku cuci dan masih basah. Tuan, apa aku boleh minta tolong ambilkan handuk?"
"kau itu benar benar menyusahkan"
Leo lantas membawa handuk ditangannya dan kembali ke depan pintu kamar mandi. "buka pintunya"
"aku buka pintunya tapi tuan menghadap kesana ya. Tuan tidak boleh melihat kesini. Tuan juga jangan masuk melewati pintu ini kecuali tagan yang memegang handuk itu"
"kau itu berisik sekali. Aku tak akan selera dengan tubuh kerempengmu itu! Cepat buka atau aku tinggalkan kamu disini tanpa handuk ini."
"jangan tuan" Teriak Bintang langsung membuka pintu dan meraih handuk dari tangan Leo dengan cepat lalu menutup pintu kembali.
Sedangkan Leo masih diam mematung didepan pintu kamar mandi. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi. Ia melihat tubuh polos seorang wanita nyata didepannya, meskipun hanya sekilas, tapi mampu mengobrak-abrik pikirannya.
Apalagi saat ini sang pejantan malah hidup dan bediri tegak. Akhirnya Leo memutuskan untuk kembali ke ranjang dan menenangkan sang kobra.
Baru saja kobra pejantan tertidur kembali berdiri kala melihat Bintang keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang sangat mini yang hanya bisa menutupi bagian sensitifnya saja.
Bintang berjalan pelan dan menunduk, satu tangannya ia gunakan menutupi dada dan satu lagi ia gunakan untuk menutupi daerah intinya agar handuk yang super pendek itu tak terbuka belahannya.
"Tuan.. aku tidak punya pakaian. apa aku boleh pinjam pakaian tuan?"
"hhuuhhfftt" Leo menghela nafas kasar
"kau itu benar benar wanita yang sangat menyusahkan"
Leo segera mengambil Kaos dan celana boxer pendek untuk dipakai Bintang. Karena jika ia membiarkan Bintang dengan keadaan seperti itu, maka ia tak janji akan kuat menahan godaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments