Bab 5

"Mari nona saya antar ke ruangan Pak Reynald". Ujar resepsionis ketika menghampiri mahasiswi yang bernama Anggi tersebut.

Keduanya memasuki lift khusus untuk C-level. Tak berapa lama kemudian mereka pun sampai ke lantai 56 di mana ruangan Reynald sang CEO berada.

Dari kejauhan Renata melihat penampilan mahasiswi dari Universitas Tribisnis ini. Rambut yg di ikat kuncir kuda, kemeja flanel berwarna biru dengan celana jeans dan sepatu kets putih. Semakin semakin mendekat Renata memindai wajah mahasiswi tersebut. 1 kata terucap tiba-tiba di otaknya, Manis dan menarik.

"Bu, ini tamu Pak Reynald yang saya sampaikan di telepon tadi". Ujar sang resepsionis menginterupsi lamunan Renata.

Renata menganggukkan kepalanya. "Baiklah, terima kasih.Kamu boleh turun".

Sang resepsionis pun berpamitan dan kembali ke bawah.

Renata berdeham mengurai keheningan di antara dirinya dan mahasiswi itu."Ehem.. Kenalkan saya Renata asisten Pak Reynald".

"Saya Anggi, Bu. Mahasiswi dari Tribisnis".

Renata manggut-manggut.Sebenarnya masih banyak sekali rasa penasaran akan gadis di hadapannya ini namun Ia tahan. Kenapa tiba-tiba ada mahasiswi mencari sepupunya? Begitulah kira-kira pikiran nya.

"Ayo aku antar ke dalam". Ajak Renata.

Anggi pun mengikuti langkah Renata yang sudah masuk ke dalam sebuah ruangan sangat luas dan mewah. Jendela kaca terhampar memanjang di salah satu sisi menampakkan pemandangan gedung-gedung di sekitarnya.

Ada satu set sofa berwarna cokelat di tengah ruangan dan meja kerja yang berada di paling ujung ruangan.

Anggi sungguh gugup saat langkah nya semakin mendekat ke arah pria yang sangat berkharisma yang sedang duduk di ujung ruangan. Ia sungguh gila dan nekat ketika begitu saja meminta seorang CEO untuk menjadi mentor nya. Tapi di sinilah Ia sekarang, kegilaan nya itu memberikan angin segar untuknya.

"Rey, Ini tamu mu". Ucap Renata.

Reynald berdiri dari kursi nya melangkah mengitari meja dan berhenti tepat di hadapan Renata dan Anggi.

"Oke. Terima kasih".

"Kau mau minum apa?". Tanya Reynald beralih pada Anggi.

Anggi gelagapan tak siap saat di tanya. Ia masih sungguh gugup berhadapan langsung dengan Reynald.

"Sa...saya... apa aja, Pak". Ucap Anggi.

"Bawakan saja orange juice dan beberapa cemilan, Ren. Tolong kau hubungi pantry".

Renata mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan ruangan.

Reynald mengajak Anggi untuk duduk di sofa. Keduanya duduk berhadapan cukup jauh karena di pisah oleh meja berbentuk persegi yang cukup lebar.

Reynald menyilangkan kaki nya dan menatap Anggi sang mahasiswi yang meminta bantuan nya.

"Apa kau kesini hanya untuk menutup mulut? Aku tidak suka membuang-buang waktu". Ucap Reynald.

Anggi pun menarik napas panjang untuk menghilangkan kegugupan nya. Ia lantas membuka dompet dan mengambil sebuah KTP miliknya dan segera memberikan pada Reynald.

"Ini KTP saya,.Pak".

Reynald mengerutkan kening. "Untuk apa kau memberiku KTP mu?".

"Untuk berjaga-jaga saja, Pak. Kalau saya benar seorang mahasiswi dan tidak berniat buruk pada bapak". Jawab Anggi.

Reynald meraih KTP tersebut dari tangan Anggi dan langsung melihat data diri gadis itu.

"Oh.. Umur mu 23 tahun ya".

"Iya benar, Pak". Jawab Anggi.

Reynald lalu memberikan lagi KTP milik gadis itu ke pemiliknya.

"Oke.. Jadi bimbingan seperti apa yang kau harapkan dariku untuk perkembangan skripsi yang sedang kau buat?".

Anggi dengan cepat membuka kembali tas nya dan mengeluarkan beberapa berkas yang tebal.

"Ini skripsi saya yang terus menerus di revisi, Pak. Saya berharap bapak bersedia untuk melihatnya terlebih dahulu". Ucap Anggi seraya menyodorkan skripsi miliknya pada Reynald.

Reynald meraihnya dan melihat judul yang tertera di halaman pertama. Ia mengerutkan kening dan menatap Anggi heran.

"Kau sedang menyusun skripsi tentang seluruh lini bisnis perusahaan ku?".

"Benar, Pak. Judul itu sudah di setujui oleh dosen pembimbing saya 6 bulan yang lalu, berbagai bahan penelitian tentang jalannya gurita bisnis perusahaan bapak sudah saya pelajari dan pahami tanpa terkecuali". Jelas Anggi.

"Menurutmu kenapa dosen pembimbing mu selalu meminta kau merevisi ini?". Tanya Reynald seraya mengangkat skripsi milik Anggi.

Anggi hanya bisa menggeleng pelan.Bagaimana Ia bisa menjawab ketika Ia saja kebingungan. Ia sudah mengerahkan tenaga, waktu dan pikiran nya untuk menyusun skripsi namun Ia selalu pulang dengan tangan kosong setelah bertemu dengan dosen pembimbingnya.

"Kau tau? Aku bisa saja lebih menyeramkan di banding dosen pembimbing di kampus mu itu. Karena kau mengangkat judul tentang perusahaan ku. Aku tidak akan mentolerir kesalahan sedikitpun".

Anggi meremas kemeja flanel nya seraya menundukkan kepala.

Tiba-tiba suara ketukan dari arah luar terdengar.

"Masuk!". Ucap Reynald.

Seorang Office Boy dan Renata lalu masuk membawakan minuman dan camilan yang di minta Reynald sebelumnya.

Renata melihat raut wajah mahasiswi yang hanya menunduk sedikit ketakutan. Ia pun beralih melihat ke arah sepupunya yang menampilkan raut wajah biasa saja.

"Hey..Kau apakan gadis itu?". Bisik Renata pelan.

Reynald mendongakkan kepala dan hanya melambaikan tangan mengusir sepupunya itu untuk keluar. Renata mencebikkan mulutnya kesal lalu beralih pergi meninggalkan ruangan di ikuti oleh office boy.

Cukup lama keheningan terjadi karena Reynald membuka halaman demi halaman skripsi milik Anggi sedangkan Anggi tidak berani untuk bersuara atau menginterupsi sedikit pun pria yang terlihat serius membaca skripsi yang di susun nya.

Tiga puluh menut kemudian, Reynald meletakkan skripsi tersebut ke atas meja. Ia mengambil segelas orange juice dan meminum nya hingga tersisa setengah gelas.

"Sudah berapa lama kau menyusun skripsi ini?". Tanya Reynald seraya menyilangkan kedua tangan nya di dada.

"6 bulan, Pak".

"Berapa banyak karya ilmiah yang berkaitan dengan skripsimu yang sudah kau baca untuk mencari berbagai sumber referensi?". Tanya Reynald lagi.

"Mungkin sekitar 5 atau 6 karya ilmiah saja yang baru saya baca, Pak".

Reynald manggut-manggut. "Pantas saja.. itu masih sedikit. Setidaknya kau perlu membaca 20 karya ilmiah sebagai referensi".

Anggi menganga tak percaya. 20 karya ilmiah? Bisa gila dia!

"Kau tau? Pembuatan skripsi yang utuh hasil itu akan menguji kesabaran, ketangguhan, uji mental, mengurangi selera makan dan selera tidur mu".Ucap Reynald.

"Tapi saat ini adalah prosesmu mengasah keterampilan sosial dalam resolusi masalah, argumentasi positif dan menerima tekanan". Lanjutnya lagi seraya menatap Anggi.

"Jadi, bagaimana Pak? Apa kah bapak bersedia menjadi mentor saya?". Tanya Anggi harap-harap cemas.

Reynald mengangguk. "Aku bersedia. Kau bisa menunggu kabar dari ku untuk jadwal bimbingan nya. Aku hanya.bisa satu kali dalam sepekan. Manfaatkan itu dengan baik".

Dari raut wajah cemas tiba-tiba berubah menjadi berbinar. Ia sungguh bahagia karena di berikan kesempatan yang sangat langka ini.

Anggi pun berdiri dan mengulurkan tangan nya ke arah Reynald yang masih duduk.

"Terima kasih, Pak Reynald! Terima kasih atas kesempatan yang sudah bapak berikan pada saya!".

Reynald menatap uluran tangan Anggi dan keduanya pun berjabat tangan.

"Satu lagi...." Ucap Reynald.

"Jangan panggil aku bapak karena aku bukan bapakmu".

••••••••••••••••♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡•••••••••••••••

Like, komen dan tambahkan ke favorit ya!😘

Terpopuler

Comments

@maydina777

@maydina777

mungkin dengan kedatangan Anggi nama Clara akan terhapus...

2023-04-08

1

Nofitriasari

Nofitriasari

saya yakin dgn sering nya pertemuan dgn Anggi Reynaldy bisa move on dan membuka hati nya dgn Anggi

2022-12-21

1

dian arisandi

dian arisandi

nice,.

2022-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!