Belum usai kekesalan di wajah Veric, kini salah satu anak buah dari wanita cantik itu melangkah mendekati meja di mana Veric dan para temannya duduk.
“Wah wah bodyguardnya kesini tuh? Eh gila…jangan-jangan mau ambil salah satu dari kita nih.” celetuk Dion kegirangan.
Meja teman Veric duduk seketika heboh.
“Wah, gue ngacungin jari aja deh kalo gitu.” sahut Landa antusias.
Kening Veric berkerut seketika.
“Tuan, silahkan ke meja untuk makan siang.” Suara berat milik pria bertubuh besar itu menyapa sosok Veric yang masih terheran-heran.
Tepukan tangan dan hempasan kaki di lantai seketika memeriahkan satu meja yang menjadi titik fokus para pengunjung cafe.
Dion, Landa, dan Bara bersorak heboh melihat yang jadi pemenang adalah teman mereka, Veric.
Dari kejauhan mata Veric melirih penuh kesal pada wanita yang juga melirik ke arahnya saat ini. Tampak jelas senyuman hangat dari Indi yang asik memotong steak dengan kedua tangannya.
“Mau apa kau, Veric?” Begitulah ancaman yang bisa Veric artikan dari ekspresi sang istri kala itu.
“Dasar tante girang. Apa sih maunya? Apa kesibukannya habis di kantornya sampai harus mengurusi hidupku?” umpat Veric dalam hati.
Lamunan Veric buyar kala menyadari tubuhnya di senggol Bara, dan suara Dion yang menyebut namanya.
“Woi, Ver. Diam aja lu. Tuh sono di panggil makan siang. Mimpi apa sih lu seberuntung itu?” kesal Dion yang tersaingi oleh Veric.
“Apaan sih?” Veric berdiri dengan wajah kesalnya tanpa bisa menolak lagi.
Semua teman pria maupun wanita terkekeh melihat Veric yang kini berjalan mendekati meja Indi.
“Are you okay?” Suara lembut Indi terdengar menyapa suami brondong yang duduk menghempaskan bokongnya di kursi.
Tak ada jawaban dari Veric. Tak lantas membuat Indi menyerah. Masih dengan senyum lembut, tangannya menggenggam tangan Veric di atas meja.
“Jauhkan tubuhmu dari perempuan gatal itu! Atau aku akan terus seperti ini?” Ancaman halus namun penuh penekanan, Veric membulatkan matanya.
“Mau membatasi pergerakan ku? Seharusnya kau sudah tahu. Dari sebelum aku lahir, Tuhan sudah menggariskan akan ada banyak wanita di sekelilingku. Dan semua tidak akan pernah berubah. Tidak suka? Pergilah! Kita memang tidak sepantasnya bersama. Aku masih sekolah dan ingin have fun.” balas Veric yang juga dengan suara pelan.
Ia takut jika ada yang mendengar percakapannya dengan sang istri. Sungguh memalukan untuknya. Duduk di bangku SMA, tetapi sudah beristrikan wanita yang mapan seperti Indi.
“Jangan urusi aku, lebih baik kau mengurus wajahmu yang mulai berkerut.” Lanjut Veric tanpa perasaan.
Sebagai wanita berpendidikan, tentu Indi tak akan mudah terpancing emosi. Senyuman hangat yang sejak awal ia datang tak pernah ia hilangkan di wajah cantik nan mulus itu.
“Aku wanita mapan seperti yang kau bilang. Jangankan kerutan di wajahku, lubang pori pun tak ada di wajahku.” jawab Indi tak kalah membela dirinya.
Enggan berdebat, Veric melepaskan genggaman tangan sang istri lalu menikmati makan siangnya dengan acuh. Makan siang yang dingin namun terkesan so sweet. Begitulah yang di tangkap oleh para pengunjung cafe termasuk teman-teman Veric.
Hanya lima belas menit, Veric menyelesaikan makan siang lalu beranjak tanpa perduli dengan tatapan Indi yang seolah masih memintanya duduk untuk menunggu sang istri selesai makan.
Pria tampan itu duduk di meja semula. Ketiga teman prianya sampai menggelengkan kepala terkagum-kagum. “Wah wah pesona lu benar-benar memabukkan yah, Ver? Perempuan sekelas itu aja bertekuk lutut sama lu fren…tunggu apa lagi? Sikat!” Celoteh Dion tak habis pikir melihat Veric dengan mudahnya meninggalkan meja Indi usai memakan hidangan yang di siapkan untuknya.
“Yok cabut. Pelayan! Billnya?” Teriak Veric dengan sok berkuasa.
“Ini, Kak.” Pelayan memberikan bill dan Veric tersenyum.
“Oke terimakasih. Ini di gabung sama pacar saya yang itu yah.” Veric menunjuk meja dimana Indi duduk memainkan ponselnya.
“Baik, Kak.” Usai pelayan menyanggupi permintaan Veric, wanita itu pun pergi menuju meja kembali.
Veric dan kawan-kawannya sudah bergegas meninggalkan cafe.
Mereka sepakat untuk kembali bertemu malam nanti di sebuah bar.
“Bar, cariin gue teman baru yang perfect. Okey?” seru Veric.
“Iners lu udah black list bro?” tanya Landa yang sudah bisa menerka.
Veric hanya berdehem malas. “Mata gue sakit kalo liat wajah itu-itu mulu.” ucapnya santai.
“Gila gila…gimana lu ntar punya istri? Masa iya sebulan empat kali ijab kabul? Hahaha bisa di demo para mertua tuh.” Kekehan landa lalu di sambut ketiga temannya.
Akhirnya mereka semua berpisah di depan kendaraan milik Veric. Ia melaju meninggalkan Indi yang menggeram kesal melihat bill tagihan dari dua meja.
“Maaf, Nona. Tadi kakak yang itu bilang anda pacarnya dan akan membayar tagihan termasuk meja yang ini.” Sesal sang pelayan yang merasa teledor karena tidak melakukan konfirmasi.
Indi hanya menghela napas kasar. Sebenarnya ini bukan perkara besar menurutnya. Hanya saja, Indi tidak rela jika uang kerja kerasnya mengalir di tubuh beberapa wanita yang tadi turut menikmati makan dan minuman di meja sang suami.
“It’s okey. Terimakasih yah.” jawab Indi tak mau memperbesar masalah.
Setelahnya, ia pun pergi kembali menuju kantor setelah mendapat kabar dari anak buah yang bertugas menguntit Veric.
“Nona, Tuan sudah menuju pulang ke rumah.” Begitu isi pesan yang di baca Indi.
Melihat pesan singkat tersebut, barulah wanita itu menghela napasnya kasar. “Baguslah dia pulang. Aku harus bertemu beberapa klien siang ini. Ini akan jauh lebih menenangkan untukku bekerja.” ucapnya sembari melangkah menuju mobil yang sudah siap menggeser pintu untuk jalan kembali.
Sementara di tempat yang berbeda.
Veric dengan langkah panjang memasuki rumah megah milik sang istri. Rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya hingga ia memilih untuk segera masuk ke kamar.
“Haaah akhirnya ketemu kasur juga. Aku harus istirahat siang ini. Sore mau ke rumah sakit dan setelahnya ke club.” batinnya bermonolog dan memejamkan mata tanpa mengganti pakaian.
Sungguh enak rasanya hidup hanya memikirkan sekolah dan bersenang-senang. Sementara sang istri tak ada habisnya bekerja dan bertemu beberapa klien penting demi memajukan perusahaan yang ia kelola saat ini.
“Wah gila…mulus amat tuh lehernya.”
“Tanpa di lihat pun sudah pasti dalem-dalemnya mulus tanpa cacat. Apalagi lehernya kayak prosotan licinnya. Waw…”
Sejenak kata-kata para temannya membuat kedua mata Veric yang semula terpejam kini terbuka kembali.
“Apasih mereka ini? Mulus dari hongkong. Yang ada keriput di mana-mana. Huh sekarang gue masih SMA, dia sudah 25 tahun. Terus nanti gue umur 25 tahun berarti dia sudah 32 tahun. Ampun dah.” Veric menepuk jidatnya kesal.
“Lagi pula apasih si Tante itu? Pake tebar-tebar pesona sama teman-teman gue lagi?” gerutunya yang gagal memilih tidur siang menjelang sore itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Suky Anjalina
masak verix SMA 20 THN thor
2022-09-30
0
✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT
veric ntar ka jatuh cinta lo heeeeee
2022-09-30
0
💞 NYAK ZEE 💞
benar2 masih bocah.......
ngak ada dewasanya sama sekali.....
kalau tadi udah setuju menikah harusnya jangan berpikir seperti itu.....toh Indi juga ngak memaksa .....
2022-09-30
0