BRAKK!
"Woy! Apa-apaan nih! Seorang pria yang mengenakan jaket dengan logo khas ojek online, tiba-tiba di berhentikan paksa oleh seorang pengendara motor yang sepertinya memang membuntuti sejak tadi. Untung saja, paket orderannya sudah di turunkan di perumahan yang tak jauh dari tempatnya berhenti sekarang.
"Turun Lo! Serahin kunci motor Lo!" Pria yang mengenakan masker dengan gambar tengkorak untuk menutupi wajahnya itu, turun dari boncengan kawannya. Seketika ia menodongkan senjata tajam, yang mana langsung membuat nyali Boy Kutzhel, pria berusia 28 tahun itu menciut. Tapi, untuk menyerahkan harta satu-satunya itu juga Boy tidak rela. Apalagi, baru beberapa jam yang lalu ia kehilangan rumah peninggalan orang tuanya.
Tanpa sepengetahuan dirinya, Lilian Judies sang istri telah menggadaikan rumah peninggalan orang tuanya itu dua bulan yang lalu. Pantas saja istrinya bisa jalan-jalan ke Thailand dan Singapura. Lalu pulang dengan membawa barang-barang branded dan juga terlihat lebih glowing. Bodohnya, Boy percaya saja saat Lilian mengatakan jika semua adalah atas biaya dari sahabatnya.
" Enak aja lo, maen minta kunci motor gua! Jangan lu pikir gua berani, eh takut! Buang tu senjata Lo! Hadapin gua dengan tangan kosong!" tantang Boy, yang sebenarnya adalah sebuah rencana untuk meminimalisir bahaya.
Sementara dirinya tidaklah memiliki ilmu bela diri, kecuali hanya dasarnya saja. Penjahat di depannya memasang seringai dari balik masker mereka, lalu saling memberi kode dengan lirikan mata. Dan ...
BUGH ! BUGH!
DAGH!
"Arrggh!" erangan keluar dari bibir Boy yang telah mengucurkan darah, begitupun dari hidungnya. Ketika tinju besar dan keras dari para penjahat itu mengenai perutnya.
"Jangan ambil motor gua!" Boy yang sudah tersungkur mencoba menghentikan penjahat yang ingin melarikan motornya. Ia memaksa diri untuk bangun, namun ...
SREET! SREET!
"Akh!" Beberapa sabetan dari benda tajam tersebut berhasil mengenai bahu dan juga lengannya. Darah mengucur di beberapa bagian tubuh Boy.
"Mati aja lu sekalian!" Tangan penjahat itu terangkat dengan mata pisau yang terhunus.
JEGGEERR!
Tiba-tiba kilat menyambar di dekat mereka.
"Udahlah, kita tinggal aja dia. Pingsan juga. Ngeri kesamber petir gua." Penjahat satunya lagi turun dari motor seketika untuk menarik kawannya itu. Ia sejak tadi yang bertugas sebagai driver dan mengawasi keadaan sekitar.
"Oke lah, cabut! Palingan juga benar lagi mati dia. Hahaha!" Setelah menertawakan korbannya, penjahat tersebut membawa motor Boy melaju dengan cepat. Meninggalkan tempat kejadian perkara.
"Woii! Gua lupa ambil hape-nya!" teriaknya dari atas motor sambil memperlambat laju kendaraannya.
"Elaah, biarin aja! Banyak geledek!" larang kawannya. Keduanya pun melaju kencang.
Begitulah, para penjahat atau yang biasa disebut begal motor itu pergi meninggalkan Boy terkapar lemah dengan tubuh penuh luka di pinggir jalan yang sepi.
Beberapa jam kemudian, Boy pun terbangun.
"Eugh ... " Ia terlihat menggeliatkan. Boy, merasakan sakit hampir di seluruh tubuhnya . Bahkan, terlihat darah yang sudah mengering di bawah hidung, sudut bibir dan juga pelipisnya.
Perutnya juga ngilu bukan main. Untuk sekedar duduk saja ia terlihat meringis. Jangan lupakan luka sabetan di lengan dan juga bahunya. Jaket berlogo YoJek tempat ia mencari rejeki selama setahun ini, telah di buat compang-camping campur darah oleh para begal tadi.
"Sial banget sih, gua." Boy, beringsut kemudian bersandar pada batang pohon besar. Lalu kepalanya mendongak menatap langit yang gelap. Ia mengingat kejadian yang bertubi-tubi menghajar kesabarannya.
"Kenapa gua gak dimatiin aja sekalian. Percuma juga gua idup. Udah gak punya apa-apa. Udah gak ada siapa-siapa juga yang bakal nangis kalo gua mati." Gumamnya, dengan nada putus asa yang begitu ketara dari cara bicara dan juga sorot matanya yang tanpa gairah. Boy menggelontorkan kakinya, lalu kedua matanya terpejam. Tiba-tiba ...
"TEEETTT! TEEETT! TEEETT!
Nada dering dari aplikasi ojek online tempatnya bekerja begitu nyaring terdengar. Boy pun mengeluarkan ponselnya, yang untung saja tidak diambil oleh begal tadi.
"Apaan nih! Kok bukan dari aplikasi YoJek?"
Boy membaca pesan dari aplikasi yang baru pertama kali ia lihat di ponselnya. Bahkan, fiturnya terlihat berbeda dan lebih canggih dari aplikasi OJol miliknya.
[ SISTEM KURIR AKTIF! Misi Anda adalah mengantarkan paket ini dalam waktu tiga puluh menit, jarak tempuh 5 kilometer. Ambil, maka saldo 5 juta akan masuk ke dalam akun anda! ]
"Li–lima juta!" Boy menganga melihat harga orderan dari paket yang di sebut misi tersebut.
Boy, sebenarnya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, ia butuh uang. Akan tetapi dirinya bingung karena tidak ada kendaraan. Motor satu-satunya sudah raib di begal.
TLINIING!
Boy kembali dikagetkan dengan kekuatan yang tiba-tiba mengalirkan sensasi hangat di sekujur badannya.
[ Luka anda sembuh dan kekuatan anda pulih 100%. ]
Sebuah notif pesan masuk lagi ke ponsel android milik Boy.
"Hah! Apa iya!" Boy yang kaget pun reflek memeriksa sekujur luka di tubuhnya.
Benar saja, seluruh luka di tubuhnya menghilang tanpa bekas. Satu hal lagi yang membuatnya heran adalah jaket dari perusahaan tempatnya bekerja tetaplah sobek di sana-sini. Akan tetapi semua luka di lengannya sirna tak tersisa segores pun. Bahkan Boy tidak pernah merasa tubuhnya sebugar ini. Boy merasa seakan terlahir kembali.
"Wihh, gua beneran udah sehat ini!" Saking senengnya Boy pun melompat-lompat di tempatnya berdiri. Ia merasa tubuhnya seringan kapas.
"Eh, gimana cara gua ngambil dan nganter barangnya nih! Kendaraan aja gak ada." Boy yang bingung kembali mengutak-atik aplikasi tersebut.
[ Waktu anda tinggal 25 menit lagi. Ingat! Customer adalah Raja. Kurir hanyalah pesuruh. ]
"Aduh, gua udah buang waktu sepuluh menit. Ini masalahnya alamatnya lumayan jauh. Masa sih gua jalan kaki. Kapan sampe nya?" tanya Boy bingung seorang diri.
Boy, pun berjalan kaki menyusuri jalan sambil berpikir. Bagaimana cara agar ia cepat sampai. Mungkinkah ia harus berlari. Maka, Boy pun berlari dengan menyusuri jalan pintas. Baru setengah jalan, napasnya sudah ngos-ngosan.
"Masih lima belas menit lagi, sial! Mana apoteknya masih jauh." Boy kembali berlari sambil mencari cara. Hingga pada akhirnya ia menemukan salah satu rekannya lewat.
"Woy! Peak! Ngapain lu lari-larian tengah malem buta? Mana motor lu?" David Zerenk, usia 27 tahun. Dia adalah kawan satu aspal Boy. David terkekeh di atas motornya karena melihat kawannya itu masih memakai atribut lengkap dengan helm tapi tanpa kendaraan.
"Anterin gua, ke apotik Merapi! Gak usah banyak tanya, cepet!" Boy yang sudah berada di boncengan belakang memerintahkan kawannya itu untuk melaju.
Setelah mengambil obat, Boy kembali memerintahkan kawannya itu mengantar ke lokasi penerima." Gila, njirr! ini kan rumahnya deket kuburan cina!"
" Bodo amat! Cepetan!" Mereka pun melaju. Ketika sampai di depan rumah tua yang terkesan angker itu. Seketika bulu kuduk keduanya merinding.
"Demi bayaran lima juta. Elu harus bisa, Boy!" gumamnya meyakinkan hati.
Boy menatap rumah yang minim penerangan itu. Bahkan pintu yang terbuat dari kayu sudah terlihat sangat usang. Ketika tangannya terulur hendak mengetuk, pintu tersebut sudah terbuka dengan sendirinya.
KRIEET ...
"Ada apa ya, Nak?" tegur seorang pria tua bertubuh kurus dengan lengan nya yang panjang terjulur ke depan. Sontak, Boy reflek memundurkan langkahnya.
"A–apa benar, Kakek yang memesan obat ini. Dengan nama akunnya ... Fengki Buloong?" tanya Boy memberanikan diri. Bahkan, ia sengaja menengok aplikasi lagi takut-takut salah titik.
"Iya ... nama kakek memang Fengki. Jadi, Anak ini, membawa obat?" Sang Kakek tua itu mengakui dengan mata berbinar. Setidaknya Boy bisa bernapas lega jika dirinya tidak salah alamat.
"Iya, i–ini pesanannya," jawab Boy terbata. Ia pun segera menyerahkan plastik berisi beberapa botol obat. Dengan cepat dan sigap, tangan tua si
Kakek meraihnya.
"Neeekkk! Cucu mu dapat obat!" teriak sang Kakek. Lalu, ia berjalan tergopoh-gopoh masuk semakin dalam ke rumahnya yang mana pencahayaannya remang-remang.
Tanpa ba bi bu lagi, Boy langsung berlari keluar. Menghampiri motor kawannya yang ternyata tidak ada di tempat.
"Monyong tu anak! Sial, gua malah ditinggal!" Maki Boy, seraya membuka ponselnya dan mengklik tanda selesai pada aplikasi misterius tersebut.
TLINIING!
[ Anda telah berhasil menyelesaikan misi, mengurai kecemasan sepasang kakek dan nenek terhadap cucunya yang sakit. Maka bayaran senilai 5 juta rupiah, telah di transfer ke akun Anda! ]
Setelah mendapat notif, buru-buru Boy memeriksa aplikasi mobile banking. Seketika kedua matanya mendelik tak percaya.
"Gilak! Ini gaji gua sebulan waktu masih jadi staf di bank."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Firman Firman
lnjut
2024-02-28
1
Eros Hariyadi
Lanjut Thor 💪👍👍
2023-03-17
4
Jimmy Avolution
Hadir....
2023-02-22
3