Bab 4

"Lalu kalau bukan uangku, kau membutuhkan pertolongan semacam apa dariku?". Tanya Reynald seraya mengerutkan kening.

Mahasiswi itu mendongakkan kepala nya menatap Reynald, mata nya menatap seakan penuh harap.

Reynald mau tak mau mengamati wajah mahasiswi itu dengan seksama. Rambut hitam yang panjang di kuncir kuda, hidung yang cukup mancung, bibir yang tipis dan memiliki mata yang indah di hiasi bulu mata yang lentik natural tanpa extension sepertinya Reynald menduga-duga.

"Boleh kah saya minta bapak menolong saya untuk menjadi mentor dalam revisi skripsi yang sedang saya kerjakan?". Akhirnya mahasiswi itu mengutarakan maksudnya.

Reynald melongo mendengar permintaan mahasiswi tersebut.

"Apa kau bilang? Aku menjadi mentor mu? Yang benar saja! Lebih baik kau meminta uang padaku dari pada aku harus menjadi mentor!". Ucap Reynald menatap tajam mahasiswi tersebut.

"Kau pikir aku bukan orang yang sibuk?".Lanjut Reynald.

Mahasiswi itu tertunduk menatap jari jemarinya yang saling bertaut.

"Skripsi saya di tolak entah sudah berapa kali.. Saya setiap hari harus tidur hanya 2-3 jam untuk mengerjakan nya namun hasil nya selalu seperti ini.. di coret-coret tidak jelas. Saya tidak punya siapa pun yang bisa saya minta tolong untuk ini.."

Reynald menghela napas nya. Dalam hati Ia merasa sedikit iba. Sudah begadang tiap hari namun usaha yang di lakukan hanya di coret-coret saja, siapa yang tidak mengalami stress dan putus asa.

Namun Reynald tidak memiliki banyak waktu luang untuk menjadi mentor. Apa lagi Ia sama sekali tidak mengenal mahasiswi di hadapan nya sekarang.

"Siapa nama mu?". Tanya Reynald.

"Saya Anggi, Pak".

Reynald mengangguk.

"Pak Rey, saya mencari kemana-mana ternyata anda di sini".Sebuah suara menginterupsi kedua nya.

"Bu Renata tadi menghubungi saya kalau anda harus segera di antar ke Hotel Grand Star untuk pertemuan selanjutnya.Bu Renata menunggu di sana". Lanjut Pak Yudi, Supir pribadi Reynald.

Reynald pun mengangguk paham. Ia menatap sekilas mahasiswi yang sedari tadi hanya menunduk. Reynald menghela napas perlahan dan membuka dompet yang berada di saku celana lalu mengambil sebuah kartu nama di dalam nya.

"Ini kartu nama ku. Kita bicarakan lebih lanjut nanti. Besok datang lah ke kantor ku pukul 9 pagi. Jika kau tidak datang, aku anggap pembicaraan ini tidak pernah terjadi. Dan ingat! Kau tidak boleh menyebarkan nomor ku pada siapapun!". Tegas Reynald.

Mata mahasiswi yang bernama Anggi itu berbinar. Ia merasa lega sekali dapat lampu hijau dari seorang Reynald.

"Baik, Pak. Terima kasih.. Terima kasih". Ujar Anggi seraya menunduk berkali-kali.

Tanpa menjawab, Reynald pun berlalu begitu saja meninggalkan gadis itu seorang diri.

Hotel Grand Star

Reynald memasuki sebuah meeting room yang di dalam nya sudah di hadiri oleh rekan bisnis dan beberapa utusan perusahaan rekanan yang akan mempresentasikan project yang akan dikerjakan.

Perusahaan milik Reynald sedang mengadakan kompetisi untuk memilih rekan yang sesuai dan tentu paling mumpuni untuk di libatkan dalam sebuah project bernilai fantastis.

"Oke, kita langsung mulai saja". Ucap Reynald tanpa basa basi setelah duduk.

Satu persatu dari perwakilan perusahaan rekanan pun saling mempresentasikan. Reynald mengamati dengan serius ke arah layar proyektor.

2 jam lamanya Reynald mengamati jalan nya presentasi. Layar proyektor pun di matikan dan di gantikan oleh cahaya lampu menerangi ruangan tersebut.

Reynald menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi. Tangan nya mengetuk-ngetukkan bolpoin ke atas meja menimbulkan bunyi tuk.. tuk.. tuk..

Setiap mata menatap harap-harap cemas ke arah Reynald. Tak ada satu pun orang yang bersuara hanya suara bolpoin lah yang menambah aura ketegangan di dalam ruang meeting itu.

Reynald mengamati satu per satu wajah-wajah cemas yang sedang menunggu keputusan nya.

"Apakah kalian semua tidak mempunyai kemampuan lebih untuk mempersiapkan presentasi? Kalian semua sudah membuang waktu ku hingga 2 jam lamanya dan yang ku lihat tadi hanya sampah!". Berang Reynald.

Sungguh Ia tak puas dengan kinerja perusahaan yang ikut serta dalam presentasi ini. Ide yang di angkat semua begitu buruk dan bahkan mirip satu sama lain nya!

"Bagaimana bisa ide buruk seperti itu bisa kalian harapkan untuk bekerja sama denganku?". Tanya Reynald menatap satu per satu semua orang.

Reynald beranjak berdiri dari kursinya. "Kita sudahi sampai di sini. Selanjutnya kalian bisa menunggu kabar dari asisten ku!". Pria rupawan itu pun melangkah keluar ruangan dan di ikuti oleh Renata.

"Kau sungguh tidak berperasaan, Rey! Mereka menyiapkan sudah lama dan kau sama sekali tidak memikirkan usaha keras yang mereka tuangkan di dalamnya!". Omel Renata ketika mereka berdua berada di dalam lift.

"Apa peduliku? Itu sudah resiko yang harus di tanggung. Kalau tidak mau susah, ya tidak perlu kerja!". Ujar Reynald santai.

Renata menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau benar-benar keterlaluan".

Reynald hanya mengangkat bahu acuh.

Esok Hari

Seorang gadis belia berdiri di depan sebuah gedung kantor menjulang tinggi. Ia menarik napas nya dalam-dalam mengikis kegugupan yang melanda. Ia menghampiri portal pengamanan. Menaruh tas nya untuk di pindah di mesin X-Ray dan memberikan KTP nya pada security untuk di tukar dengan sebuah kartu pengunjung gedung tersebut.

Gadis itu lalu berjalan ke arah resepsionis. "Pagi.. Mbak.." Ucap nya pelan.

"Pagi.. Ada yang bisa saya bantu?". Ujar salah seorang di antara resepsionis itu.

"Hmm.. Saya mau bertemu dengan Pak Reynald, Mbak".

Kedua resepsionis itu mengerutkan kening. "Reynald mana ya nona? Karena ada beberapa nama Reynald di kantor ini".

"Reynald Zaynvankoch, CEO di sini mbak".

Mata kedua resepsionis itu menatap tak percaya namun dengan cepat merubah ekspresi mereka ke sedia kala.

"Untuk bertemu CEO, anda perlu buat janji temu terlebih dahulu".

"Tapi saya sudah membuat janji pukul 9 datang ke kantornya, Mbak. Bisa kah tolong hubungi asisten atau sekretarisnya?". Ujar Gadis itu.

Resepsionis itu saling berpandangan dan akhirnya salah satu dari mereka mencoba menelpon ke line khusus.

"Halo Bu Renata, ada seorang gadis yang mencari Pak Reynald. Nona ini bilang sudah buat janji pukul 9 pagi ini". Ucap seorang resepsionis melalui sambungan telepon.

"Siapa nama mu?".Tanya sang resepsionis satunya.

"Anggi. Saya Anggi dari Universitas Tribisnis". Ucap Gadis itu.

"Nama nya Anggi, Bu. Dari Universitas Tribisnis". Ujar resepsionis lagi melalui telepon.

Setelah menghubungi lantai atas. Gadis itu pun di persilakan menunggu di area sofa yang terletak di lobby.

Di lantai 56 yaitu lantai teratas di gedung kantor Reynald. Renata masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Rey, ada seorang gadis yang ingin menemuimu di bawah". Ucap Renata.

"Siapa?".Tanya Reynald.

"Resepsionis menyebutkan nama nya Anggi dari Universitas Tribisnis. Bukan kah itu tempat kau seminar kemarin?".

Reynald terdiam sejenak seakan mengingat sesuatu.

"Oh gadis menyedihkan itu!".

Renata mengerutkan kening tak mengerti. "Gadis menyedihkan? Maksud mu apa?".

"Suruh resepsionis mengantarkan dia ke ruanganku, Ren".

"Kau yakin? Sejak kapan kau mau menerima tamu asing ke dalam ruangan mu ini, Rey? Terlebih lagi dia seorang mahasiswi!". Ujar Renata.

"Kau cerewet sekali pagi-pagi! Sudah ku bilang gadis itu menyedihkan. Kau bisa melihatnya sendiri nanti".

•••••••••••••••••♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡•••••••••••••••••

Like, komen dan tambahkan ke favorit 😘

Terpopuler

Comments

@maydina777

@maydina777

baru pertama kali baca karya KK ..seru

2023-04-08

2

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

kyyy jn anggi penganti c-l-a-r-a😄😄😄

2022-12-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!