...Happy reading 💕...
...Hope you enjoyed.....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Seandainya aku bisa memilih.. Aku akan memilih untuk tidak di lahirkan ke dunia ini"
^^^Ivanya Basudewi^^^
*****
Hujan turun dengan sangat deras mengguyur kota Bandung, disertai angin dan juga petir yang terus saja menyambar. Menciptakan hawa dingin yang begitu menusuk hingga ke dalam tulang. Membuat siapa saja yang merasakannya memilih untuk bersembunyi di bawah selimut untuk mendapatkan kehangatan.
Namun, tidak dengan seorang perempuan yang sedang berjuang antara kehidupan atau kematian. Dia terbaring di sebuah brankar, peluh membasahi sekujur tubuhnya, berjuang untuk melahirkan satu nyawa yang akan menjalani kerasnya kehidupan.
"Iya buk, terus bu, terusss.. Tarik nafas, buang.. Tarik nafas buang."
Ucap sang Bidan yang terus memberikan arahan pada perempuan itu.
"Hah, hah, hah, eeeeeeenghhhhh...."
"Oeeeeeeeeekkkk.."
"Selamat bu, anak keduanya sudah lahir jam 23.50. Perempuan, semuanya lengkap ya buk, mukanya juga cantik."
Tapi sayang, bukan senyum bahagia yang wanita itu pancarakan, melainkan tangis pilu yang terdengar sangat menyakitkan.
*****
8 tahun kemudian...
Bandung, 25 September 2005...
"Vanya, udah belum? Itu orang-orang udah pada nungguin"
Nenek Indah berteriak pada Vanya yang masih setia berdiam diri di kamarnya.
"Iya nek, Vanya udah selesai."
Balas Vanya, lalu keluar dari dalam kamarnya.
"Kamu kok cemberut gitu, senyum dong.. Kan mamah kamu mau nikah, masa kamu cemberut."
Nenek Indah berusaha membujuk Vanya agar tersenyum. Namun, alih-alih tersenyum, Vanya justru semakin menekuk wajahnya.
"Abisnya sih, gara-gara mamah nikah lagi, Vanya di ejek terus sama temen-temen Vanya."
Nenek Indah sedikit terkejut dengan perkataan Vanya.
"Di ejek gimana?"
Vanya enggan menjawab pertanyaan sang nenek. Gadis kecil berusia 8 tahun itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Udah ah, katanya udah pada nungguin."
Vanya pun melenggang pergi meninggalkan sang nenek yang masih diam mematung, memikirkan perkataan yang dilontarkan oleh cucunya.
Sejauh ini, tidak pernah sekalipun nenek Indah mendengar keluhan dari sang cucu. Sampai pada hari ini, nenek Indah sedikit terkejut mendengar penuturan dari cucunya.
Memang, selama beberapa minggu ini Vanya sedikit menunjukkan perubahan sikap. Vanya mulai sering mengurung dirinya di kamar, dia juga mulai sedikit enggan untuk bermain dengan teman-temannya.
Nenek indah sempat beberapa kali bertanya kepada Vanya tentang dia yang selalu mengurung diri di kamarnya. Namun, Vanya selalu menjawab kalau dia hanya sedang asik dengan kegiatan menggambarnya.
Oleh sebab itu, nenek Indah pun hanya membiarkan Vanya tanpa bertanya lebih banyak lagi. Karena nenek Indah pun tahu jika Vanya memang sangatlah hobi menggambar.
Namun untuk kali ini, sepertinya nenek Indah harus sedikit memaksa Vanya agar mau bercerita tentang apa yang sebenarnya dia sembunyikan.
"Nenek, kok malah ngelamun di situ sih. Ayo, cepetan."
Nenek Indah segera menyudahi pemikirannya saat Vanya memanggilnya dari ujung pintu. Dia bergegas beranjak dari sana untuk menghadiri pernikahan anaknya, untuk yang ketiga kalinya.
"Iya sebentar, ini nenek tadi lagi coba inget-inget, siapa tau ada yang ketinggalan."
Vanya pun menghampiri sang nenek untuk menggandeng tangannya dengan sedikit ocehan yang keluar dari bibir mungilnya.
"Nenek mah gitu, sukanya ngeburu-buruin Vanya. Tapi coba lihat, nenek sendiri kan yang jadinya lama."
Nenek Indah hanya bisa tersenyum gemas ketika mendengan ocehan sang cucu.
"Hussss.. Ga boleh gitu sama nenek, nanti nenek kutuk kamu jadi bola bekel."
"Jangan, nanti kalo Vanya jadi bola bekel, nenek ga punya temen main lagi.. Nenek kan udah mulai pelupa, hehe"
Balas Vanya seraya tersenyum manis ke arah sang nenek.
"Ish dasar kamu nih, nyaut aja sukanya" jawab nenek Indah seraya mencubit gemas pipi sang cucu.
Mereka pun segera memasuki mobil yang memang sudah menunggu sejak tadi.
*****
Itulah dia, Vanya Basudewi. Anak kedua dari pasangan Dewi Retnosari dan Bagas Pramudya. Anak perempuan yang ceria dan pintar, anak yang berbakat dalam berbagai hal, juga anak tidak yang pernah menuntut untuk segala sesuatunya.
Namun, di balik keceriaannya itu, tersimpan banyak kesedihan yang mendalam. Tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, tidak tau apa itu arti bermanja dengan orang tua.
Tapi, di balik rasa sedihnya itu, dia juga beruntung. Masih ada sang nenek yang sangat mencintainya, mengasihinya, menyayanginya, juga mengajarkannya tentang hal apa yang baik dan hal apa yang buruk.
Baginya, selama sang nenek masih ada untuknya, masih bisa tersenyum untuknya, dia akan berusaha semampu mungkin untuk melupakan kesedihannya.
Begitulah Ivanya Basudewi, gadis kecil yang akan melalukan segala cara agar membuat sang nenek tetap tersenyum dan bahagia.
Hingga 2 tahun setelah pernikahan mamanya, tepat saat dia mulai memasuki bangku kelas 5 sekolah dasar. Vanya yang berniat akan mengambil minum di dapur, tidak sengaja mendengarkan adu mulut antara Neneknya dan mamanya
"Tapi Dew, engga baik kalo anak kamu di terlantar kaya gini. Masa depannya masih panjang, dia masih harus sekolah. Dia masih punya cita-cita yang tinggi Dew. Belum lagi anak itu sering dapet ejekan dari teman-temannya gara-gara kamu yang ga pernah nemenin dia ke acara sekolah. Apa kamu ga kasian sama anak yang ga berdosa itu??"
"Kok mamah malah nyalahin Dewi si sih!!! Itu salah mamah sendiri, coba aja dulu mamah ga kekeh nyuruh Dewi buat mempertahankan anak itu, kejadiannya ga bakal kaya gini mah!!"
"Dewi!!! Dia itu juga darah daging kamu"
"Tapi Dewi ga mengharapkan anak itu lahir mah, udah bagus Dewi dulu mau gugurin anak itu. Sekarang kalo kaya gini mau gimana mah? Mamah aja udah mulai sakit-sakitan. Dewi sampe mati pun ga sudi buat ngurusin anak itu pembawa sial itu!!!"
Deg.... Jantung Vanya seketika berdetak dengan aangat kencang saat mendengar apa yang di katakan mamanya. Dia segera memundurkan langkahnya untuk kembali ke kamar. Gadis kecil berusia 10 tahun itu tidak sanggup lagi mendengarkan semuanya.
Vanya mengunci pintu kamar lalu berjalan ke arah kasurnya dengan lunglai. Gadis kecil itu menghembusakan nafasnya dengan sangat berat, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Jadi bener ya apa kata temen-temen Vanya. Vanya cuma anak pembawa sial. Mereka juga bener, mamah ga pernah sayang sama Vanya. Mamah cuma sayang sama kakak." gadis kecil itu berbicara dengan air mata yang mulai mengalir.
Vanya memiringkan tubuhnya seraya memeluk boneka pemberian sang nenek dengan sangat erat.
"Maafin Vanya mah.. Coba kalo Vanya bisa milih, Vanya pasti milih buat ga dilhirin aja.. Biar Vanya ga jadi anak pembawa sial buat mamah" Vanya kembali berkata dengan isak tangis yang mulai keluar dari mulutnya.
Namun Vanya tetaplah Vanya, gadis kecil yang akan memendam semuanya agar tidak membuat sang nenek khawatir. Gadis kecil itu berusaha menahan isakannya agar tidak terdengar hingga luar.
Sampai ketika sang nenek mengetuk pintu kamarnya, dia bergegas masuk ke kamar mandi guna menyembunyikan semuanya.
"Vanya.. kamu lagi ngapain sayang??" nenek Indah bertanya seraya kembali mengetuk pintu.
Vanya yang sudah berada di kamar mandi pun berusaha menormalkan nafasnya yang masih terisak.
"Vanya??" nenek Indah kembali bertanya dengan nada yang sedikit khawatir.
"Iya nek, Vanya lagi mandi, sebentar lagi selesai" akhirnya gadis itu bisa menjawab dengan suara yang terlihat tenang.
"Heh.. Ngapain anak gadis malem-malem mandi. Cepet udahan, Nenek tungguin di meja makan." Sahut nenek Indah.
"Iya-iya neeeeeeek.."
...-TBC-...
Thanks for reading..
Jangan lupa kritik dan saran..
Salam sayang dari sensi 💕
Bye bye..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
anggita
mpir ng👍 sja.
2022-10-07
0
Sensi💕
Siap.. Terima kasih..
2022-09-28
0
Nurul Husna
semoga ceritanya sebagus cerita yg kemaren kak,tetep semangat lnjut....
2022-09-28
0