Club 99

Akhirnya setelah seharian hingga malam tiba, kini waktunya Indi menutup laptop kerja miliknya. Seluruh otot tubuhnya terasa kaku duduk berapa jam lamanya.

“Huhh akhirnya selesai semua. Besok tinggal menunggu laporan hasil produksi saja.” tuturnya sembari menyandarkan punggungnya sejenak di kursi kerja.

Sungguh melelahkan di setiap hari ia selalu berkutat dengan kertas dan laptop.

Tok tok tok

Suara ketukan di luar pintu membuyarkan lamunan Indi seketika.

“Nona, mari kita pulang.” Salah satu body guard Indi datang mengingatkan waktu untuk pulang.

Indi yang sadar sudah cukup mengumpulkan tenaga, segera beranjak dari kursi kerjanya.

Mereka melaju pulang malam itu. Beruntung keadaan jalan malam tampak sudah jauh lebih renggang. Sehingga tak butuh waktu lama, mobil pun sampai di rumah megah yang sudah bergeser pagar tinggi di depan sana.

Beberapa pelayan tampak menyambut kepulangan Indi malam itu.

“Selamat malam, Nona. Maaf, Tuan sedang tidak di rumah.” ucap salah satu pelayan melaporkan saat melihat manik mata Indi yang bergerak mencari sosok suami berondongnya.

Helaan napas kasar Indi terdengar jelas kala itu. Ia mengusap wajahnya kasar lalu melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamar.

“Veric benar-benar. Setiap aku pulang kerja selalu saja tidak ada di rumah. Kemana sih dia?” gerutu Indi sembari mencari ponsel di dalam tas.

Rasa lelah seketika hilang mengingat sang suami yang pergi entah kemana.

“Halo, Nona?” sapa suara seorang pria di seberang telepon.

Indi yang menunggu sambungan telepon sembari memejamkan mata, kini bersuara.

“Dimana dia?” tanya Indi tanpa membuka mata menikmati rasa nyaman di kasur yang ia tempati rebah.

“Lapor Nona. Tuan Veric di rumah sakit sejak tadi sore.” ucap pria itu kemudian.

Kini Indi merasa tenang jika sang suami di rumah sakit. Ia pun memilih mengakhiri panggilan telepon dan membersihkan tubuhnya yang terasa letih dan gerah.

“Sebentar lagi dia pasti pulang. Sudahlah, sebaiknya aku istirahat saja.” Jam sebelas malam Indi memilih memejamkan mata menikmati rasa lelahnya dengan kantuk yang sangat luar biasa.

Di tempat yang berbeda, tampak motor kembali melaju keluar dari parkiran rumah sakit.

“Syukurlah keadaan Ibu sudah membaik. Semoga semuanya segera baik-baik saja. Dan aku bisa fokus ujian nanti.” batin Veric merasakan lega saat berada di jalan dengan motor besar kesayangannya.

Wajah datar pria itu kini tersenyum sinis kala melihat jam di pergelangan tangannya.

“Welcome to the party…” ucapnya menambah kelajuan motor besarnya.

Arex tak sadar saja jika di jarak beberapa meter darinya ada dua mata yang memperhatikan kemana laju motor sang tuan.

Lima belas menit membelah jalan yang ramai, kini Arex tiba di parkiran sebuah club besar yang mulai ramai di jam setengah 12 malam.

Wajah tampan serta penampilan sempurna membuat langkah lebar Veric semakin sempurna dan memukau.

Tanpa ia sadari ada kepala lagi yang menggeleng melihat kelakuannya malam ini.

“Kasihan Nona menikahi bocah slengekan seperti dia. Hadeh.”

“Wah itu si Veric datang.” tunjuk Bara pada sang teman yang berjalan menenteng jaket yang baru ia lepas.

“Lihat, itu yang harus kalian temani malam ini. Jangan banyak bicara, layani dengan baik. Jangan lebih dari menemani duduk. Sekali pun dia mabuk. Kalau tidak, habis kalian.” lanjut Dion memberi tahu dua perempuan cantik yang tak lain temannya juga.

“Nggak boleh di kasih plus plus yah, Dion?” tanya wanita berwajah bule dengan bahasa Indonesia kurang jelas.

“Kalau kepala cantikmu mau depenggal, boleh aja.” celetuk Landa terkekeh sinis.

Kekehan mereka bertiga kini tampak hilang melihat wajah datar sang teman yang baru menghempaskan tubuhnya di kursi.

“Apa kabar, Ver?” tanya Landa basa basi.

“Basi lo.” ketus Veric mulai menikmati sentuhan dari dua wanita cantik dan seksi. Tak lupa salah satu dari wanita itu menuangkan wine pada gelas kosong dan memberikan pada Veric.

Suara dentuman musik yang pelan kini mulai semakin terdengar jelas. Suasana yang sangat menyenangkan bagi para remaja seperti Veric dan teman-teman. Meski usia mereka sebenarnya belum cukup untuk berada di tempat seperti itu.

Kesenangan membuat Veric lupa jika di rumah ia telah membuat seorang wanita cantik meradang setelah mendapatkan telepon dari sang anak buah.

Mata sepat Indi terpaksa terbuka mendengar ponsel miliknya berdering. Ia mengusap kedua mata lalu mengangkat panggilan yang mengganggunya di tengah malam.

“Astaga sudah jam 12, dia belum pulang juga ternyata. Apa bermalam di rumah sakit?” Suara serak milik Indi terdengar kala bangun dari tidurnya.

“Halo… ada apa, Bob?” tanya Indi pada Boby yang bertuga mengikuti kemana pun Veric pergi.

“Maafkan saya, Nona. Tuan Veric di club saat ini. Dua wanita berada di pangkuannya. Apa saya menyeretnya pulang sekarang juga?” Boby yang tahu ini sangat keterlalu masih tidak ingin gegabah tanpa ada perintah dari sang atasan.

Makin pusing rasanya kepala Indi. Belum hilang rasa lelahnya akibat bekerja sepanjang hari, bahkan esok pagi ia sudah harus berangkat ke salah satu kota untuk bertemu dengan direktur perusahaan cabang dan melihat perusahaan cabang miliknya yang baru saja akan di buka besok pagi.

“Baiklah, tetap awasi dia. Saya akan kesana segera.”

“Tapi, Nona…” Boby tidak tega melihat Indi harus menempuh perjalanan di tengah malam hanya demi mengurusi pria ingusan seperti Veric.

Namun sambungan telepon sudah terputus saat itu juga.

Hanya dalam waktu beberapa menit saja, wanita cantik itu telah siap untuk keluar rumah.

“Kita ke club 99.” ucap Indi yang di angguki oleh sang supir. Dua bodyguard sudah ikut pergi malam itu.

Wajah lelah yang tadi tampak jelas kini sudah tersamarkan dengan make up. Indi tampil dengan cantik dan seksi malam itu. Meski hanya hotpants dan blouse crop yang serasi dengan tubuh mungil dan kulit putih mulusnya.

Tak lupa rambut hitam, tebal, lurus, dan panjangnya ia gelung tinggi sedikit berantakan menambah kesan cantik.

Sepanjang perjalanan, Indi terdiam. Mencintai pria yang masih sangat labil tentu sebuah tantangan untuknya. Tapi, rasanya sungguh berat saat menjalani di tengah-tengah rasa lelah yang ia rasakan dengan pekerjaan yang banyak.

Tiga puluh menit menempuh perjalanan dari rumah menuju club malam 99, akhirnya untuk kedua kalinya mata para pengunjung terpana melihat langkah kaki wanita dan kedua pria di belakangnya memecah keramaian para pengunjung yang sibuk berjalan mulai memasuki tempat hiburan tersebut.

“Silahkan, Nona.” Satu Bodyguard mempersilahkan Indi duduk di kursi sofa.

Satunya lagi bergerak memanggil waiters. Tak ada tatapan yang Indi berikan pada pria yang merasa sangat muak padanya kali ini.

“Dewi fortuna kayaknya memang memihak ke kita yah? Lihat!” tunjuk Landa pada sosok Indi yang terlihat dari arah samping.

Wanita dengan wajah tenang itu meneguk wine dengan anggun. Ini bukan hal yang asing baginya. Karena kerap kali mendapat dinner dengan dengan klien dari luar. Mereka akan merasakan beberapa macam wine. Tapi, sungguh Indi kurang mampu meminum dalam takaran banyak.

“Maunya apa sih? Selalu mengganggu kesenanganku? Apa mau menarik perhatian semua teman-temanku? Cih.” geram Veric menatap dongkol sosok Indi tanpa memperhatikan lagi sudah berapa gelas yang ia teguk saat ini.

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

sabar Indi tuh suami mu keterlaluan

2022-09-30

0

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

indi minum banyak awas mabuk

2022-09-30

0

AbhiAgam Al Kautsar

AbhiAgam Al Kautsar

kita nantikan keseruan keseruan selanjutnya

2022-09-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!